Teknik Identifikasi Jenis Fauna/Satwa Yang Dilindungi

Menurut PP No. 7 tahun 1999, pengenalan jenis satwa yakni upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum, status, populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya. Identifikasi satwa yakni suatu aktivitas mengidentifikasi/mencocokkan satwa dengan buku-buku (gambar-gambar atau ciri-ciri yang ada) atau pribadi melihat satwa itu sendiri.

Identifikasi diharapkan untuk mengetahui citra umum secara kualitatif status populasi suatu jenis.  Identifikasi satwa (mahluk hidup) berarti suatu perjuangan menemukan identitas suatu satwa (makhluk hidup). Identifikasi sanggup dilakukan dengan dengan membandingkan satwa yang ingin diketahui dengan gambar didalam buku atau antara satwa dengan material yang sudah diketahui identitasnya. Cara yang paling cepat dan memuaskan kesudahannya yakni dengan pergi ke lapangan bersama spesialis yang benar-benar mengetahui perihal banyak sekali jenis satwa.

Perlengkapan yang sering dipakai dalam melaksanakan identifikasi yakni buku kunci (kunci dikotomis/kunci determinasi), teropong, buku catatan, gambar-gambar atau foto, kompas, GPS, dll. Untuk memahami buku kunci seseorang harus memahami sifat dan keragaman bentuk serta ukuran binatang yang diidentifikasi.

Identifikasi pada satwa sanggup dilihat melalui belahan tubuh yang mengambarkan sifat-sifat khusus penunjuk adanya keragaman morfologis, antara lain:
  1. Susunan kulit dan modifikasinya,
  2. Susunan alat gerak,
  3. Susunan bagian-bagian tubuh (kepala-badan-ekor) dan modifikasi hubungannya,
  4. Susunan endoskeleton
  5. Susunan gigi,
  6. Lubang hidung,
  7. Susunan alat indera pendengaran belahan luar, dan
  8. Susunan matanya

Mengidentifikasi jenis satwa yang dilindungi sanggup dilakukan secara pribadi dan secara tidak langsung.

A. Identifikasi fauna secara langsung
Identifikasi secara tidak pribadi sanggup melalui bunyi dan bunyi, jejak, sarang, gejala pada habitat, kotoran, dan bagian-bagian dari satwa itu sendiri Berikut pola cara identifikasi secara pribadi terhadap jenis Macan Kumbang (Panthera pardus Sondaicus) Tata cara pelaksanaan di lapangannya yakni :
  1. Persiapkan blanko untuk mencatat data fauna,
  2. Tuliskan ciri-ciri fisik yang akan diamati pada blanko, menyerupai bentuk mata, panjang kaki, warna bulu, kulit, ukuran tubuh dan lain-lain terkait fauna yang akan diamati.
  3. Tuliskan jenis fauna yang termasuk dalam satu familinya
  4. Beri tanda checklist pada ciri-ciri fauna yang diamati menyerupai pada pola Tabel Pengamatan/ Identifikasi Satwa secara langsung
Contoh Tabel Pengamatan/ Identifikasi Satwa secara langsung
Aspek yang diamati Ciri Satwa KucingMacan TutulMacan KumbangHarimau
Bulu Hitam belang- - -
Ukuran Tubuh ½ meter
Kulit Loreng-
Suara Mengaung- -
Warna Gelap- - -

Berdasarkan hasil identifikasi secara pribadi menyerupai yang terlihat bahwa yang memiliki ciri-ciri satwa yang sesuai dengan kriteria yakni jenis Macan Kumbang. Satwa ini memiliki ciri warna bulunya hitam belang, ukuran tubuh ½ meter, kulitnya loreng, suaranya mengaung, dan warnanya gelap. Tabel diatas mempermudah kita dalam melaksanakan identifikasi satwa secara langsung.

B. Identifikasi satwa secara tidak langsung
Identifikasi secara pribadi sanggup secara kasat mata dilihat atau pribadi ketemu dengan satwa itu sendiri dengan mengamati ciri-ciri satwa, ukuran dan bentuk tubuh, warna bulu atau kulit dan penanda lainnya. Identifikasi secara tidak pribadi sanggup dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Referensi
Referensi yakni sesuatu yang dipakai pemberi informasi untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan rujukan. Cara ini dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri satwa yang diperoleh di lapangan hasil pengukuran dengan buku-buku/gambar-gambar yang ada dalam buku petunjuk fauna terkait

2. Bertanya pada masyarakat setempat
Masyarakat yang ditanya tentunya orang yang sudah lama berada pada unit/lokasi pengamatan atau orang yang memang mengetahui adanya fauna tersebut ada di lokasi pengamatan Berikut ada beberapa tanda yang sanggup dipakai dalam identifikasi satwa secara tidak langsung.

a) Identifikasi Jejak Satwa
Jejak satwa dalam arti sempit yakni bekas pijakan kaki yang ditinggalkan pada tanah yang dilalui. Pengetahuan dalam bidang morfologi satwa dalam hal ini sangat diperlukan, terutama mengenal bentuk kaki satwa. Tempat-tempat untuk sanggup menemukan jejak satwa antara lain: di tepi sungai, tempat berkubang atau minum, pantai, tempat-tempat istirahat, di tempat kering (tempat mengasin), di lorong-lorongan rumpun bambu dan tanaman-tanaman lain.

b) Identifikasi melalui Kotoran (feces) Satwa
Beberapa jenis satwa biasanya mengatakan kotoran yang khas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam inovasi kotoran yakni apakah kotoran masih gres atau sudah lama, menjadi kering, pecah, atau sudah ditumbuhi tumbuhan rendah. Hal ini penting untuk mengetahui sudah berapa hari atau berapa ahad satwa tersebut berada di situ

c) Melalui bagian-bagian Satwa
Beberapa jenis satwa memiliki kebiasaan untuk meninggalkan atau melepas bagian-bagian dari badannya (seperti: tanduk, tulang, kulit, bulu, bulu duri, telur dan lainnya). Dari bagian-bagian satwa tersebut sanggup diketahui ada tidaknya suatu jenis satwa di tempat pengamatan.

d) Melalui Suara dan Bunyi Satwa
Suara yang dimaksudkan disini yakni sesuatu yang kita dengar dan yang dikeluarkan oleh lisan satwa, sedangkan yang dimaksud dengan bunyi yakni sesuatu yang kita dengar sebagai akhir dari tingkah laris suatu jenis satwa dan bunyi tersebut sangat khas.

e) Identifikasi Melalui Tanda-tanda pada Habitat
Adanya tanda di habitat sanggup mengatakan bahwa di kawasan tersebut ada sesuatu jenis satwa tertentu. Tanda-tanda tersebut sanggup berupa :
  1. Gigitan-gigitan pada daun yang dimakan (tergantung letak tinggi rendahnya daun yang dimakan).
  2. Gigitan dari kulit pohon dan akar pohon
  3. Pucuk-pucuk pohon yang patah
  4. Terdapatnya lumpur pada semak, rumput atau pepohonan
  5. Adanya bekas cakaran, dan kikisan pada tebing-tebing tanah atau padas
  6. Adanya bekas cakaran kuku pada pohon
  7. Adanya bekas kencing satwa yang ditandai dengan adanya lobang-lobang kecil di tanah ukiran pada daun atau semak
  8. Adanya alur-alur lintasan satwa
  9. Kondisi dan bentuk tempat istirahat
  10. Adanya bekas luka gigitan, cakaran dan lain-lainnya pada bangkai binatang.
Tanda-tanda sekunder antara lain :
  1. Adanya/ditemukan sisa buah-buahan yang dimakan.
  2. Adanya goyang-goyangan daun/ pepohonan dan semak di hutan
  3. Adanya atau ditemukannya jenis-jenis perangkap di hutan biasanya perangkap untuk masing-masing jenis satwa berlainan. Seperti bambu yang dipancangkan, jerat dari kawat dan jaring. Sinembuk yakni semacam panah yang besar lengan berkuasa dan besar yang dipasang di antara 2 (dua) pohon dan ditempatkan pada alur lintasan satwa.
  4. Adanya sinar pantulan dari mata satwa terutama pada waktu malam hari. 
  5. Adanya atau ditemukannya umpan menyerupai misalnya: kambing, biri-biri yang ditambat di tengah hutan dan binatang kecil sebagai umpan buaya dan lain sebagainya.
  6. Adanya reaksi dari satwa yang biasa hidupnya berkelompok tetapi kedapatan berada sendirian.

f) Identifikasi melalui Bau-bau Satwa
Bau-bauan satwa yang dimaksud di sini yakni wangi khas yang mencolok dan sanggup dicium oleh manusia. Bau tersebut berasal dari suatu kelenjar yang dimiliki tubuh satwa.

g) Identifikasi melalui Sarang Satwa
Sarang satwa yakni sesuatu yang dengan sengaja atau tidak dibangun oleh suatu jenis satwa yang dipakai untuk perkembangbiakan dan atau dipakai sebagai tempat tidur. Contoh identifikasi satwa menurut gejala pada habitatnya antara lain:
 pengenalan jenis satwa yakni upaya untuk mengenal jenis Teknik Identifikasi Jenis Fauna/Satwa yang Dilindungi
Jenis primata : adanya sisa makanan buah-buahan yang dimakan dan goyangan daun/pepohonan dan semak

Harimau loreng (Panthera tigris)
  1. adanya tanda garukan (cakaran) pada pohon untuk mempertajam kukunya. Bekas cakaran sanggup setinggi 2,5 meter pada batang pohon biasanya lebih rendah.
  2. ditemukannya umpan di hutan.
  3. adanya bekas kuku dan gigitan dari bangkai binatang yang dimakannya
  4. adanya goyangan daun/ pepohonan atau semak di hutan.
  5. adanya pantulan sinar hijau dari matanya di waktu malam hari
Badak Sumatera (Dicemoceros sumatrensis)
  1. biasanya menerjang dengan tanduknya yang mengakibatkan belukar tersebut menjadi rata dengan tanah.
  2. terdapatnya bekas kubangan yang luas di tempat yang becek.
  3. kadang-kadang menghembuskan semacam cairan dari lubang hidungnya (pertama berwarna jernih agak merah halus menyerupai air dengan sedikit anggur di dalamnya, kemudian menjadi keruh berwarna oranye kotor, menyerupai ludah pemakan sirih) pada tanah atau semak-semak bawah.
  4. bekas gigitan pada daun yang agak tinggi.
  5. terdapatnya lumpur pada semak, pepohonan atau rumput.
  6. adanya jerat (sinembuk) yang dipasang pada alur-alur di hutan.

Contoh Beberapa jenis satwa dari bau-bau satwa
  1. Trenggiling (Manis javanicus), luwak, (Paradoxurus hermaphroditus) musang (Paradoxurus hermaprodytus), rusa (Cervus unicolor), kalong (Pteropus sp), dan rino ( Rhinoceros sp.)
Contoh beberapa jenis satwa sanggup diketahui melalui sarangnya antara lain:
  1. Mawas/Orang Utan (Pongo pymaeus). Mempunyai kebiasaan menciptakan sarang di hutan yang agak terbuka, di atas pohon yang tinggi pada dahan / cabang pohon di ketinggian 12 m - 20 m dari atas tanah. Bentuk sarangnya sederhana disusun dari ranting-ranting pohon dan daun, dan bentuk sarangnya sangat khas sekali. 
  2. Landak (Hystrix brachyula).Membuat sarang dalam tanah dengan menciptakan lubang menggunakan kukunya. Biasanya di muka lubang ada gundukan tanah bekas galian dan higienis dari flora atau sampah.
  3. Babi Hutan (Sus spp.). Sarang dibentuk dari patahan semak belukar yang ditumpuk di atas tanah di tempat yang rimbun. Sering dipakai sebagai tempat istirahat (tidur).
  4. Beruang (Helaetos malayanus).Biasanya menciptakan sarang menyerupai sarang orang utan, hanya letaknya lebih rendah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel