Struktur Teks Anekdot

Anekdot ialah sebuah dongeng singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan insiden atau orang sebenarnya. Anekdot selalu disajikan menurut pada insiden aktual dan melibatkan orang-orang yang sebenarnya. Anekdot bukanlah lelucon, alasannya ialah tujuan utamanya ialah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat huruf dengan ringan sehingga ia menghentak dalam kilasan pemahaman yang eksklusif pada intinya.

Teks anekdot mengandung unsur lucu. Tetapi tidak setiap dongeng yang lucu sanggup digolongkan ke dalam anekdot. Contohnya lawak yang juga mengandung unsur lucu, namun lawak bukan merupakan anekdot alasannya ialah lawak tujuannya ialah untuk menghibur semata. Anekdot memang terkadang membangkitkan tawa namun itu bukan lelucon. Salah satu hal yang membedakan antara lawak dan anekdot ialah pada tujuannya. Anekdot bertujuan untuk untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum, sedangkan lawak tujuannya untuk menghibur. Teks anekdot mempunyai ciri mengandung unsur kritikan untuk seseorang, dan lebih kepada menyindir suatu hal.

Anekdot melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah populer atau tidak, Teks Anekdot sering kita temukan di seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Misal kartun sindiran “Bang One” atau "Sentilan Sentilun" di sebuah stasiun swasta. Kita sanggup menemukan teks anekdot dimana saja dan dalam bidang apa saja.

Struktur teks anekdot mencakup abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda.
Anekdot ialah sebuah dongeng singkat dan lucu atau menarik Struktur Teks  Anekdot
  1. Abstrak ialah bab awal paragraf yang berfungsi memberi citra wacana isi teks. Biasanya ini mengambarkan hal unik yang akan ada dalam teks.
  2. Orientasi ialah bab yang mengambarkan awal insiden dongeng atau latar belakang bagaimana insiden terjadi biasanya penulis bercerita dengan detail di bab ini.
  3. Krisis ialah bab mana terjadi hal/ masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada penulis atau orang yang diceritakan.
  4. Reaksi ialah bab bagaimana cara penulis/orang yang ditulis menuntaskan masalah yang timbul dibagian krisis yang tadi.
  5. Koda ialah bab selesai dari ciri unik tersebut, sanggup juga dengan menunjukkan kesimpulan wacana insiden yang dialami penulis/orang yang ditulis.
Berikut ini pola Anekdot beserta Strukturnya.
Contoh 1 : KUHP dalam Anekdot
StrukturKalimat
AbstraksiSeorang dosen fakultas aturan suatu universitas sedang menunjukkan kuliah
aturan pidana. 
OrientasiSuasana kelas biasa-biasa saja.
KrisisSaat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen.“Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
ReaksiMahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggelenggelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu tanggapan itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris menyampaikan pengalaman ialah guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak.
KodaGelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.

Contoh 2 :
StrukturKalimat
AbstraksiSesudah di adili di pengadilan, seorang napi muda jadinya djebloskan ke dalam penjara. 
OrientasiHari pertama, napi kawakan menanyanya: "Umurmu masih muda begini kok sudah masuk  penjara, kejahatan apa gerangan yang telah kau lakukan?"

"Mencuri ikan", jawab napi muda itu dengan singkat.

Napi kawakan: "Kamu divonis berapa tahun?"
"Aku divonis sanksi seumur hidup dengan masa percobaan 2 tahun."

Dengan rasa takjub napi kawakan itu menanya lebih jauh: "Mencuri ikan tak hingga dieksekusi seberat ini, kuliner ikan yang kau curi itu ikan paus?"
KrisisNapi kawakan: "Ini kan termasuk masalah biasa, paling-paling kau ditahan 2 hari saja."

Napi muda: "Inti persoalannya ialah, tak usang kemudian mengapung pula jenazah beberapa orang penyelam..."

Napi kawakan: “ hahaha, pantas saja kau masuk penjara, ternyata yang kau bom tidak cuma ikan saja, melainkan insan juga ikut terkena bom tersebut.’’
ReaksiDan jadinya napi kawakan tercengang dan tertawa akan klarifikasi napi muda tersebut.
KodaSituasi kembali normal dan mereka bahu-membahu berbincang-bincang dalam penjara.
Sumber :
http://www.scribd.com/doc/242501770/Contoh-Anekdot-tentang-layanan-publik-docx#scribd

Teks kitab undang-undang hukum pidana dalam Anekdot tersebut termasuk teks anekdot alasannya ialah berisi kritik yang disampaikan melalui lelucon. Anekdot merupakan dongeng rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Makara ceritanya belum tentu terjadi. Singkatan kitab undang-undang hukum pidana pada anekdot diatas plesetan, kitab undang-undang hukum pidana = Kasih Uang Habis Perkara. Menjelaskan wacana bilamana kita terlibat dalam suatu perkara, kemudian dibayar dengan uang niscaya masalah atau masalah tersebut akan selesai. Pada teks kitab undang-undang hukum pidana dalam Anekdot pihak yang dikritik ialah pegawapemerintah penegak hukum.

Jika sindiran tersebut dilihat, dibaca ataupun didengar oleh orang yang dituju maka sindiran tersebut akan hingga kepada orang yang dikritik (orang yang dituju). Unsur lucu dalam teks kitab undang-undang hukum pidana dalam Anekdot ialah dikala dengan tegas Ahmad menjawab kitab undang-undang hukum pidana = “Kasih Uang Habis Perkara, Pak!”

Related:

    2. Fungsi dan Tujuan Teks Anekdot
    Teks anekdot mempunyai dua fungsi sebagai berikut.
    1. Fungsi primer sebagai sarana verbal yang berafiliasi dengan ketidakpuasan, kejengkelan, kemarahan, dan sebagainya.
    2. Fungsi sekunder sebagai materi hiburan, analogi, atau pola dalam menjelaskan sesuatu, penarik perhatian, dan sebagainya.

    Tujuan Teks Anekdot
    Teks anekdot mempunyai tujuan berikut ini.
    1. Menyampaikan kritikan secara tidak eksklusif dengan cara sindiran pada layanan publik di bidang hukum, politik, lingkungan, dan sosial.
    2. Membangkitkan tawa untuk menghibur pembacanya.
    3. Mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum dari kisah singkat itu sendiri atau untuk melukiskan suatu sifat dengan ringan.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel