Menyusun Teks Eksposisi Berdikari Pangan

Pada acara menyusun teks eksposisi sanggup dilakukan dengan menyusun teks yang telah dibaca. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 3—5 siswa. Tiap kelompok diperlukan memakai kata-kata sendiri tanpa mengurangi isi teks tersebut. Tiap kelompok diperlukan menyusun goresan pena atau karangan antara 12—15 kalimat. Dalam menyusun teks itu tiap kelompok sanggup memakai alat kohesi leksikal maupun kohesi gramatikal. Di samping itu, juga harus memanfaatkan konjungsi, antara lain, penambahan, perbandingan, waktu, alasannya yakni akibat, dalam susunan kalimat kompleks (kalimat beragam setara dan kalimat beragam bertingkat).

Kohesi merupakan aspek-aspek yang membentuk sebuah wacana sehingga wacana tersebut menjadi utuh. Kohesi akan muncul apabila interpretasi suatu unsur tergantung pada unsur lain dalam suatu teks atau wacana. Kohesi dibagi menjadi dua bagian, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

A. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal yakni kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kosakata. Kohesi leksikal itu sanggup terbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim.

1. Repetisi (pengulangan)
Repetisi merupakan pemunculan bentuk yang sama yang mengacu ke makna yang sama dalam suatu wacana. Berikut ini yakni contoh adanya bentuk pengulangan di dalam teks yang bersifat sebagai penegas. Contoh :
Apa kau sudah gila Tuti? Sekarang kau mau minjam uang lagi. Apa kau sudah gila!
2. Sinonim
Sinonim merupakan persamaan arti tetapi mempunyai bentuknya berbeda. Contoh :
Pola hidup masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Cara keseharian mereka disibukkan dengan pekerjaan kantor dan sebagainya.
3. Antonim
Antonim yakni lawan kata. Suatu wacana yang dinamis juga sering menempatkan kohesi leksikal secara fleksibel dan variatif dengan mempertentangkan makna yang berlawanan. Contoh :
Meskipun beliau langit dan kau bumi. Cinta sejati tidak akan memandang apapun.
4. Hiponim
Hiponim yakni korelasi kata-kata yang bersifat generik ke kata-kata yang lebih spesifik. Penggunaan hiponim dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kata-kata yang sama muncul dan membentuk suatu medan makna.  Contoh :
Bayam, kangkung, dan kol. Semua sayuran itu yakni makanan yang bergizi.

B. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal yakni kepaduan yang dicapai dengan penggunaan elemen dan hukum gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, sanggup terbentuk melalui pengacuan, substitusi, dan elipsis.

1. Referensi
Referensi yakni korelasi antara simbol dengan benda yang diacu. Referensi merupakan korelasi antara kata dengan benda yang diterangkannya. Artinya suatu kalimat mengacu pada kalimat lainnya dengan satu referensi yang sejalan. Terdapat yang diacu dengan yang mengacu. Contoh :
Pukul 01.00 malam Wawan gres pulang. (b) Dengan bejingkat-jingkat dia memasuki kamarnya. (c) Tentu saja dia mengharap ibunya tidak terbangun. (d) Tapi memang dasar sial, Bu Romlah terbangun juga. (e) Dia berdiri dari ranjangnya dan dengan mata yang masih setengah tertutup menyalakan lampu.
Dari (a) hingga ke (c), beliau dan nya mengacu ke Wawan. Pada kalimat (d) muncullah contoh lain yakni Bu Romlah. Karena makna tiap-tiap kata dan kalimat pada (d) dan (e) terbentuklah contoh yang baru. Di dikala itu, beliau dan –nya mengacu ke Bu Romlah, dan bukan ke Wawan lagi.

2. Pronomina
Pronomina dalam bahasa Indonesia yakni (1) kata ganti diri, ibarat saya, aku, kita, kami, kalian, engkau, anda, dll, (2) kata ganti penunjuk, ibarat ini, itu, sini, situ, sana, di sini, di situ, dll, (3) kata ganti empunya, ibarat –ku, -mu, -nya, dll, (4) kata ganti penanya, ibarat apa, siapa, mana, dll, (5) kata ganti penghubung, dalam bahasa indonesia yakni yang, (6) kata ganti tak tentu, ibarat siapa-siapa, masing-masing, sesuatu, seseorang, dan para.

3. Subtitusi
Subtitusi yakni proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Subtitusi dalam bahasa Indonesia bersifat nominal, verbal, klausa, atau campuran, ibarat sama, ibarat itu, sedemikian rupa, begitu, melaksanakan hal yang sama, dan lain-lain. Contoh:
Tahun kemudian kami mengunjungi candi Prambanan. Hari ini sempurna setahunnya, kami kembali melakukan hal yang sama.
4 Elipsis
Elipsis merupakan pembatalan kata atau satuan lain yang wujud asalnya sanggup diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis dibedakan menjadi elipsis nominal, elipsis verbal, dan elipsis klausal. Contohnya sanggup dilihat dalam obrolan berikut:
A       : Mau pergi kemana Bud?
B       : Ke sekolah.
Dalam kalimat jawab yang seharusnya yakni Saya mau pergi ke sekolah, tetapi dalam contoh obrolan di atas tidak demikian.

5. Konjungsi
Konjungsi yakni yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, serta paragraf dengan paragraf. Konjungsi terdiri atas, (1) konjungsi koordinatif, ibarat dan, atau, tetapi. (2) konjungsi subordinatif, ibarat meskipun, kalau, sebelum, supaya, sebab, dll. (3) konjungsi korelatif, ibarat entah, baik, maupun, dan lain-lain.
Struktur TeksParagraf
TesisDengan banyak sekali teknologi intensifikasi sederhana, pekarangan sanggup menjadi sumber materi pokok makanan ibarat beras, sayur-mayur, dan ikan(1). Dengan acara ini, kebutuhan masyarakat akan makanan pokok yang bernilai gizi tinggi diperlukan sanggup terpenuhi(2). Alasan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber materi makanan pokok yakni sebagai berikut(3).
ArgumentasiPertama, aneka tanaman sayur-mayur, seperi kacang panjang, cabai, kangkung darat, dan terong, misalnya, sanggup ditanam di media selain tanah(4). Khusus untuk kangkung darat sanggup dibudidayakan di bumbung bambu yang disulap menjadi semacam pot (5). (membandingkan) Tetapi budidaya kangkung darat dalam bumbung bambu membutuhkan perawatan khusus (6). Tanaman terong, kencur, dan jahe, sanggup dibudidayakan di media kantong plastik dan pot (7).

Sementara itu, sumber karbohidrat, ibarat jagung, ketela pohon, ubi jalar sanggup ditanam di pekarangan, (sebab akibat) karena tanaman ini tidak membutuhkan lahan yang luas (8). Untuk pencukupan pupuk, kotoran ternak kambing dan sapi yang menjadi piaraannya sanggup dimanfaatkan untuk pupuk alami, (waktu) setelah kotoran ternak tersebut diolah menjadi kompos(9).

Selanjutnya, untuk (repetisi) sumber protein lain, pekarangan juga sanggup dimanfaatkan menjadi bak ikan yang gampang dipelihara, ibarat lele, mujair, kakap (10). Di samping sebagai makanan sehari-hari, (repetisi) sumber protein ibarat ikan bisa juga dijual ke masyarakat untuk meningkatkan penghasilan (11).

Melalui pembimbingan teknologi sempurna guna, (hiponim) hasil panen itu sanggup diolah menjadi aneka jenis komoditas pangan olahan skala rumah tangga(12).(hiponim) Ubi singkong dan pisang, misalnya, sanggup diolah menjadi keripik (penambahan) dan juga sanggup diolah menjadi beragam produk jajanan (13).
PenegasanDengan demikian, pekarangan dengan sedikit sentuhan teknologi sempurna guna sanggup mewujudkan kecukupan pangan masyarakat(14).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel