Dampak Kebijakan Politik Dan Ekonomi Abad Orde Baru

Orde Baru ialah masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia yang menggantikan Orde Lama pemerintahan Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 sampai tahun 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela. Pendekatan keamanan yang diterapkan Orde Baru dalam menegakkan stabilisasi nasional secara umum memang berhasil membuat suasana kondusif bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan ekonomi pun berjalan baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi alasannya ialah setiap jadwal pembangunan pemerintah terjadwal dengan baik.

Pada masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah ialah meningkatkan transmigrasi dari tempat yang padat penduduknya menyerupai Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif dari jadwal ini ialah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapat dukungan pemerintah.
 Orde Baru ialah masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia yang menggantikan Orde  Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru
Selain keberhasilan yang sanggup dicapai oleh Orde baru, di sisi lain kebijakan politik dan ekonomi pemerintah Orde Baru juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang ekonomi dan politik. Berikut ini dampak nyata dan negatif bidang ekonomi dan politik pada masa orde baru.
No.BidangDampak PositifDampak Negatif
1.Politik
  1. Pemerintah bisa membangun pondasi yang berpengaruh bagi kekuasaan forum kepresidenan yang membuat semakin kuatnya tugas Negara dalam masyarakat. 
  2. Situasi keamanan pada masa ORBA relatif kondusif dan terjaga dengan baik alasannya ialah pemerintah bisa mengatasi semua tindakan dan perilaku yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. 
  3. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan biar pemerintah sanggup mengontrol parpol.
  4. Keamanan dalam negeri lebih terjamin.
  1. Pemerintah Orde Baru gagal memperlihatkan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. 
  2. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. 
  3. Terbentuk pemerintahan yang bersifat otoriter, dominative dan sentralistis.
  4. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN. 
  5. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa dan benegara.
2.Ekonomi
  1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi alasannya ialah setiap jadwal pembangunan pemerintah terjadwal dengan baik dan alhasil pun sanggup terlihat secara konkrit.
  2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
  3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
  4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat.
  5. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
  6. Investor aneh mau menanamkan modal di Indonesia
  7. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.
  1. Perbedaan ekonomi antardaerah, dalam masyarakat terasa semakin tajam.
  2. —Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)
  3. —Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
  4. —Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial.
  5. —Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara mendasar pembangunan ekonomi sangat rapuh.
  6. —Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah tempat alasannya ialah kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
  7. —Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah.

Selain masalah-masalah diatas, pemerintahan Orde Baru juga telah melaksanakan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah melanggar HAM. Amnesty International contohnya dalam laporannya pada 10 Juli 1991 menyebut Indonesia  sebagai pelanggar HAM. meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi secara mendasar pembangunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang terbesar devisa negara menyerupai di Riau, Kalimantan Timur dan Irian Barat/Papua. Faktor inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab terpuruknya perekenomian Indonesia menjelang simpulan tahun 1997.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel