Bentuk Dan Faktor Penyebab Konflik Sosial
Wednesday, July 15, 2020
Edit
Konflik berasal dari bahasa latin, yaitu “configure”, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis sanggup diartikan sebagai proses sosial di mana terdapat gejala-gejala untuk menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya. Soerjono Soekanto ( 98 ; 2005) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Banyak faktor yang sanggup menjadikan terjadinya suatu konflik, di antaranya adanya permasalahan atau perselisihan berkaitan dengan mobilitas individu, atau kelompok dan distribusi/pembagian sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang tidak diselesaikan secara kompromi.
A. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosia
Jenis konflik yang ada dalam masyarakat sangat banyak, mulai dari perkelahian antarpribadi, kerusuhan massal, hingga pada revolusi. Secara umum sumber-sumber terjadinya kontradiksi atau konflik ad alah sebagai berikut:
1. Perbedaan Antarindividu
Setiap individu akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang unik. Setiap individu mempunyai pemikiran, pendirian, dan perasaan yang berbeda dengan individu lain. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan sanggup menjadi faktor penyebab konflik sosial, lantaran dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, saat berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu lantaran berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan Kebudayaan
Menurut Herskovits budaya pribadi memengaruhi sikap dan kepribadianindividu-individu yang tinggal dalam lingkungan masyarakat yang mempunyai budaya tersebut. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
Seorang individu yang lahir dan dibesarkan di pedesaan, akan mempunyai kepribadian yang mandiri, berjiwa sosial, menghormati orang lain, toleransi, dan lain-lain. Namun, akan berbeda dengan kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu yang tumbuh dan berkembang di perkotaan, ia cenderung bersifat individualistis, acuh, kompetitif, dan lain-lain.
3. Perbedaan Kepentingan
Manusia dalam kehidupannya di masyarakat akan berhadapan dengan kepentingan-kepentingan lain yang berkembang dalam kelompok tersebut. Kepentingan-kepentingan yang berkembang dalam kelompok tersebut tidak jarang akan saling berbenturan dan bertentangan. Misalnya, perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh dalam hal upah kerja. Di satu sisi, majikan menginginkan upah kerja yang rendah, akan tetapi di sisi lain, buruh menginginkan hal yang sebaliknya, di mana mereka ingin dibayar dengan upah yang tinggi.
Konflik yang bersumber dari perbedaan kepentingan pada awalnya bersumber dari adanya perbedaan ideologi antarindividu. Kemudian berkembang dalam bentuk demonstratif.
4. Perubahan Sosial
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan contoh sikap di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan yang berlangsung cepat atau bahkan mendadak sanggup memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial lantaran nilai-nilai usang pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat menjelma nilai-nilai masyarakat industri.
B. Bentuk-Bentuk Konflik menurut Ruang Lingkupnya
Berbagai bentuk konflik yang terdapat dalam masyarakat sebagai akhir dari faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dan juga sebagai akhir dari mobilitas sosial yaitu sebagai berikut:
1. Konflik Antarkelas
Konflik antarkelas yaitu konflik yang terjadi antara kelas atas dan kelas bawah dalam masyarakat. Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini sanggup berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat sanggup digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah.
Dalam konflik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih besar lengan berkuasa terhadap kelompok bawah lantaran ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha mengeksploitasi atau memakai semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapat laba dari kelompok bawah yang dipimpinnya.
2. Konflik Antarkelompok
Konflik antarkelompok yaitu konflik yang melibatkan lebih dari satu kelompok dalam masyarakat (terjadi secara massal). Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial yaitu terbentuknya kelompok
sosial. Kelompok gres sanggup timbul sebagai akhir dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok gres sanggup terbentuk lantaran ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik yaitu mendapat kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain.
3. Konflik Antargenerasi
Konflik antargenerasi yaitu konflik yang terjadi antara generasi bau tanah dengan generasi muda berkaitan dengan perbedaan pandangan mengenai suatu hal, Misalnya reformasi yang beberapa waktu lalu
didengungkan masyarakat dengan diawali oleh gerakan mahasiswa, menjadi sumber konflik yang luar biasa.
Konflik ini tidak hanya meminta korban harta benda, tetapi juga nyawa manusia. Pemahaman wacana demokrasi yang ideal bagi mahasiswa dibutuhkan sanggup menggantikan tatanan kepemimpinan nasional. Dengan jiwa dan semangat juang yang tinggi, generasi muda berkeinginan semoga terjadi perubahan secara total dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Namun, generasi bau tanah yang sedang berkuasa tidak menginginkan hal tersebut. Mereka beropini bahwa perubahan boleh terjadi, asalkan bersifat gradual (bertahap) tetapi tidak bersifat total
4. Konflik Antaretnis, Agama, dan Antargolongan
Konflik antaretnis, agama, dan golongan yaitu konflik yang terjadi akhir semakin dipertajamnya perbedaan-perbedaan antaretnis, agama, dan golongan yang melibatkan para pengikut dari etnis, agama, dan golongan yang bersangkutan.
Banyak faktor yang sanggup menjadikan terjadinya suatu konflik, di antaranya adanya permasalahan atau perselisihan berkaitan dengan mobilitas individu, atau kelompok dan distribusi/pembagian sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang tidak diselesaikan secara kompromi.
A. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosia
Jenis konflik yang ada dalam masyarakat sangat banyak, mulai dari perkelahian antarpribadi, kerusuhan massal, hingga pada revolusi. Secara umum sumber-sumber terjadinya kontradiksi atau konflik ad alah sebagai berikut:
1. Perbedaan Antarindividu
Setiap individu akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang unik. Setiap individu mempunyai pemikiran, pendirian, dan perasaan yang berbeda dengan individu lain. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan sanggup menjadi faktor penyebab konflik sosial, lantaran dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, saat berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu lantaran berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan Kebudayaan
Menurut Herskovits budaya pribadi memengaruhi sikap dan kepribadianindividu-individu yang tinggal dalam lingkungan masyarakat yang mempunyai budaya tersebut. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
Seorang individu yang lahir dan dibesarkan di pedesaan, akan mempunyai kepribadian yang mandiri, berjiwa sosial, menghormati orang lain, toleransi, dan lain-lain. Namun, akan berbeda dengan kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu yang tumbuh dan berkembang di perkotaan, ia cenderung bersifat individualistis, acuh, kompetitif, dan lain-lain.
3. Perbedaan Kepentingan
Manusia dalam kehidupannya di masyarakat akan berhadapan dengan kepentingan-kepentingan lain yang berkembang dalam kelompok tersebut. Kepentingan-kepentingan yang berkembang dalam kelompok tersebut tidak jarang akan saling berbenturan dan bertentangan. Misalnya, perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh dalam hal upah kerja. Di satu sisi, majikan menginginkan upah kerja yang rendah, akan tetapi di sisi lain, buruh menginginkan hal yang sebaliknya, di mana mereka ingin dibayar dengan upah yang tinggi.
Konflik yang bersumber dari perbedaan kepentingan pada awalnya bersumber dari adanya perbedaan ideologi antarindividu. Kemudian berkembang dalam bentuk demonstratif.
4. Perubahan Sosial
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan contoh sikap di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan yang berlangsung cepat atau bahkan mendadak sanggup memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial lantaran nilai-nilai usang pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat menjelma nilai-nilai masyarakat industri.
B. Bentuk-Bentuk Konflik menurut Ruang Lingkupnya
Berbagai bentuk konflik yang terdapat dalam masyarakat sebagai akhir dari faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dan juga sebagai akhir dari mobilitas sosial yaitu sebagai berikut:
1. Konflik Antarkelas
Konflik antarkelas yaitu konflik yang terjadi antara kelas atas dan kelas bawah dalam masyarakat. Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini sanggup berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat sanggup digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah.
Dalam konflik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih besar lengan berkuasa terhadap kelompok bawah lantaran ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha mengeksploitasi atau memakai semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapat laba dari kelompok bawah yang dipimpinnya.
2. Konflik Antarkelompok
Konflik antarkelompok yaitu konflik yang melibatkan lebih dari satu kelompok dalam masyarakat (terjadi secara massal). Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial yaitu terbentuknya kelompok
sosial. Kelompok gres sanggup timbul sebagai akhir dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok gres sanggup terbentuk lantaran ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik yaitu mendapat kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain.
3. Konflik Antargenerasi
Konflik antargenerasi yaitu konflik yang terjadi antara generasi bau tanah dengan generasi muda berkaitan dengan perbedaan pandangan mengenai suatu hal, Misalnya reformasi yang beberapa waktu lalu
didengungkan masyarakat dengan diawali oleh gerakan mahasiswa, menjadi sumber konflik yang luar biasa.
Reformasi 1998 |
4. Konflik Antaretnis, Agama, dan Antargolongan
Konflik antaretnis, agama, dan golongan yaitu konflik yang terjadi akhir semakin dipertajamnya perbedaan-perbedaan antaretnis, agama, dan golongan yang melibatkan para pengikut dari etnis, agama, dan golongan yang bersangkutan.
- Konflik antaretnis pernah terjadi di Sambas, Kalimantan Barat. Konflik tersebut terjadi antara etnis Dayak dengan etnis Madura. Pada dasarnya konflik bermula dari hal yang kecil atau bersifat individual. Tetapi kemudian membesar saat solidaritas sosial etnis muncul.
- Konflik antarpemeluk agama ditengarai terjadi di Ambon. Pada insiden tersebut yang bermula dari konflik kecil antarkelompok kemudian berkembang dan membesar lantaran dipicu oleh adanya sentimen agama. Disatu pihak yaitu para penduduk orisinil yang berasal dari Ambon yang beragama Kristen, sedangkan di lain pihak yaitu penduduk orisinil dan pendatang dari Sulawesi Selatan yang rata-rata beragama Islam.
- Contoh konflik antargolongan lainnya ibarat konflik antarsopir angkutan, konflik antarmasyarakat pedagang dengan preman, dan sebagainya. Konflik antargolongan yang sangat besar pernah terjadi di Indonesia, yaitu saat terjadi pemberontakan PKI. Pemerintah dan masyarakat sadar bahwa golongan tersebut sangat berbahaya, sehingga perlu ditolak keberadaannya.