Unsur Kebahasaan Teks Diskusi
Tuesday, August 25, 2020
Edit
Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi yakni goresan pena yang mengulas sebuah dilema (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang gosip tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Wacana yang mengandung permasalahan ini yakni wacana yang mempunyai dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung gosip dan penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang tersebut harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta acuan yang berafiliasi dengan gosip yang dibahas.
Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan menurut dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri yakni unutk mengetengahkan suatu dilema atau gosip yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum hingga pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.
Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami wacana ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda hubung perlawanan, memakai kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan memakai kata modalitas. Perhatikan teladan teks diskusi di bawah ini.
Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?
1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan memakai kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan sanggup dilihat pada teladan berikut.
2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal yakni kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu sanggup berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”, teladan kohesi leksikal yakni sebagai berikut.
Berdasarkan teladan 1) tersebut sanggup dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada teladan (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Pada teladan 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada teladan 5) kalkulator, kamera, dan internet yakni hiponim dari kata aplikasi.
Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal yakni kepaduan yang dicapai dengan memakai elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, sanggup terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu sanggup disimak pada teladan berikut.
Berdasarkan teladan (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada teladan (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
3. Penggunaan Modalitas
Modalitas yakni kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata ibarat harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu sanggup dilihat pada teladan berikut.
Berdasarkan teladan (1) hingga dengan (10) tersebut kata-kata modalitas yang dipakai yakni harus, akan, dan dapat.
Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan menurut dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri yakni unutk mengetengahkan suatu dilema atau gosip yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum hingga pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.
Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami wacana ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda hubung perlawanan, memakai kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan memakai kata modalitas. Perhatikan teladan teks diskusi di bawah ini.
Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?
Struktur Teks | Kalimat |
Isu | Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian, pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan. |
Argumen Mendukung | Masyarakat yang oke siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah mempunyai alasan, yaitu orang bau tanah sanggup menghubungi anaknya baik secara pribadi maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang bau tanah merasa nyaman sebab sanggup berkomunikasi dengan anaknya jikalau terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya. Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang bau tanah perlu segera menghubungi, orang bau tanah harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan memberikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk mendapatkan telepon. Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yakni telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, ibarat kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik. |
Argumen Menolak | Sementara itu, masyarakat yang tidak oke siswa membawa telepon seluler ke sekolah menyampaikan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler sanggup memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, aktivitas pembelajaran akan terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Di samping itu, siswa sanggup memakai telepon seluler untuk aktivitas melawan aturan ibarat pencurian, dan sejenisnya. Aplikasi internet di telepon seluler menunjukkan kesempatan untuk melaksanakan kecurangan. Siswa sanggup pergi ke internet untuk mencari balasan pada ketika ulangan. Siswa bisa membawa teks contekan dalam telepon seluler. Kadang-kadang, hanya bawah umur dari keluarga bisa yang mempunyai telepon seluler. Hal ini sanggup menjadikan banyak dilema sosial, ibarat kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses adaptasi di sekolah menjadi agak sulit sebab adanya kesenjangan sosial. |
Simpulan | Cara untuk mengatasi dilema ini yakni pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah dengan orang bau tanah semoga menghasilkan kebijakan yang tepat. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai efek positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa efek negatif belaka. |
1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan memakai kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan sanggup dilihat pada teladan berikut.
- Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan.
- Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.
- Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang bau tanah perlu segera menghubungi,
2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal yakni kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu sanggup berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”, teladan kohesi leksikal yakni sebagai berikut.
- Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yakni telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, ibarat kalkulator, kamera, dan internet.
- Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yakni telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesori, ibarat kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
- Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan.
- Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.
- Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yakni telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, ibarat kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Berdasarkan teladan 1) tersebut sanggup dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada teladan (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Pada teladan 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada teladan 5) kalkulator, kamera, dan internet yakni hiponim dari kata aplikasi.
Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal yakni kepaduan yang dicapai dengan memakai elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, sanggup terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu sanggup disimak pada teladan berikut.
Related:
- Masyarakat yang oke bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah sebab hal itu sanggup memudahkan orang tua untuk sanggup menghubungi anaknya.
- Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa ketika kesempatan mengajar sebab terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
Berdasarkan teladan (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada teladan (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
3. Penggunaan Modalitas
Modalitas yakni kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata ibarat harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu sanggup dilihat pada teladan berikut.
- Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang bau tanah perlu segera menghubungi, orang bau tanah harus menghubungi kantor sekolah.
- Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan memberikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk mendapatkan panggilan.
- Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
- Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
- Masyarakat yang oke siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah mempunyai alasan, yaitu orang bau tanah dapat menghubungi anaknya baik secara pribadi maupun tidak langsung.
- Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang bau tanah merasa nyaman sebab dapat berkomunikasi dengan anaknya jikalau terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
- Di samping itu, siswa dapat memakai telepon seluler untuk aktivitas melawan aturan ibarat pencurian, dan sejenisnya.
- Sementara itu, masyarakat yang tidak oke siswa membawa telepon seluler ke sekolah menyampaikan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
- Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari balasan pada ketika ulangan.
- Hal ini dapat menjadikan banyak dilema sosial, ibarat kecemburuan, pencurian, dan pelecehan.
Berdasarkan teladan (1) hingga dengan (10) tersebut kata-kata modalitas yang dipakai yakni harus, akan, dan dapat.