Contoh Teks Fiksi Sejarah
Monday, March 30, 2020
Edit
Karangan fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau kisah yang dibentuk menurut imajinasi atau imajinasi pengarang. Fiksi sejarah yakni kisah-kisah fiksi (rekaan atau khayalan) yang diinspirasi dari sejarah. Pada karya fiksi sejarah plot, alur, adegan, dialog, dan penokohannya, terinspirasi oleh sejarah. Teks fiksi sejarah sanggup berupa novel, legenda maupun roman. Pada teks fiksi sejarah biasanya isi kisah dibentuk semenarik mungkin semoga pembaca tidak bosan. Tujuan penulisan teks fiksi sejarah yakni untuk mensugesti pembaca mengikuti pendapat penulis dan menghidupkan emosi pembaca.
Pada goresan pena ini akan disajikan rujukan teks fiksi sejarah yang berisi wacana cinta tanah air, persatuan, dan kolaborasi untuk mencapai satu tujuan. Dalam teks ini disertakan isu wacana pentingnya menjaga keutuhan wilayah Indonesia dari serangan/ancaman negara lain. Tokoh-tokoh dalam kisah yakni rekaan, namun fakta yang disajikan yakni wacana sejarah usaha Kemerdekaan Indonesia. Perhatikan penggunaan kosakata baku, aksara besar, dan tanda baca.
Bangsaku Merdeka
Namaku Udin, ketika itu saya masih berumur 12 tahun dan sudah tidak bersekolah sebab semua sekolah diliburkan. Menurut Bu Guru sekolah diliburkan sebab akan ada program yang sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia. Untuk itu semenjak pagi-pagi hari sekali kami sudah mempersiapkan semuanya. Sebagaimana yang diminta oleh ayahku saya supaya berkemas-kemas bersama dengan Ibu dan Adiku. Kami tidak sarapan pagi sebab ketika itu yakni Bulan Ramadhan.
Kami berempat keluar dari rumah pukul 09.30 kami berjalan menyusuri jalan-jalan yang ketika itu kelihatan sangat sepi. Dalam hati saya heran kemana senua orang-orang yang biasa kemudian lalang? Kami terus berjalan dan kesudahannya kami hingga di sebuah rumah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Tampak dari jauh rumah tersebut bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu yang bangun di tengah halaman. Kami bangun agak jauh dari rumah itu sebab ketika itu jalanan sangat rama oleh orang yang kemudian lalang.
Aku heran mengapa banyak sekali orang berkumpul di halaman rumah tersebut. Barisan cowok berbaris dengan rapi, para permintaan juga duduk dengan rapi. Di pecahan luar rumah banyak sekali lapisan masyarakat, menyerupai petani, pedagang kelontong, nelayan, pegawai negeri, tua, dan muda. Mereka tiba berbondong-bondong membawa bambu runcing, batu, sekop, tongkat, parang, golok, atau apa saja yang sanggup mereka bawa. Itu mengatakan tekad berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.
Dari jauh saya mendengar mereka berteriak "Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas". Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir sebab ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Dai Nippon akan menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan.
Setelah beberapa usang kami menunggu dari dalam rumah putih tersebut keluar dua orang memakai stelan kemeja putih. Salah satu dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan bunyi yang tegas dia membacakan isi dari kertas tersebut.
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA
Saya sangat terharu menyaksikan sebuah insiden besar dalam perjalanan bangsaku. Teks Proklamasi itu dibacakan di sebuah rumah yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih. Betapa besar hati saya telah menjadi pecahan dari kemerdekaan Tanah Airku. Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan tenang sebab tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa besar hati sebab bangsaku sudah merdeka.
Bangsaku Merdeka
Namaku Udin, ketika itu saya masih berumur 12 tahun dan sudah tidak bersekolah sebab semua sekolah diliburkan. Menurut Bu Guru sekolah diliburkan sebab akan ada program yang sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia. Untuk itu semenjak pagi-pagi hari sekali kami sudah mempersiapkan semuanya. Sebagaimana yang diminta oleh ayahku saya supaya berkemas-kemas bersama dengan Ibu dan Adiku. Kami tidak sarapan pagi sebab ketika itu yakni Bulan Ramadhan.
Kami berempat keluar dari rumah pukul 09.30 kami berjalan menyusuri jalan-jalan yang ketika itu kelihatan sangat sepi. Dalam hati saya heran kemana senua orang-orang yang biasa kemudian lalang? Kami terus berjalan dan kesudahannya kami hingga di sebuah rumah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Tampak dari jauh rumah tersebut bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu yang bangun di tengah halaman. Kami bangun agak jauh dari rumah itu sebab ketika itu jalanan sangat rama oleh orang yang kemudian lalang.
Aku heran mengapa banyak sekali orang berkumpul di halaman rumah tersebut. Barisan cowok berbaris dengan rapi, para permintaan juga duduk dengan rapi. Di pecahan luar rumah banyak sekali lapisan masyarakat, menyerupai petani, pedagang kelontong, nelayan, pegawai negeri, tua, dan muda. Mereka tiba berbondong-bondong membawa bambu runcing, batu, sekop, tongkat, parang, golok, atau apa saja yang sanggup mereka bawa. Itu mengatakan tekad berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.
Dari jauh saya mendengar mereka berteriak "Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas". Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir sebab ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Dai Nippon akan menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan.
Setelah beberapa usang kami menunggu dari dalam rumah putih tersebut keluar dua orang memakai stelan kemeja putih. Salah satu dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan bunyi yang tegas dia membacakan isi dari kertas tersebut.
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA
Saya sangat terharu menyaksikan sebuah insiden besar dalam perjalanan bangsaku. Teks Proklamasi itu dibacakan di sebuah rumah yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih. Betapa besar hati saya telah menjadi pecahan dari kemerdekaan Tanah Airku. Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan tenang sebab tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa besar hati sebab bangsaku sudah merdeka.