Mengulas Cerpen “Emak Dan Sepotong Roti”
Monday, August 24, 2020
Edit
Cerita pendek merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memperlihatkan kesan tunggal yang secara umum dikuasai dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika). Ulasan yaitu teks yang berisi tinjauan suatu karya baik berupa film, buku, benda dan lain sebagainya untuk mengetahui kualitas, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki karya tersebut yang ditujukan untuk pembaca atau pendengar khalayak ramai. Teks ulasan bertujuan sebagai media untuk memberikan ulasan dengan watak yang sopan, santun, dan sempurna waktu.
1. Struktur Teks Ulasan Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Struktur teks ulasan terdiri dari penggalan orientasi, tafsiran isi, evaluasi, dan rangkuman. Orientasi erupakan citra umum atas materi atau karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut sanggup berupa paparan wacana nama, kegunaan, dan sebagainya. Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada penggalan ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Selain itu, penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas Bagian penilaian dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi citra terang suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini sanggup berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut. Pada penggalan rangkuman penulis memperlihatkan ulasan final berupa simpulan karya tersebut.
Supaya sanggup mengulas cerpen “Emak dan Sepotong Roti” karya Caswati dengan baik, baca cerpen itu dengan cermat cerpen tersebut. Kemudian ulas berdasarkan struktur teks ulasan yang terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman. Di dalam mengulas cerpen, hal penting yang harus perhatikan yaitu citra umum, ringkasan, serta kelebihan dan kekurangan dari cerpen tersebut.
2. Tema Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Tema yaitu inspirasi sebuah cerita. Pengarang dalam menulis dongeng bukan sekadar ingin bercerita, tetapi ingin menyampaikan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakannya itu sanggup duduk perkara kehidupan, pandangan hidupnya wacana kehidupan ini, atau komentar terhadap kehidupan ini. Semua kejadian dan perbuatan tokoh cerita, didasari oleh inspirasi pengarang tersebut.
Sebuah cerpen harus selalu menyampaikan sesuatu, yaitu pendapat pengarang wacana hidup ini sehingga orang lain sanggup mengerti hidup ini lebih baik. Pesan itu tentu saja tidak dikemukakan secara definitif. Pengarang menyatakan inspirasi atau tema dalam unsur cerita. Dalam cerpen yang berhasil, tema justru tersamar dalam seluruh elemen. Pengarang memakai dialog-dialog tokoh, jalan pikiran, perasaan, kejadian-kejadian, latar dongeng untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya.
Dengan demikian, tema cerpen tersebut yaitu usaha seorang ibu, pengarang sanggup memberikan tema itu melalui tokoh utama, yaitu emak seorang ibu yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya
3. Plot Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Plot sering juga disebut alur cerita. Jalan dongeng bukanlah plot. Jalan dongeng hanyalah perwujudan, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot. Plot tidak sama dengan jalannya cerita. Plot dengan jalannya dongeng memang tidak sanggup dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Secara umum plot sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut.
Setelah mengenal elemen-elemen plot, analisis cerpen “Emak dan Sepotong Roti” berdasarkan elemen-elemen plot tersebut. Jenis alur pada cerpen “Emak dan Sepotong Roti” yaitu Maju. Karena dalam cerpen menceritakan kehidupan dalam keluarga tersebut dengan menceritakan secara urut ke depan.
4. Karakter
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian si penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kalau aksara tokoh lemah, seluruh dongeng menjadi lemah. Ada beberapa jalan yang sanggup menuntun kita hingga pada sebuah karakter, yaitu (1) melalui apa yang dilakukan si tokoh, (2) melalui ucapan-ucapan si tokoh, (3) melalui penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran-pikiran sang tokoh, dan (5) melalui penerangan eksklusif (penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung.
Karakter tokoh di dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. antara lain sebagai berikut.
Tokoh utama dalam cerpen ini yaitu seorang ibu (emak) yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya. Emak bekerja mulai dari buruh cuci, sesudah itu berpindah sebagai buruh tani. Tokoh emak yang penuh rasa tanggung jawab,selalu optimis dalam menjalani hidup dan tidak pernah putus asa dalam menghadapi kehidupannya yang serba sulit.
5. Latar
Dalam cerpen modern latar telah digarap para penulis menjadi unsur dongeng yang penting. Ia terjalin dekat dengan karakter, tema, suasana cerita. Hanya tahu di mana suatu dongeng terjadi tidak cukup. Latar dalam cerpen modern telah menjadi jalinan dengan unsur-unsur cerpen lainnya. Latar bukan hanya memperlihatkan kawasan dan waktu tertentu, melainkan juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, hingga pada macam debunya, anutan rakyatnya, gaya hidup mereka, dan sebagainya.
a. Latar Waktu
b. Latar Tempat
Latar Tempat :Desa, sungai, gunung, pasar, bawah sebatang pohon nangka, bale-bale rumah,
c. Latar Suasana
6. Sudut Pandang
Sudut pandang intinya yaitu visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Pada dasarnya ada empat sudut pandang (point of view), yaitu (1) sudut pandang serba tahu (omniscient point of view), (2) sudut pandang objektif (objective point of view), (3) sudut pandang orang pertama, dan (4) sudut pandang orang kedua.
Sudut pandang dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti” , yaitu :
7. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen yaitu unsur pembentuk cerpen yang berada di luar cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen tidak sanggup lepas dari kondisi masyarakat pada dikala cerpen tersebut dibuat. Unsur ekstrinsik ini mempengaruhi penyajian, gaya, dan isi cerpen. Unsur ekstrinsik mencakup latar pengarang, politik, psikologi, sosial-budaya, dan agama.
Unsur ekstrinsik cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. Latar pengarang merupakan keadaan pengarang dikala menciptakan suatu karya sastra.
Caswati, lahir di Jakarta, 23 September 1989 Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, bertempat tinggal di GMNU, Jalan H.O.S. Cokroaminoto TR III/890B, Gg. Ngadimulyo, Sudagaran, Yogyakarta, telepon (0274) 619730
1. Struktur Teks Ulasan Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Struktur teks ulasan terdiri dari penggalan orientasi, tafsiran isi, evaluasi, dan rangkuman. Orientasi erupakan citra umum atas materi atau karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut sanggup berupa paparan wacana nama, kegunaan, dan sebagainya. Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada penggalan ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Selain itu, penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas Bagian penilaian dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi citra terang suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini sanggup berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut. Pada penggalan rangkuman penulis memperlihatkan ulasan final berupa simpulan karya tersebut.
Supaya sanggup mengulas cerpen “Emak dan Sepotong Roti” karya Caswati dengan baik, baca cerpen itu dengan cermat cerpen tersebut. Kemudian ulas berdasarkan struktur teks ulasan yang terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman. Di dalam mengulas cerpen, hal penting yang harus perhatikan yaitu citra umum, ringkasan, serta kelebihan dan kekurangan dari cerpen tersebut.
Struktur Teks | Kalimat |
---|---|
Orientasi | Emak dan Sepotong Roti merupakan salah satu judul hasil karya sastra Caswati, yang berupa cerpen. Cerpen karangan mahasiswi jurusan satra di UGM ini menceritakan wacana kisah usaha seorang Emak dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia rela melaksanakan pekerjaan berat demi menyekolahkan kedua putinya, Dani dan Dina. Cerpen tersebut dikarangnya dikala mengikuti lomba dalam rangka bulan bahasa dan sastra yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat Balai Bahasa Yogyakarta pada tahun 2007. |
Tafsiran | Cerita dalam cerpen ini diawali dengan kejadian kemarau berkepanjangan yang melanda sebuah desa. Kemarau itu mengakibatkan lahan persawahan dan sungai sumber mata air penduduk desa mengering. Keadaan itu menciptakan sebagian warga meninggalkan sungai tersebut. Namun beda halnya dengan Emak, ia justru sering mendatangi sungai itu untuk mengumpulkan batu. Sejak suaminya meninggal empat tahun yang lalu, ia harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kasar demi menyambung hidupnya dan menyekolahkan kedua putrinya, Dani dan Dina. Ia tidak ingin anaknya bernasib sama sepertinya Tapi Emak sedikit beruntung, lantaran Dani, putri sulungnya selalu membantunya, meski hanya di hari ahad saja, alasannya yaitu sore hari ia gres pulang sekolah. Namun suatu hari minggu, dikala Dani hendak membantu, tidak menyerupai biasanya, Emak menolak bantuaanya dan menyuruhya untuk pulang. Meski merasa agak aneh, Dani dan Dina bergegas pergi meninggalkan Emak. Tapi belum usang melangkah, mereka mendengar bunyi jeritan Emak yang tangan kirinya penuh dengan darah akhir terkena palu. Sejak dikala itu, Emak tak lagi sanggup bekerja dan jadi sangat pendiam. Dani ingin membawa Emak berobat dengan uang sisa hasil penjualan batu, namun Emak selau menolak. Dani pun menuruti kata Emak, ia merawatnya dengan penuh kasih sayang. Suatu hari dikala Dani berulang tahun, Emak memberinya kejutan sebuah roti tart yang sederhana. Sebelumnya Emak berkata pada Dina supaya memberitahu Dani untuk membangunkannya sesudah ia pulang. Dani pun eksklusif membangunkan Emaknya. Namun Emak tak berdiri juga. Wajah pucat Emak menciptakan Dani tersadar jikalau ia gres saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sementara Dina hanya memandangi keduanya dengan wajah polosnya. |
Evaluasi | Cerpen karangan gadis kelahiran 23 September 1989 ini tersusun sangat runtut, sehingga pembaca lebih gampang memhami isinya. Selain itu, kosakata yang dipakai sanggup menciptakan pembaca terlarut dalam cerita. Serta, alu ceritanya yang unik dan berbeda dengan cerpen-cerpen zaman kini yang biasanya berisi wacana kisah cinta remaja. Namun sayangnya, ada beberapa kata yang tak baku dalam cerpen tersebut. Seperti kata gedheg yang seharusnya diganti dengan kata lain dalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti sama. Sebab, tidak semua pembaca mengetahui apa arti kata tersebut, dan niscaya akan terasa lebih lezat dibaca. |
Rangkuman | Tetapi, dengan mengesampingkan kekurangan tersebut, cerpen ini sangatlah cocok untuk dewasa Indonesia. Sebab, di dalamnya terkandung banyak pesan yang bermakna, yang sanggup memotivasi kita supaya semangat menjalani hidup, bersyukur atas segala pemberiaan Tuhan, berbakti kepada orang tua, dan bekerja keras untuk mewujudkan sesuatu yang kita inginkan. |
2. Tema Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Tema yaitu inspirasi sebuah cerita. Pengarang dalam menulis dongeng bukan sekadar ingin bercerita, tetapi ingin menyampaikan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakannya itu sanggup duduk perkara kehidupan, pandangan hidupnya wacana kehidupan ini, atau komentar terhadap kehidupan ini. Semua kejadian dan perbuatan tokoh cerita, didasari oleh inspirasi pengarang tersebut.
Sebuah cerpen harus selalu menyampaikan sesuatu, yaitu pendapat pengarang wacana hidup ini sehingga orang lain sanggup mengerti hidup ini lebih baik. Pesan itu tentu saja tidak dikemukakan secara definitif. Pengarang menyatakan inspirasi atau tema dalam unsur cerita. Dalam cerpen yang berhasil, tema justru tersamar dalam seluruh elemen. Pengarang memakai dialog-dialog tokoh, jalan pikiran, perasaan, kejadian-kejadian, latar dongeng untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya.
Dengan demikian, tema cerpen tersebut yaitu usaha seorang ibu, pengarang sanggup memberikan tema itu melalui tokoh utama, yaitu emak seorang ibu yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya
3. Plot Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Plot sering juga disebut alur cerita. Jalan dongeng bukanlah plot. Jalan dongeng hanyalah perwujudan, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot. Plot tidak sama dengan jalannya cerita. Plot dengan jalannya dongeng memang tidak sanggup dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Secara umum plot sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut.
- Pengenalan. Cerita dalam cerpen ini diawali dengan kejadian kemarau berkepanjangan yang melanda sebuah desa. Kemarau itu mengakibatkan lahan persawahan dan sungai sumber mata air penduduk desa mengering. Keadaan itu menciptakan sebagian warga meninggalkan sungai tersebut.
- Timbulnya konflik. Namun suatu hari minggu, dikala Dani hendak membantu, tidak menyerupai biasanya, Emak menolak bantuaanya dan menyuruhya untuk pulang. Meski merasa agak aneh, Dani dan Dina bergegas pergi meninggalkan Emak. Tapi belum usang melangkah, mereka mendengar bunyi jeritan Emak yang tangan kirinya penuh dengan darah akhir terkena palu..
- Konflik memuncak/Klimaks. Sejak dikala itu, Emak tak lagi sanggup bekerja dan jadi sangat pendiam. Dani ingin membawa Emak berobat dengan uang sisa hasil penjualan batu, namun Emak selau menolak. Dani pun menuruti kata Emak, ia merawatnya dengan penuh kasih sayang.
- Pemecahan.Sebelumnya Emak berkata pada Dina supaya memberitahu Dani untuk membangunkannya sesudah ia pulang. Dani pun eksklusif membangunkan Emaknya. Namun Emak tak berdiri juga. Wajah pucat Emak menciptakan Dani tersadar jikalau ia gres saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sementara Dina hanya memandangi keduanya dengan wajah polosnya.
Setelah mengenal elemen-elemen plot, analisis cerpen “Emak dan Sepotong Roti” berdasarkan elemen-elemen plot tersebut. Jenis alur pada cerpen “Emak dan Sepotong Roti” yaitu Maju. Karena dalam cerpen menceritakan kehidupan dalam keluarga tersebut dengan menceritakan secara urut ke depan.
4. Karakter
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian si penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kalau aksara tokoh lemah, seluruh dongeng menjadi lemah. Ada beberapa jalan yang sanggup menuntun kita hingga pada sebuah karakter, yaitu (1) melalui apa yang dilakukan si tokoh, (2) melalui ucapan-ucapan si tokoh, (3) melalui penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran-pikiran sang tokoh, dan (5) melalui penerangan eksklusif (penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung.
Karakter tokoh di dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. antara lain sebagai berikut.
Tokoh utama dalam cerpen ini yaitu seorang ibu (emak) yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya. Emak bekerja mulai dari buruh cuci, sesudah itu berpindah sebagai buruh tani. Tokoh emak yang penuh rasa tanggung jawab,selalu optimis dalam menjalani hidup dan tidak pernah putus asa dalam menghadapi kehidupannya yang serba sulit.
5. Latar
Dalam cerpen modern latar telah digarap para penulis menjadi unsur dongeng yang penting. Ia terjalin dekat dengan karakter, tema, suasana cerita. Hanya tahu di mana suatu dongeng terjadi tidak cukup. Latar dalam cerpen modern telah menjadi jalinan dengan unsur-unsur cerpen lainnya. Latar bukan hanya memperlihatkan kawasan dan waktu tertentu, melainkan juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, hingga pada macam debunya, anutan rakyatnya, gaya hidup mereka, dan sebagainya.
a. Latar Waktu
- Siang itu begitu terik
- Sejak memasuki kemarau
- Sejak meninggalnya bapak empat tahun lalu
- Seusai mengantar Dina sekolah
- Kebetulan ini yaitu hari Minggu
- Azan Asar berkumandang
- Samar-samar dari balik pekatnya malam
- Sekarang sudah memasuki bulan Desember.
b. Latar Tempat
Latar Tempat :Desa, sungai, gunung, pasar, bawah sebatang pohon nangka, bale-bale rumah,
Related:
c. Latar Suasana
- Bahagia, Emak tersenyum memandangi punggung anak sulungnya yang tampak bersahaja. Emak tidak menyangka bahwa anak sulungnya telah tumbuh menjadi gadis bagus berhati mulia.
- Bingung, Dani terenyak, galau memandangi Emak yang tiba-tiba terasa asing. Kenapa? Ada apa?
- Terkejut, Tepat pada langkahnya yang kelima, Dani dikejutkan dengan jeritan Emak yang memantul dari satu sisi tebing yang lain.
- Frustasi. Emak memikirkan sesuatu, sesuatu yang membuatnya tampak frustasi.
- Khawatir, Jujur, Dani semakin khawatir dengan keadaan Emak
6. Sudut Pandang
Sudut pandang intinya yaitu visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Pada dasarnya ada empat sudut pandang (point of view), yaitu (1) sudut pandang serba tahu (omniscient point of view), (2) sudut pandang objektif (objective point of view), (3) sudut pandang orang pertama, dan (4) sudut pandang orang kedua.
Sudut pandang dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti” , yaitu :
- Orang ketiga. Pengarang tidak terlibat dalam kejadian cerita. Biasanya pengarang memakai tokoh “ia”, “dia”, atau “mereka” sebagai pelaku utamanya. Atau sanggup juga dengan menyebut nama tokohnya; “Dina” dan “Dani” misalnya.
7. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen yaitu unsur pembentuk cerpen yang berada di luar cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen tidak sanggup lepas dari kondisi masyarakat pada dikala cerpen tersebut dibuat. Unsur ekstrinsik ini mempengaruhi penyajian, gaya, dan isi cerpen. Unsur ekstrinsik mencakup latar pengarang, politik, psikologi, sosial-budaya, dan agama.
Unsur ekstrinsik cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. Latar pengarang merupakan keadaan pengarang dikala menciptakan suatu karya sastra.
Caswati, lahir di Jakarta, 23 September 1989 Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, bertempat tinggal di GMNU, Jalan H.O.S. Cokroaminoto TR III/890B, Gg. Ngadimulyo, Sudagaran, Yogyakarta, telepon (0274) 619730