Struktur Teks Kisah Fiksi Dalam Novel

Fiksi ialah kisah dalam prosa, hasil olahan pengarang menurut pandangan, tafsiran, dan penilaiannya perihal insiden – insiden yang pernah terjadi, ataupun pengolahan perihal insiden -peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalannya. Sebuah teks kisah fiksi terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan, sehingga sanggup terlihat pandangan gres yang disampaikan pengarang kepada pembacanya. Teks kisah fiksi ini merupakan karya sastra berbentuk prosa. Mengingat hakikat prosa ialah narasi (cerita), maka di dalamnya ada pelaku kisah (tokoh), rangkaian kisah (alur), pokok duduk masalah yang diceritakan (tema), siapa yang memberikan kisah (pencerita), serta tempat, waktu, dan suasanan menyerupai apa kisah itu berlangsung (latar).

Salah satu referensi novel ialah Nyanyi Sunyi dari Indragiri karya Hary B. Kori’un. Novel peraih penghargaan utama Ganti Award 2004, nama sebuah penghargaan penulisan novel yang diselenggarakan oleh Yayasan Bandar Serai di Pekanbaru, Provinsi Riau (Ensiklopedia Sastra Riau, 2011 ) ini diterbitkan oleh Gurindam Press pada Desember 2004.

Struktur teks ialah kekerabatan antara unsur-unsur teks yang membentuk teks sebagai satu kesatuan. Secara keseluruhan, struktur yang membangun teks kisah fiksi ialah abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda. Akan tetapi, sebab teks novel ini termasuk genre makro, terdapat beberapa jenis genre mikro (teks tunggal) yang mengisi keseluruhan struktur teks novel. Jika setiap insiden dalam kisah fiksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pecahan awal, tengah, dan akhir, kelompokkanlah insiden dalam NSdI menjadi tiga pecahan tersebut.
 hasil olahan pengarang menurut pandangan Struktur Teks Cerita Fiksi dalam Novel
No.StrukturKalimat
1.Bagian AwalGuntingan koran itu masih ada di mejanya. Tidak semua koran menulis perihal insiden itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang hampa dalam jiwanya. Benarkah info itu? Tidakkah salah korankoran itu menulis perihal hilangnya lelaki itu terbawa arus Sungai Indragiri yang menenggelamkan beberapa kampung di Indragiri? (NSdI, 2004:1)

..........

Hingga kemudian seluruh penduduk kampung itu tersadar, di suatu malam yang kering, base camp perusahaan itu terbakar. Apinya menjulur ke atas di malam yang gelap di tengah hutan, menjulur menyerupai ingin menjilat apa saja untuk dimakan dan dihancurkan. (NSdI, 2004:57)
2.Bagian TengahKalid divonis setahun dua bulan oleh hakim. (NSdI, 2004:12)

.........

“Aku ingin ia hancur, Sarah.... Aku murka sebab DC ialah biang kehancuran semuanya...” (NSdI, 2004:90)
3.Bagian AkhirBeberapa bulan kemudian, hampir Subuh ia tiba ke rumah dan menyampaikan ia akan pergi jauh. Perasaanku menyampaikan telah terjadi apa-apa dengan dirinya. Aku yakin ia telah melaksanakan sesuatu dan saya yakin itu ada hubungannya dengan DC... “Mungkin dikala ini polisi sedang sibuk dan berbagi intelijennya untuk mencari pelakunya. Aku telah menghancurkan DC....” (NSdI, 2004:94)

..........

Dingin yang menciptakan beku, dan pria berambut gondrong menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa cahaya apapun, tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah. (NSdI, 2004:101)

Pada umumnya, pecahan awal teks kisah fiksi berisikan paparan dan sedikit rangsangan yang akan mengantarkan pada permasalahan sebenarnya. Pada pecahan tengah tekslah komplikasi terjadi. Setelah komplikasi berhasil diuraikan dan dievaluasi, pada pecahan final kisah biasanya ditutup dengan penyelesaian.
No.StrukturKalimat
1.KomplikasiDi depan beberapa pemuda, suatu malam, saya menjelaskan bagaimana tamaknya perusahaan-perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya. “Kapitalis modern tak membutuhkan tenaga kerja yang berlebihan. Mereka pelit menunjukkan kesejahteraan kepada pekerja. Jangan percaya kepada masa depan cerah yang mereka janjikan. Temanteman, dari dulu hingga sekarang, kita tetap miskin, sementara mereka selalu tiba dan pergi membawa kekayaan alam kita. Tak ada agama yang sanggup membebaskan masyarakat dari kemiskinan ini. Dalam Islam, Tuhan juga menyampaikan bahwa yang memilih nasib seseorang ialah orang itu sendiri. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu umat, kalau umat itu sendiri tidak mau mengubahnya. Artinya apa, kita sendiri yang harus bekerja keras untuk keluar dari duduk masalah ini...” (NSdI, 2004:25)
2.EvaluasiMaret 2000. Penjara telah mengajarkan saya banyak hal. Paling tidak, saya semakin memahami bahwa di daerah yang terkungkung menyerupai itu, saya malah menemukan kebebasan untuk melaksanakan banyak hal, termasuk berpikir bagaimana mencari kehidupan yang lebih baik suatu dikala nanti. Di penjara, saya banyak mempunyai waktu untuk merenung dan berguru menghargai orang lain, meski banyak orang yang tak mau menghargaiku. Aku maklum, mereka kebanyakan memang residivis dan terbiasa dalam kehidupan yang keras. (NSdI, 2004:62)
3.ResolusiBeberapa bulan kemudian, hampir Subuh ia tiba ke rumah dan menyampaikan ia akan pergi jauh. Perasaanku menyampaikan telah terjadi apa-apa dengan dirinya. Aku yakin ia telah melaksanakan sesuatu dan saya yakin itu ada hubungannya dengan DC... “Mungkin dikala ini polisi sedang sibuk dan berbagi intelijennya untuk mencari pelakunya. Aku telah menghancurkan DC....”

Setiap teks niscaya mempunyai struktur yang membangunnya, yang menunjukkan sistem berpikir pengarangnya
No.StrukturKalimat
1.AbstrakProlog:
lelaki tak mempunyai apa-apa
jiwanya pergi, mengikuti arah angin
yang tak berketentuan, atau air sungai
yang mengalir membawanya pergi jauh ke arah entah
kadang ia bertanya: “seberapa
beranikah saya mempertaruhkan diriku
bertarung membela kehormatan?”
juga, ia masih mewaspadai dirinya
sendiri: “seberapa takutkah saya dicintai”
lelaki tak mempunyai apa-apa, bekalnya
hanya rasa, untuk dijadikan tongkat
penunjuk dalam perjalanan...
2.OrientasiGuntingan koran itu masih ada di mejanya. Tidak semua koran menulis perihal insiden itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang hampa dalam jiwanya. Benarkah info itu? Tidakkah salah koran-koran itu menulis perihal hilangnya lelaki itu terbawa arus Sungai Indragiri yang menenggelamkan beberapa kampung di Indragiri? (NSdI, 2004:1)
3.KomplikasiDi depan beberapa pemuda, suatu malam, saya menjelaskan bagaimana tamaknya perusahaan-perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya. “Kapitalis modern tak membutuhkan tenaga kerja yang berlebihan. Mereka pelit menunjukkan kesejahteraan kepada pekerja. Jangan percaya kepada masa depan cerah yang mereka janjikan. Temanteman, dari dulu hingga sekarang, kita tetap miskin, sementara mereka selalu tiba dan pergi membawa kekayaan alam kita. Tak ada agama yang sanggup membebaskan masyarakat dari kemiskinan ini. Dalam Islam, Tuhan juga menyampaikan bahwa yang memilih nasib seseorang ialah orang itu sendiri. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu umat, kalau umat itu sendiri tidak mau mengubahnya. Artinya apa, kita sendiri yang harus bekerja keras untuk keluar dari duduk masalah ini...” (NSdI, 2004:25)

......
Hingga kemudian seluruh penduduk kampung itu tersadar, di suatu malam yang kering, base camp perusahaan itu terbakar. Apinya menjulur ke atas di malam yang gelap di tengah hutan, menjulur menyerupai ingin menjilat apa saja untuk dimakan dan dihancurkan. (NSdI, 2004:57)
4.EvaluasiKalid divonis setahun dua bulan oleh hakim. (NSdI, 2004:12)

........

Namun ketika hingga di Rimbo Pematang, tak kudapati umi. Aku hanya menemukan gundukan tanah merah di pinggir hutan dan tanggapan para tetangga perihal meninggalnya wanita yang paling kucintai itu beberapa hari sebelumnya. (NSdI, 2004:62)
5.ResolusiTengah malam saya meninggalkan Rimbo Pematang, meninggalkan segala cinta yang kumiliki di kampung itu. Meninggalkan semuanya. Aku berlari membawa sayatan yang sangat pedih. Aku berjalan kaki beberapa jam dan tiba di Lintas Timur ketika hawa masbodoh menusuk tulang, dan saya tak tahu harus ke mana. Sebuah bus ke arah utara berhenti dan saya naik. Paginya, bus berhenti di Pekanbaru dan saya turun di kota itu. Aku pernah beberapa kali ke Pekanbaru, tetapi saya tidak kenal betul dengan Pekanbaru sebab saya lebih kenal Kota Jambi, daerah saya kuliah, selain jarak yang lebih bersahabat ke Jambi ketimbang ke Pekanbaru. (NSdI, 2004:63)

............

Kemudian, menyerupai dalam cerita-cerita komik atau film silat, lelaki berambut gondrong menggendong tas ransel itu berjalan menjauhi lapau itu, yang menciptakan semua orang yang ada di situ melongo. Angin senja yang hampir habis menciptakan rambutnya berkibar-kibar, dan sinar matahari yang hampir karam menciptakan tubuhnya tampak hanya bayangan, menyerupai siluet. Dia berjalan ke arah barat, ke arah matahari tenggelam, ke arah Bukit Tengkorak, bukit janjkematian yang diyakini oleh seluruh penduduk di kaki Gunung Kerinci itu. (NSdI, 2004:100)
6.KodaDingin yang menciptakan beku, dan pria berambut gondrong menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa cahaya apapun, tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah. (NSdI, 2004:101)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel