Mengidentifikasi Pelaku Dalam Teks Anekdot

Negeri Seribu Satu Larangan, itulah julukan yang kepada negara Singapura. Di tempat umum dan daerah wisata terpampang terperinci segala yang dilarang. Misalnya saja tidak boleh meludah dan membuang permen karet sembarangan. Jangan coba-coba melanggar, alasannya yaitu di tempat-tempat tertentu sudah ada abdnegara keamanan yang tidak terduga. Jangan dikira petugas di sana pakai seragam polisi, nyatanya kebanyakan berpakaian menyerupai kita – orang biasa. Selain itu CCTV dipasang di mana-mana. Makara Anda ingin berkunjung ke singapura, pastikan Anda sudah mempelajari hukum yang ada di tempat ini.

Tertib hukum yaitu sebuah kebiasaan baik. Antrian yaitu salah satu budaya yang ada di Singapura. Demikian juga dengan sempurna waktu, sebuah hal yang tidak sanggup ditawar. Jangan heran kalau orang-orang di Singapura terbiasa berjalan cepat meskipun sudah ada di eskalator. Banyak orang yang memarkirkan motor dan sepeda di bersahabat pasar, sentra perbelanjaan dan toko-toko. Sepertinya Indonesia tidak butuh perlakuan secara halus, perlu ada ketegasan menyerupai negara Singapura ini. Lihat saja papan-papan pengumuman mengenai larangan di negeri yang satu ini. Aturannya sangat wow sekali. Seharusnya Indonesia sanggup mencontoh tindakan yang dilakukan di negara Singapura.

Puntung Rokok
Singapura termasuk salah satu negara yang bersih. Siapa pun yang membuang sampah sembarangan sanggup didenda meskipun hanya membuang puntung rokok. Suatu ketika si Azam sedang berlibur, tetapi sepertinya ia tak tahu akan adanya peraturan itu. Ia merokok sendirian sambil duduk di bangku. Karena rokoknya sudah hampir habis, ia membuang puntung rokoknya begitu saja dan jatuh persis di sisi kaki kanannya.

Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba tiba petugas dan menegur Azam dengan bunyi tegas.
“Tahukah Anda bahwa Anda telah melaksanakan pelanggaran?”

“Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?” Jawab Azam.

“Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok,” tegas petugas itu.

Dengan sigap Azam menjawab, “Oh…, maaf terjatuh.” Lalu, diambilnya puntung rokok itu serta pribadi diisapnya lagi.

Petugas itu hanya terbelalak keheranan. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Azam.

Dari teks anekdot di atas kita sanggup mengetahui Azam yaitu seorang laki – laki yang sedang berlibur ke Singapura. Pada dikala itu beliau sedang merokok di taman kota. Karena rokoknya hampir habis beliau sengaja membuang putung rokok itu tidak pada tempatnya. Teks anekdot di atas menyindir orang yang tidak tertib dalam membuang sampah sembarangan.

Azam mengelabui petugas dengan mengambil kembali dan menghisap putung rokok yang sudah ia buang. Petugas yang tidak tau akan hal itu dan hanya terbelalak keheranan dan pribadi pergi meninggalkan Azam.

StrukturKalimat
AbstraksiAzam pergi ke Singapura untuk berlibur. Di negara itu diberlakukan peraturan kebersihan secara ketat. Orang tidak boleh membuang sampah sembarangan.
OrientasiDengan santai Azam merokok dan membuang puntung rokoknya begitu saja di sampingnya.
KrisisPerbuatan Azam diketahui oleh petugas, kemudian ia ditegur dengan bunyi keras.
ReaksiDengan impulsif Azam mengambil puntung rokoknya kembali, kemudian dihisapnya lagi sambil mengucapkan kata “maaf” bahwa rokoknya terjatuh.
KodaPetugas terbelalak, tetapi tidak sanggup berbuat apa – apa dan pergi meninggalkan Azam.

Related:

    Teks Monolog "Puntung Rokok"
    Teks monolog merupakan teks yang berisi percakapan bintang film seorang diri. Teks anekdot sanggup diubah ke dalam bentuk monolog dengan cara mengubah semua kalimat tidak pribadi pada obrolan menjadi kalimat-kalimat langsung.

    Langkah-langkah mengonversi teks anekdot menjadi teks monolog dengan cara membaca teks dengan seksama. Cermatilah apa yang dikatakan oleh tokoh utama dan tokoh yang lain. Perhatikan kalimat pribadi yang ada dalam teks anekdot.

    Ciri kalimat tidak pribadi yaitu tidak memakai tanda petik, bentuk kalimat berita, dan memakai kata ganti orang ketiga: ia, -nya, mereka. Sedangkan ciri kalimat pribadi yaitu sebagai memakai tanda petik, bentuk kalimat yaitu kalimat tanya, perintah, ajakan, seru, maupun larangan, dan memakai kata ganti orang pertama dan kedua: saya, kamu, kami

    Teks anekdot "Puntung Rokok" sehabis diubah menjadi teks monolog menyerupai pola di bawah ini.
    Suatu ketika ada seorang laki – laki yang berjulukan Azam. Saat itu beliau sedang pergi ke Singapura untuk berlibur. Nampaknya beliau tidak tahu bahwa Singapura populer dengan sebutan negeri seribu aturan. Dia sedang merokok sendirian sambil duduk di dingklik taman. Karena rokoknya sudah mau habis, beliau membuang putung rokoknya begitu saja dan terjatuh sempurna di sisi kanan kakinya. Tanpa beliau sangka ada seorang petugas yang memperhatikanya dan kemudian menegur Azam dengan bunyi yang sangat tegas. Akan tetapi beliau mengelak kalau putung rokok itu yaitu miliknya. Petugas itu terbelalak kebingungan ketika melihat putung rokok itu diambil Azam dan dihisap lagi. Dengan merasa keheranan petugas itu kemudian pergi meninggalkan Azam.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel