Menyusun Teks Biografi Menurut Identitas Tokoh
Monday, August 24, 2020
Edit
Menyusun teks biografi sanggup dilakukan dengan menurut identitas tokoh yang ada. Sebagai seorang tokoh biasanya mempunyai jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan dalam teks biografi. Identitas tokoh tersebut diantaranya ialah nama lengkap, kawasan dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, serta duduk masalah dan insiden yang pernah dialami oleh tokoh tersebut. Dari identitas tokoh tersebut sanggup disusun menjadi teks biografi dengan cara menghubungkan bagian-bagian tersebut sesuai dengan struktur teks biografi.
Struktur teks biografi dimulai dengan orientasi, kemudian insiden dan duduk masalah kehidupan tokoh dan terakhir reorientasi. Orientasi merupakan tahap pengenalan tokoh secara umum, biasanya berada pada kepingan awal teks. Di sini yang menjadi topik bahasan menyerupai nama, kawasan dan tanggal tokoh dilahirkan, latar belakang keluarga tokoh yang dibahas.
Peristiwa dan duduk masalah merupakan klarifikasi mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami sosok tokoh yang dibahas. Bagian ini berisi pengalaman tokoh baik pengalaman menyenangkan, menyedihkan, dan sebagainya. Persoalan, duduk masalah yang menghampiri kehidupan tokoh dan insiden yang mengesankan juga diuraikan disini.
Reorientasi merupakan tahap yang berisikan pandangan-pandangan penulis terhadap tokoh yang dibahas. Bagian ini bersifat opsional artinya sanggup ada sanggup juga tidak ada. Berikut ini ialah rujukan identitas tokoh sastrawan WS Rendra.
Biografi | Jawab |
Nama Lengkap | W.S. Rendra |
Tempat dan tanggal lahir | Solo, 7 November 1935 |
Riwayat Pendidikan | SMA St. Josef, Solo |
Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM, Yogyakarta | |
American Academy of Dramatical Art, New York, USA | |
Karya | Drama : a) Orang-Orang di Tikungan Jalan, b) Sekda dan Mastodon dan Burung Kondor, c) Oedipus Rex, d) Kasidah Barzanji, e) Perang Troya Tidak Akan Meletus |
2. Puisi : a) Jangan Takut Ibu, dan b) Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan) | |
3. Sajak : a) Rick dari Corona, b) Potret Pembangunan dalam Puisi, c) Pesan Copet kepada Pacarnya, d) Rendra: Ballads and Blues Poem (Terjemahan), e) Perjuangan Suku Naga, f) Blues untuk Bonnie, h) State of Emergency, g) Sajak Seorang Tua wacana Bandung Lautan Api, h) Mencari Bapak, i) Rumput Alang-Alang, dan j) Surat Cinta | |
Penghargaan | Sebagai sastrawan besar, W.S. Rendra banyak menerima penghargaan. : 1). Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah, 2) Kebudayaan Nasional (1957), 3) Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969), dan 4) Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975) |
Related:
Struktur Teks | Kalimat |
Orientasi | WS Rendra merupakan penyair kenamaan Indonesia yang dilahirkan di Solo pada tanggal 7 November 1935. Nama lahir WS Rendra ialah Willibrordus Surendra Broto, ayahnya berjulukan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya berjulukan Raden Ayu Catharina Ismadillah. WS Rendra menikah pertama kali dengan Sunarti Suwandi pada 31 Maret 1959 itu, Dari istri pertamanya Rendra menerima lima anak yaitu Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta. Setelah menikah, WS Rendra kepincut dengan salah satu muridnya di Bengkel Teater yang berjulukan Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat. Mereka menikah pada tanggal 12 Agustus 1970. Dari ijab kabul keduanya dengan Sitoresmi, Rendra dikaruniai empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati. Rendra juga menikahi seorang gadis berjulukan Ken Zuraida sebagai istri ketiga, akan tetapi ijab kabul ketiganya ini harus dibayar mahal dengan mengorbankan dua istri terdahulunya yaitu Sitoresmi dan Sunarti. WS Rendra harus rela menceraikan dua istrinya ini pada tahun 1979 sebab tak menyetujui Rendra mempunyai istri ketiga. Dari pernikahannya yang ketiga, Rendra menerima dua anak yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. |
Peristiwa dan Masalah | WS Rendra menghabiskan masa kecil sampai Sekolah Menengan Atas nya di Solo dengan bersekolah Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengan Atas di Sekolah Kristen St. Yosef. Setelah lulus SMA WS Rendra pindah ke Jakarta demi meneruskan sekolah di Akademi Luar Negeri, namun ternyata sekolahan tersebut telah tutup. WS Rendra meninggalkan Jakarta menuju kota impiannya yaitu Yogyakarta. Pilihannya jatuh pada Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Di fakultas ini, talenta seninya semakin tertempa dengan baik namun ia tak sanggup menuntaskan studinya di sini. Ws Rendra kemudian menerima ajuan beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia pun kemudian pergi ke Amerika pada tahun 1954 untuk mengambil beasiswa tersebut. Di Amerika, Rendra tak hanya berkuliah namun juga sering mengikuti seminar wacana seni dan kesusastraan atas seruan pemerintah AS di Harvard University. Sepulang dari Amerika Serikat, Rendra sempat mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Rendra juga aktif membintangi sejumlah pertunjukan teater, yang di antaranya ialah Orang-orang di Tikungan Jalan, SEKDA, Mastodon dan Burung Kondor, Hamlet, Macbeth, Oedipus Sang Raja, Kasidah Barzanji dan Perang Troya Tidak Akan Meletus. Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi aneka macam majalah pada ketika itu.. Hal itu terus berlanjut menyerupai terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun '60-an dan tahun '70-an. Beberapa puisi karya WS Rendra antara lain: Jangan Takut Ibu, dan Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan). Selain puisi, WS Rendra juga membuat sajak. Sajak-sajak karyanya antara lain : Rick dari Corona, Potret Pembangunan dalam Puisi, Pesan Copet kepada Pacarnya, Rendra: Ballads and Blues Poem (Terjemahan), Perjuangan Suku Naga, Blues untuk Bonnie, State of Emergency, Sajak Seorang Tua wacana Bandung Lautan Api, Mencari Bapak, Rumput Alang-Alang, dan Surat Cinta. WS Rendra juga populer dengan sebutan "Si Burung Merak". Sebutan tersebut berawal ketika Rendra kedatangan tamu dari Australia. Ketika Rendra menemani tamunya yang dari Australia untuk berkeliling ke Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, Rendra melihat seekor merak jantan yang sedang berjalan dengan diapit dua betinanya. Melihat itu, Rendra langusung berseru dengan tertawa terbahak-bahak Itu Rendra! Itu Rendra!. Mulai ketika itulah julukan Si Burung Merak menempel pada dirinya. WS Rendra meninggal dunia di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis 6 Agustus 2009 pukul 22.10. Ia menderita penyakit jantung koroner. Dimakamkan sehabis shalat Jumat 7 Agustus 2009 di TPU Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Citayam, Depok. |
Reorientasi | Itulah WS Rendra dengan segala kelebihan prestasi dan kontroversi kehidupannya. Kita patut mengacungi jempol untuk aneka macam prestasi dan penghargaan yang berhasil diraihnya. Sebagai sastrawan besar, W.S. Rendra banyak menerima penghargaan yaitu "Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah", "Kebudayaan Nasional (1957)", "Anugerah seni dari Departemen P&K (1969), dan "Hadiah seni dari Akademi Jakarta (1975) |