Mengenal Pendekar Nasional
Saturday, November 28, 2020
Edit
Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada mereka alasannya besarnya jasa dan usaha mereka untuk kepentingan bangsa dan negara di masa penjajahan dulu. Berkat usaha para pahlawan menyerupai mereka, bangsa kita mempunyai peluang dan harapan untuk merdeka. Sehingga bangsa Indonesia sanggup meraih kehidupan yang sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sebagai generasi penerus kita wajib meneruskan usaha mereka dengan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Kita harus membantu pembangunan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Pahlawan Nasional ialah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan faktual yang sanggup dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. Diantara sekian banyak pahlawan nasional yang ada diantaranya ialah Dr. Sutomo, Ki Hajar Dewantoro, dan EE Douwes Dekker. Berkat usaha mereka kita hidup sebagai bangsa yang merdeka.
1. Dr Soetomo
Dr. Soetomo lahir di Nganjuk, Jawa Timur, dia ialah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Dr. Soetomo merupakan salah satu pahlawan yang menerima gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 yang ditetapkan melalui Keppres No. 657 Tahun 1961.
Beliau bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modern pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tujuan perkumpulan ini ialah kemajuan nusa dan bangsa yang serasi dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi harapan kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.
Pada tahun 1924 dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum arif Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club atau Kelompok Studi Indonesia di Surabaya, pada tahun 1930 mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).
Nilai yang sanggup kita diteladani dari dia ialah semangatnya untuk bangun melawan penjajah dan membela kepentingan rakyat, rasa cinta tanah air, dan kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia. Dengan usaha yang dilakukan oleh dia dan rekan-rekannya bangsa Indonesia bangun untuk membebaskan diri dari penjajah.
Hasil perjuangannya belia ialah pergerakan-pergerakan atau organisasi untuk kebangkitan bangsa Indonesia dan berdirinya banyak organisasi.
2. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, ketika genap berusia 40 tahun, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak ketika itu, ia tidak lagi memakai gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia sanggup bebas bersahabat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk rakyat jelata. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada penerima didik biar mereka mengasihi bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Ajarannya yg populer ialah " Ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani" artinya " di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberi dukungan". kini kata " tut wuri handayani" dijadikan semboyan Departemen Pendidikan Nasional.
Beliau mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa. Beliau juga rajin menulis perihal pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Pada zaman Pendudukan Jepang, acara di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Salah satu hasil usaha dia ialah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Selain itu, ada juga konsep berguru tiga dinding. Ki Hajar menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding; sedangkan satu sisi lainnya terbuka. Filosofi ini mencerminkan, seharusnya tidak ada batas atau jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya.
Selain itu dia juga mewariskan tiga anutan yang sampai kini masih terkenal, "Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani." Konsep ini bermakna, "Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan." Konsep tersebut masih relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional cukup umur ini.
Kita harus meneladani nilai juang yang dia tinggalkan. Salah satu nilai juang Ki Hadjar Dewantara ialah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesi. Tanpanya, mungkin bangsa Indonesia tidak sanggup mencapai keadaan menyerupai ketika ini. Rasa cinta tanah air yang besar menggugah dia untuk mendirikan Taman Siswa, dia mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.
3. EE Douwes Dekker
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker, umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabud lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 ialah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Beliau ialah seorang peletak dasar nasionalisme. Pada awal pergerakan Nasional bersama Ki Hajar Dewantoro dan dr. Cipto Mangunkusumo yang tergabung dalam Tiga Serangkai, Danudirja Setiabudi mendirikan organisasi Indische Partij. Tujuan Indische Partij ialah kemerdekaan Hindia/Indonesia. Bersama Ki Hajar Dewantara pula ia ikut dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1924 didirikan Ksatrian Instituut oleh salah satu tokoh pergerakan nasional Indo-Belanda Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (E.F.E.) Douwes Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danoedirdja Setiabudhi.
Beliau berhasil memperjuangkan nasionalisme Bangsa Indonesia melaui Indische Partij untuk usaha dalam bidang politik. Dalam bidang pendidikan dia berhasil mendirikan forum pendidikan Ksatrian Instituut.
Nilai juang yang sanggup kita teladani dari dia ialah rasa cinta tanah air. Meskipun dia mempunyai darah Belanda, Jerman, Perancis , dan Jawa dari orang tuanya, tetapi jiwa nasionalismenya sangat tinggi. Danudirja Setiabudhi sangat menentang segala bentuk kolonialisme bangsa Eropa di Asia dan Afrika.
Pahlawan Nasional ialah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan faktual yang sanggup dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. Diantara sekian banyak pahlawan nasional yang ada diantaranya ialah Dr. Sutomo, Ki Hajar Dewantoro, dan EE Douwes Dekker. Berkat usaha mereka kita hidup sebagai bangsa yang merdeka.
1. Dr Soetomo
Dr. Soetomo lahir di Nganjuk, Jawa Timur, dia ialah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Dr. Soetomo merupakan salah satu pahlawan yang menerima gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 yang ditetapkan melalui Keppres No. 657 Tahun 1961.
Beliau bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modern pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tujuan perkumpulan ini ialah kemajuan nusa dan bangsa yang serasi dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi harapan kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.
Pada tahun 1924 dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum arif Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club atau Kelompok Studi Indonesia di Surabaya, pada tahun 1930 mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).
Nilai yang sanggup kita diteladani dari dia ialah semangatnya untuk bangun melawan penjajah dan membela kepentingan rakyat, rasa cinta tanah air, dan kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia. Dengan usaha yang dilakukan oleh dia dan rekan-rekannya bangsa Indonesia bangun untuk membebaskan diri dari penjajah.
Hasil perjuangannya belia ialah pergerakan-pergerakan atau organisasi untuk kebangkitan bangsa Indonesia dan berdirinya banyak organisasi.
2. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, ketika genap berusia 40 tahun, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak ketika itu, ia tidak lagi memakai gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia sanggup bebas bersahabat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk rakyat jelata. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada penerima didik biar mereka mengasihi bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Ajarannya yg populer ialah " Ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani" artinya " di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberi dukungan". kini kata " tut wuri handayani" dijadikan semboyan Departemen Pendidikan Nasional.
Beliau mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa. Beliau juga rajin menulis perihal pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Pada zaman Pendudukan Jepang, acara di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Salah satu hasil usaha dia ialah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Selain itu, ada juga konsep berguru tiga dinding. Ki Hajar menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding; sedangkan satu sisi lainnya terbuka. Filosofi ini mencerminkan, seharusnya tidak ada batas atau jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya.
Selain itu dia juga mewariskan tiga anutan yang sampai kini masih terkenal, "Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani." Konsep ini bermakna, "Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan." Konsep tersebut masih relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional cukup umur ini.
Kita harus meneladani nilai juang yang dia tinggalkan. Salah satu nilai juang Ki Hadjar Dewantara ialah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesi. Tanpanya, mungkin bangsa Indonesia tidak sanggup mencapai keadaan menyerupai ketika ini. Rasa cinta tanah air yang besar menggugah dia untuk mendirikan Taman Siswa, dia mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.
3. EE Douwes Dekker
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker, umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabud lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 ialah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Beliau ialah seorang peletak dasar nasionalisme. Pada awal pergerakan Nasional bersama Ki Hajar Dewantoro dan dr. Cipto Mangunkusumo yang tergabung dalam Tiga Serangkai, Danudirja Setiabudi mendirikan organisasi Indische Partij. Tujuan Indische Partij ialah kemerdekaan Hindia/Indonesia. Bersama Ki Hajar Dewantara pula ia ikut dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1924 didirikan Ksatrian Instituut oleh salah satu tokoh pergerakan nasional Indo-Belanda Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (E.F.E.) Douwes Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danoedirdja Setiabudhi.
Beliau berhasil memperjuangkan nasionalisme Bangsa Indonesia melaui Indische Partij untuk usaha dalam bidang politik. Dalam bidang pendidikan dia berhasil mendirikan forum pendidikan Ksatrian Instituut.
Nilai juang yang sanggup kita teladani dari dia ialah rasa cinta tanah air. Meskipun dia mempunyai darah Belanda, Jerman, Perancis , dan Jawa dari orang tuanya, tetapi jiwa nasionalismenya sangat tinggi. Danudirja Setiabudhi sangat menentang segala bentuk kolonialisme bangsa Eropa di Asia dan Afrika.