Kegiatan Literasi 6 Pelajaran Untuk Mira
Monday, February 10, 2020
Edit
Orang bau tanah yakni orang yang membesarkan dan mengasuh anak semenjak lahir hingga dewasa, bahkan hingga menjadi orang sukses. Ayah dan ibu telah membesarkan seorang anak hingga cukup umur dengan kasih sayang yang mereka curahkan. Semua itu yakni bab dari kewajiban yang harus dipenuhi orang bau tanah untuk anaknya.
Kewajiban anak untuk menghormati orang bau tanah juga harus dilakukan dengan benar. Misalnya, tidak berkata jelek kepada orang tua, mempertimbangkan cara menjaga perasaan mereka ibarat kita tahu cara menjaga perasaan orang lain dengan perbuatan yang baik dan tidak menyinggung orang tua. Berikut ini dongeng perihal kewajiban anak terhadap orang tuanya.
Pelajaran untuk Mira
Penulis: Dyah Laksmi Nur Jannah
Pagi itu, di sebuah rumah yang terletak di pinggiran Jakarta, Mira sedang duduk di ruang makan untuk sarapan. Ia makan dengan segan. Dengan verbal cemberut, diaduk-aduknya nasi dan tumis tahu di depannya. Huh, saya kan ingin makan ayam goreng tepung, bukan tumis tahu, gerutunya dalam hati.
“Kok, lauknya diaduk-aduk, Mir?” tegur Ibu. Tangan Ibu sibuk memasukkan kotak bekal ke dalam tas sekolah Mira, “Ayo, dimakan! Sebentar lagi waktunya berangkat, lho.”
“Mira tidak nafsu makan, Bu. Mira mau jajan di sekolah saja!” serunya.
Lalu, Mira berpamitan kepada ibunya dan beranjak keluar rumah. Ibu hanya menarik napas panjang sambil menggeleng-geleng. Memperhatikan kepergian Mira dengan sepedanya.
“Kenapa cemberut, Mir?” tanya Ratna, sahabat sebangkunya, saat Mira gres saja duduk di sebelahnya.
“Saya kesal kepada ibuku. Kemarin saya sudah bilang mau sarapan dengan ayam goreng. Tapi, tadi pagi, ibu malah masak tumis tahu,” terang Mira kesal.
Ratna hanya membisu mendengar keluhan Mira.
Saat istirahat tiba, Mira membuka kotak bekalnya. “Yah, tumis tahu lagi,” gumamnya kecewa. Ternyata, bukan cuma buat sarapan. Untuk bekal makan siang di sekolah pun, ibunya hanya menyiapkan tumis tahu.
Ratna menoleh dan menatap kotak bekal Mira, “Kelihatannya enak, Mir.”
“Kamu mau? Nih, makan saja,” Mira menyodorkan kotak bekalnya.
“Beneran ini buat saya?” tanya Ratna, “Kamu tidak lapar?”
Mira hanya menggeleng. Dipandanginya Ratna yang lahap menyantap bekalnya.
Sembari makan, Ratna pun bercerita. Dahulu, ibunya selalu memasak tumis tahu kesukaannya. Terkadang, bila ada uang lebih, barulah ibunya Ratna memasak ikan atau ayam.
“Sudah usang saya belum lagi makan tumis tahu seenak ini. Rasanya ibarat buatan ibuku,” ucap Ratna mengakhiri ceritanya.
Mendengar penuturan Ratna, Mira rahasia merasa iba. Ia tahu ibunya Ratna sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu.
“Karena ayah sibuk bekerja, saya yang memasak untuk ayah dan saya sendiri di rumah. Seringnya sih, saya menggoreng tempe atau tahu alasannya saya gres sanggup masak itu,” terang Ratna sambil kemudian menatap Mira. “Kamu beruntung, masih mempunyai ibu, Mira!”
Mira tercenung mendengar kata-kata Ratna itu. Ya, ia memang beruntung. Masih mempunyai ibu yang selalu merawatnya dan menyediakan semua keperluannya.
Seharusnya tadi saya menghargai jerih payah ibu yang telah memasak makanan untukku meskipun hanya tumis tahu, sesal Mira kemudian dalam hati.
Saat itu juga, Mira merasa ingin segera pulang dan hendak menemui ibunya. Mira ingin minta maaf atas sikapnya tadi pagi kepada ibu. Ia juga ingin berterima kasih kepada ibunya untuk semua kebaikan hati dia merawat dan menyayanginya selama ini.
Gunakan tabel berikut ini untuk membantumu menjelaskan isi dongeng di atas. Lalu, ceritakanlah isi dongeng di atas kepada teman-teman dalam kelompokmu!
Negeri kita kaya akan budaya dan karya seni, termasuk lagu kawasan dan karya seni tari. Pilihlah salah satu lagu kawasan dan tari yang berasal dari Betawi atau dari kawasan di Indonesia yang belum pernah kau kunjungi. Carilah isu perihal keduanya dari aneka macam sumber yang tersedia. Lalu gunakan tabel berikut ini untuk mengerjakannya sesuai pertanyaan yang tersedia
2. Gambang Suling
3. Dhondhong Opo Salak
4. Gek Kepriye
5. Lir Ilir
Tarian
1. Tari Saman
2. Tari Legong
3. Tari Serimpi
4. Tari Topeng Betawi
5. Tari Yapong
Kewajiban anak untuk menghormati orang bau tanah juga harus dilakukan dengan benar. Misalnya, tidak berkata jelek kepada orang tua, mempertimbangkan cara menjaga perasaan mereka ibarat kita tahu cara menjaga perasaan orang lain dengan perbuatan yang baik dan tidak menyinggung orang tua. Berikut ini dongeng perihal kewajiban anak terhadap orang tuanya.
Pelajaran untuk Mira
Penulis: Dyah Laksmi Nur Jannah
Pagi itu, di sebuah rumah yang terletak di pinggiran Jakarta, Mira sedang duduk di ruang makan untuk sarapan. Ia makan dengan segan. Dengan verbal cemberut, diaduk-aduknya nasi dan tumis tahu di depannya. Huh, saya kan ingin makan ayam goreng tepung, bukan tumis tahu, gerutunya dalam hati.
“Kok, lauknya diaduk-aduk, Mir?” tegur Ibu. Tangan Ibu sibuk memasukkan kotak bekal ke dalam tas sekolah Mira, “Ayo, dimakan! Sebentar lagi waktunya berangkat, lho.”
“Mira tidak nafsu makan, Bu. Mira mau jajan di sekolah saja!” serunya.
Lalu, Mira berpamitan kepada ibunya dan beranjak keluar rumah. Ibu hanya menarik napas panjang sambil menggeleng-geleng. Memperhatikan kepergian Mira dengan sepedanya.
“Kenapa cemberut, Mir?” tanya Ratna, sahabat sebangkunya, saat Mira gres saja duduk di sebelahnya.
“Saya kesal kepada ibuku. Kemarin saya sudah bilang mau sarapan dengan ayam goreng. Tapi, tadi pagi, ibu malah masak tumis tahu,” terang Mira kesal.
Ratna hanya membisu mendengar keluhan Mira.
Saat istirahat tiba, Mira membuka kotak bekalnya. “Yah, tumis tahu lagi,” gumamnya kecewa. Ternyata, bukan cuma buat sarapan. Untuk bekal makan siang di sekolah pun, ibunya hanya menyiapkan tumis tahu.
Ratna menoleh dan menatap kotak bekal Mira, “Kelihatannya enak, Mir.”
“Kamu mau? Nih, makan saja,” Mira menyodorkan kotak bekalnya.
“Beneran ini buat saya?” tanya Ratna, “Kamu tidak lapar?”
Mira hanya menggeleng. Dipandanginya Ratna yang lahap menyantap bekalnya.
Sembari makan, Ratna pun bercerita. Dahulu, ibunya selalu memasak tumis tahu kesukaannya. Terkadang, bila ada uang lebih, barulah ibunya Ratna memasak ikan atau ayam.
“Sudah usang saya belum lagi makan tumis tahu seenak ini. Rasanya ibarat buatan ibuku,” ucap Ratna mengakhiri ceritanya.
Mendengar penuturan Ratna, Mira rahasia merasa iba. Ia tahu ibunya Ratna sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu.
“Karena ayah sibuk bekerja, saya yang memasak untuk ayah dan saya sendiri di rumah. Seringnya sih, saya menggoreng tempe atau tahu alasannya saya gres sanggup masak itu,” terang Ratna sambil kemudian menatap Mira. “Kamu beruntung, masih mempunyai ibu, Mira!”
Mira tercenung mendengar kata-kata Ratna itu. Ya, ia memang beruntung. Masih mempunyai ibu yang selalu merawatnya dan menyediakan semua keperluannya.
Seharusnya tadi saya menghargai jerih payah ibu yang telah memasak makanan untukku meskipun hanya tumis tahu, sesal Mira kemudian dalam hati.
Saat itu juga, Mira merasa ingin segera pulang dan hendak menemui ibunya. Mira ingin minta maaf atas sikapnya tadi pagi kepada ibu. Ia juga ingin berterima kasih kepada ibunya untuk semua kebaikan hati dia merawat dan menyayanginya selama ini.
Gunakan tabel berikut ini untuk membantumu menjelaskan isi dongeng di atas. Lalu, ceritakanlah isi dongeng di atas kepada teman-teman dalam kelompokmu!
Ulasan Teks | |
---|---|
Judul Cerita | Pelajaran untuk Mira |
Pengarang | Dyah Laksmi Nur Jannah |
Tokoh Utama: | Mira |
Tokoh Lain | Ibu Mira dan Ratna |
Di manakah dongeng ini terjadi? | Di pinggiran Jakarta |
Apa yang terjadi dengan tokoh utama? | Mira enggan makan sarapan yang dimasak ibunya. |
Mengapa hal itu terjadi? | Mira kurang menghargai jerih payah ibu yang telah memasak makanan untuknya |
Bagaimana duduk masalah dalam dongeng ini diselesaikan? | Setelah mendengar dongeng Ratna, Mira menemui untuk meminta maaf dan ingin berterima kasih kepada ibunya yang telah merawat dan menyayanginya selama ini. |
Kapankah waktu terjadinya dongeng ini? | Pagi hari dan Saat istirahat. |
Pesan apakah yang kau dapatkan dari dongeng di atas? Kita harus menghargai dan berterima kasih kepada ibu yang telah merawat dan menyayanginya selama ini. |
Negeri kita kaya akan budaya dan karya seni, termasuk lagu kawasan dan karya seni tari. Pilihlah salah satu lagu kawasan dan tari yang berasal dari Betawi atau dari kawasan di Indonesia yang belum pernah kau kunjungi. Carilah isu perihal keduanya dari aneka macam sumber yang tersedia. Lalu gunakan tabel berikut ini untuk mengerjakannya sesuai pertanyaan yang tersedia
Judul Lagu : Padhang Wulan | |
---|---|
Asal | Jawa Tengah |
Tangga Nada | Slendro |
Arti syair lagu | Yo 'pra kanca dolanan ing jaba (Ayo teman-teman bermain di luar) Padhang wulan padhange kaya rina (Terang bulan, terangnya ibarat siang) Rembulane e sing awe-awe (Rembulannya melambai-lambai) Ngelingake aja padha turu sore (Mengingatkan jangan tidur sore-sore) Yo 'pra kanca dolanan ing jaba (Ayo teman-teman bermain di luar) Rame-rame kene akeh kancane (Rame-rame banyak sahabat di sini) Langite pancen sumebyar rina (Langitnya memang terang sekali) Yo padha dolanan sinambi guyonan (Yuk bermain sambil bercanda) |
2. Gambang Suling
Judul Lagu : Gambang Suling | |
---|---|
Asal | Jawa Tengah |
Tangga Nada | Slendro |
Arti syair lagu | Gambang suling ngumandang swarane (Gambang suling berkumandang swaranya) Tulat tulit kepenak unine (Tulat-tulit yummy bunyinya) Unnine mung nrenyuh ake (Bunyinya hanya mengharukan) Barengan lan kentrung ketipung suling (Bersama kentrung ketipung suling) Sigrak kendangane (Mantap suara kendangnya) |
3. Dhondhong Opo Salak
Judul Lagu : Dhondhong Opo Salak | |
---|---|
Asal | Jawa Tengah |
Tangga Nada | Slendro |
Arti syair lagu | Dhondhong apa salak, dhuku cilik-cilik (Kedondong apa salak, duku kecil-kecil) Ngandhong apa mbecak, m'laku timik-timik (Naik Delman apa becak, jalan pelan sekali) Dhondhong apa salak, dhuku cilik-cilik (Kedondong apa salak, duku kecil-kecil) Ngandhong apa mbecak, m'laku timik-timik (Naik Delman apa becak, jalan pelan sekali) Atik ndherek Ibu tindak menyang pasar (Atik ikut ibu pergi ke pasar) Ora pareng rewel ora pareng nakal (Tidak boleh rewel dan nakal) Ibu mengko mesthi mundhut oleh-oleh (Ibu nanti niscaya membawa oleh-oleh) Kacang karo roti Atik dhiparingi (Kacang dan roti, Atik kebagian) Dhondhong apa salak, dhuku cilik-cilik (Kedondong apa salak, duku kecil-kecil) Gendhong apa pundhak aja githink-ithik (Digendong apa naik dipundak, jangan menggelitik) |
4. Gek Kepriye
Judul Lagu : Gek Kepriye | |
---|---|
Asal | Jawa Tengah |
Tangga Nada | Slendro |
Arti syair lagu | Duh kaya ngene rasane Duh begini rasanya Anake wong ora duwe Anak orang tak punya Ngalor ngidul tansah diece Kesana-kesini selalu dihina Karo kanca kancane Sama teman-teman Pye pye pye pye ya ben rasakna Bagaimana ya biar merasakan Pye pye pye pye rasakna dewe Bagaimana mencicipi sendiri Pye pye pye pye ya ben rasakna Bagaimana ya biar rasakan Pye pye pye pye rasakna dewe Bagaimana rasakan sendiri Besuk kapan saya bisa Besok saat saya bisa Urip kang luwih mulya Hidup yang lebih baik Melu nyunjung drajating bangsa Ikut menjunjung martabat bangsa Indonesia kang mulya Indonesia yang mulia Pye pye pye pye mbuh ra weruh Bagaimana? saya tidak tahu Pye pye pye pye mbuh ra ngerti Bagaimana? Aku tidak mengerti Pye pye pye pye mbuh ra weruh Bagaimana? saya tidak tahu Pye pye pye pye mbuh ra ngerti Bagaimana? saya tidak mengerti |
5. Lir Ilir
Judul Lagu : Lir Ilir | |
---|---|
Asal | Jawa Tengah |
Tangga Nada | Slendro |
Arti syair lagu | Lir ilir lir ilir (Bangunlah, bangunlah) Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi) Tak ijo royo royo (Demikian menghijau) Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru) Bocah angon, bocah angon (Anak gembala, anak gembala) Penekna blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu) Lunyu lunyu penekna (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat) Kanggo mbasuh dodotira (Untuk membasuh pakaianmu) Dodotira dodotira (Pakaianmu, pakaianmu ) Kumintir bedah ing pinggir (Terkoyak-koyak di bab samping) Dondomana, jlumatana (Jahitlah, benahilah) Kanggo seba mengko sore (Untuk menghadap nanti sore) Mumpung padang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang) Mumpung jembar kalangane (Mumpung banyak waktu luang) Yo surak'o surak hiyoo (Ayo bersoraklah dengan sorakan iya) |
Tarian
1. Tari Saman
Nama Tari : Tari Saman | |
---|---|
Asal | Nangroe Aceh Darussalam |
Pola Lantai | Garis Horizontal |
Makna Tari | Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. |
2. Tari Legong
Nama Tari : Tari Legong Keraton | |
---|---|
Asal | Bali |
Pola Lantai | Garis Lurus dan Melngkung |
Makna Tari | Tari Legong Keraton, mengambil dongeng Panji, mengisahkan perihal perjalanan prabu (adipati) Lasem yang ingin meminang putri dari kerajaan Daha (Kediri) yaitu putri Rangkesari yang sudah terikat jalinan dengan Raden Panji dari Kahuripan. Sang puteri menolak pinangan Prabu Lasem, alasannya ditolah balasannya melaksanakan perbuatan tidak terpuji dengan menculik sang puteri, |
3. Tari Serimpi
Nama Tari : Tari Serimpi | |
---|---|
Asal | Yogyakarta |
Pola Lantai | Garis Lurus |
Makna Tari | Tema perang dalam tari Serimpi berdasarkan Raden Mas Wisnu Wardhana, merupakan penggambaran falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbol pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. |
4. Tari Topeng Betawi
Nama Tari : Tari Topeng Betawi | |
---|---|
Asal | DKI Jakarta |
Pola Lantai | Garis Lurus |
Makna Tari | Tari Topeng ini dipakai berdasarkan kepercayaan masyarakat Betawi pada zaman dulu bila topeng mempunyai kekuatan magis yang sanggup mnghilangkan rasa sedih dan menolak bala. Tari topeng ini biasanya ditampilkan pada program pesta-pesta penting ibarat pada program khitanan dan pernikahan. |
5. Tari Yapong
Nama Tari : Tari Yapong | |
---|---|
Asal | DKI Jakarta |
Pola Lantai | Garis Lurus dan Garis Lengkung |
Makna Tari | Pada pertama kali kemunculannya, tari Yapong memang menjadi sebuah sendra tari atau campuran seni drama yang dibungkus dalam tarian dengan lakon yang diperankan yakni kisah usaha Pangeran Jayakarta. |