Laras Selendro Dan Laras Pelog
Saturday, November 23, 2019
Edit
Tangga nada pentatonis yakni tangga nada yang memakai 5 nada pokok (penta=lima, tone=nada) dengan jarak yang berbeda-beda. Nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak dilihat menurut jarak nada, tetapi menurut urutannya dalam tangga nada.
Tangga nada pentatonik pada umumnya digunakan pada musik tradisional (China dan Jepang) termasuk di Indonesia yaitu pada gamelan Jawa.
Kata “ Laras” dan “Titi Laras ” berasal dari bahasa Jawa. Kata “laras” dalam dunia musik atau karawitan mempunyai dua arti, pertama laras berarti nada dan kedua: laras berarti tangga nada. Kata “Titi Laras”, berarti tanda nada atau notasi, atau not. Dalam dunia Karawitan tangga nada disebut
laras sedangkan sistem notasi disebut titi laras
.
Istilah titi laras dalam penggunaannya sehari-hari sering disingkat menjadi laras. Laras ini terdiri dari dua macam, yaitu laras slendro dan pelog. Pengertian laras slendro dan pelog tersebut antara lain sebagai berikut.
Pada Gamelan Jawa tangga nada pentatonis terbagi atas dua tangga nada, yaitu titi laras Slendro dan titi laras Pelog. Masing-masing tangga nada pentatonis ini mempunyai susunan jarak nada yang berbeda. Dua tangga nada ini dalam penyejajarannya dengan tangga nada solmisasi diatonis mayor yakni sebagai berikut (perhatikan interval-intervalnya):
Dengan dasar dua induk tangga nada tersebut, dalam musik Jawa, dibuat beberapa tangga nada turunan. Tangga nada yang gres tersebut mempunyai susunan yang disebut patet.
1. Sistem Tangga Nada Gamelan Slendro
Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama kependekan angka dari bahasa jawa, ji berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem berarti enem (enam).
Selain memakai kependekan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.
Secara emosional gending-gending yang memakai laras slendro sanggup memunculkan perasaan gembira, ramai dan menyenangkan.
Sementara itu dari tangga nada slendro sanggup dibuat susunan tangga nada gres (patet) sebagai berikut:
a. Slendro Patet 6 (Sl. 6)
Slendro patet nem susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
b. Slendro Patet Songo (Sl. 9)
Slendro patet songo susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
c. Slendro Patet Manyuro (Sl Manyuro)
Slendro patet manyuro susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
Tangga nada slendro biasa disebut dengan
2. Sistem Tangga Nada Gamelan Pelog
Dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang lebih sama dengan susunan tangga nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun penyebutan untuk karawitan tetap memakai bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).
Dari tangga nada pelog sanggup dibuat tiga susunan tangga nada gres (patet) sebagai berikut:
a. Pelog Patet Limo (Pl. 5)
Pelog patet limo susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
b. Pelog Patet Nem (Pl. 6)
Pelog patet nem susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
c. Pelog Patet Barang (Pl. Barang)
Pelog patet barang susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
Perbedaan tonalitas slendro dan pelog terdengar terperinci kalau digunakan dalam bermusik. Tangga nada pentatonis slendro bersifat gembira, semangat, dan kadang fantastis. Sedangkan tangga nada pelog akan menunjukkan perasaan tenang, hormat, dan memuja.
Berbagai lagu termasuk lagu-lagu nasional dan Kebangsaan Indonesia mengadopsi sistem tangga nada Diatonik. Musik Bangsa Indonesia sendiri secara tradisi turun temurun mempunyai sistem tangga nada pentatonik Slendro dan Pelog yang sudah dikenal dikalangan dunia, tetapi tidak terkenal di negaranya sendiri. Kalau berbicara wacana sistem tangga nada musik bangsa-bangsa, sistem tangga nada musik bangsa Indonesia yakni pentatonik Slendro dan Pelog.
Tangga nada pentatonik pada umumnya digunakan pada musik tradisional (China dan Jepang) termasuk di Indonesia yaitu pada gamelan Jawa.
Kata “ Laras” dan “Titi Laras ” berasal dari bahasa Jawa. Kata “laras” dalam dunia musik atau karawitan mempunyai dua arti, pertama laras berarti nada dan kedua: laras berarti tangga nada. Kata “Titi Laras”, berarti tanda nada atau notasi, atau not. Dalam dunia Karawitan tangga nada disebut
laras sedangkan sistem notasi disebut titi laras
.
Istilah titi laras dalam penggunaannya sehari-hari sering disingkat menjadi laras. Laras ini terdiri dari dua macam, yaitu laras slendro dan pelog. Pengertian laras slendro dan pelog tersebut antara lain sebagai berikut.
Pada Gamelan Jawa tangga nada pentatonis terbagi atas dua tangga nada, yaitu titi laras Slendro dan titi laras Pelog. Masing-masing tangga nada pentatonis ini mempunyai susunan jarak nada yang berbeda. Dua tangga nada ini dalam penyejajarannya dengan tangga nada solmisasi diatonis mayor yakni sebagai berikut (perhatikan interval-intervalnya):
Dengan dasar dua induk tangga nada tersebut, dalam musik Jawa, dibuat beberapa tangga nada turunan. Tangga nada yang gres tersebut mempunyai susunan yang disebut patet.
1. Sistem Tangga Nada Gamelan Slendro
Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama kependekan angka dari bahasa jawa, ji berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem berarti enem (enam).
Selain memakai kependekan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.
Secara emosional gending-gending yang memakai laras slendro sanggup memunculkan perasaan gembira, ramai dan menyenangkan.
Sementara itu dari tangga nada slendro sanggup dibuat susunan tangga nada gres (patet) sebagai berikut:
a. Slendro Patet 6 (Sl. 6)
Slendro patet nem susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
b. Slendro Patet Songo (Sl. 9)
Slendro patet songo susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
c. Slendro Patet Manyuro (Sl Manyuro)
Slendro patet manyuro susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
Tangga nada slendro biasa disebut dengan
Nomor | Angka Jawa | Nama Tradisional | ||
---|---|---|---|---|
Nama penuh | Nama pendek | Nama penuh | Makna harfiah | |
1 | siji | ji | panunggal | kepala |
2 | loro | ro | gulu | leher |
3 | telu | lu | dada | dada |
5 | lima | ma | lima | tangan (lima jari) |
6 | enam | nam | enam | tidak diketahui |
2. Sistem Tangga Nada Gamelan Pelog
Dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang lebih sama dengan susunan tangga nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun penyebutan untuk karawitan tetap memakai bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).
Dari tangga nada pelog sanggup dibuat tiga susunan tangga nada gres (patet) sebagai berikut:
a. Pelog Patet Limo (Pl. 5)
Pelog patet limo susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
b. Pelog Patet Nem (Pl. 6)
Pelog patet nem susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
c. Pelog Patet Barang (Pl. Barang)
Pelog patet barang susunan nada dan intervalnya antara lain sebagai berikut :
Perbedaan tonalitas slendro dan pelog terdengar terperinci kalau digunakan dalam bermusik. Tangga nada pentatonis slendro bersifat gembira, semangat, dan kadang fantastis. Sedangkan tangga nada pelog akan menunjukkan perasaan tenang, hormat, dan memuja.
Berbagai lagu termasuk lagu-lagu nasional dan Kebangsaan Indonesia mengadopsi sistem tangga nada Diatonik. Musik Bangsa Indonesia sendiri secara tradisi turun temurun mempunyai sistem tangga nada pentatonik Slendro dan Pelog yang sudah dikenal dikalangan dunia, tetapi tidak terkenal di negaranya sendiri. Kalau berbicara wacana sistem tangga nada musik bangsa-bangsa, sistem tangga nada musik bangsa Indonesia yakni pentatonik Slendro dan Pelog.