Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Islam

Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Nusantara meninggalkan karya berupa bangunan menyerupai masjid dan makam, serta karya seni. Peninggalan Islam sanggup juga kita temui dalam bentuk karya seni menyerupai seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Peninggalan Islam yang sanggup kita saksikan merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab.

Seni ukir dan seni pahat ini sanggup kita dijumpai pada masjid-masjid. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, contohnya tarian Seudati dari Aceh. Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi yakni menggambar dengan memakai huruf-huruf arab. Kaligrafi sanggup ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai. Itulah beberapa peninggalan kerajaan Islam yang berbentuk seni. Pada goresan pena ini akan dibahas mengenai peninggalan kerajaan Islam yang berbentuk karya sastra saja.

1. Hikayat
Hikayat yakni karya sastra yang berisi kisah atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Hikayat-hikayat peninggalan kerajaan Islam menerima efek dari Arab, Persia, India, dan lain-lain. Kebanyakan hikayat-hikayat ini pada awalnya berisi dakwah kepada masyarakat atau undangan kepada umat Islam semoga memperkuat keimanannya. Dalam hikayat bernapas Islam di Nusantara, biasanya tokoh-tokoh satria tersebut dikisahkan memperjuangkan kedaulatan suatu daerah.
  • Hikayat Raja-raja Pasai, diperkirakan ditulis masa ke-14. Berkisah perihal Merah Silu yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad, lalu Marah Silu bersyahadat dan menjadi Sultan Pasai pertama bergelar Malik al-Saleh.
  • Hikayat Si Miskin, dikenal juga dengan nama Hikayat Marakarma. Berkisah perihal Manakarma yang lahir dari keluarga miskin, namun lantaran kebaikan budinya risikonya menjadi raja. Selain pokok-pokok fatwa Islam, hikayat ini berisi fatwa moral dan proposal menuntut ilmu.
  • Hikayat Amir Hamzah, berkisah perihal kepahlawanan Amir Hamzah dalam memperjuangkan Islam dan mempertahankan Melaka dari serangan Portugis, dan melawan mertuanya yang masih kafir. Diperkirakan ditulis sebelum tahun 1511.
  • Hikayat Bayan Budiman, berupa kisah berbingkai yang disadur dari hikayat India, Sukasaptati, yang sebelumnya telah disesuaikan ke dalam bahasa Persia oleh Kadi Hassan pada 1371. Berisi kisah perihal burung bayan yang mencegah seorang wanita muda yang hendak berselingkuh.
  • Hikayat Prang Sabi, ditulis oleh Tgk Chik Pante Kulu pada 1881, dan menjadi inspirator jihad rakyat Aceh melawan Belanda. Berisi kisah perihal bidadari nirwana (ainul mardhiyah) yang menjadi jodoh bagi para pejuang yang syahid.
kerajaan Islam yang ada di Nusantara meninggalkan karya berupa bangunan menyerupai masjid dan Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Islam
2. Syair
Syair menjadi media penyebaran Islam bukan saja di Nusantara, tapi hampir di seluruh dunia. Syair-syair peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain:
  • Syair Perahu, karya Hamzah Fansuri yang hidup di Aceh masa pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah Sayidil Mukamil (1589-1604 M). Syair ini berisi pengajaran perihal adab.
  • Syair Kompeni Walanda, yang di dalamnya berisi riwayat Nabi.
  • Syair Perang Banjarmasin, diperkirakan ditulis masa ke-16. Kendati di dalamnya berisi beberapa pokok fatwa Islam, namun syair yang tidak diketahui pengarangnya ini dipastikan pro-Belanda, lantaran teks pembukanya berisi kebanggaan atas pemerintahan Belanda. Syair ini juga mendiskreditkan Pangeran Hidayatullah sementara di mata rakyat, ia yakni patriot.
  • Syair Siak Sri Indrapura yang berisi silsilah raja-raja Siak.
  • Syair Ikan Terubuk, syair anonim yang berupa kisah fiksi berisi kisah-kisah dengan muatan budpekerti dan tuntunan sikap beragama.

3. Suluk
Suluk yakni karya sastra yang berisi perihal tasawuf mengenai keesaan dan keberadaan Allah SWT. Suluk dan tembang gubahan Sunan Bonang ditulis pada daun lontar. Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil, antara lain Suluk Wijil. Suluk yakni karya sastra yang berisi perihal ilmu tasawuf. Dia juga menggubah tembang Tombo Ati (Obat Hati) yang sekarang masih sering dinyanyikan orang. Beberapa suluk yang lain yakni :
  • Suluk Sukarsa, berisi fatwa perihal hakikat kepemimpinan.
  • Suluk Syarab al Asyiqin, karya Hamzah Fansuri yang berisi fatwa wahdat al-wujud, dan tahap-tahap pencapaian makrifat.
  • Suluk Malang Sumirang, ditulis oleh Sunan Panggung dari Demak, sekitar tahun 1520. Berisi kritikan terhadap Sultan Demak, dan fatwa Sunan Panggung dianggap sesat.

4. Sastra dalam bentuk Kitab
Beberapa kitab peninggalan sejarah Islam, antara lain:
  • Kitab Manik Maya, ditulis pada 1740 oleh Raden Mas Ngabei Ronggo, berisi sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa.
  • Kitab Sasana-Sunu, digubah pada 1798 oleh Raden Tumenggung Sastranegara, berisi fatwa perihal tata cara hidup Islam, dan fatwa meneladani Rasulullah.
  • Kitab Nitisastra, digubah pada masa ke-15, tidak diketahui penulisnya. Berisi fatwa moral dan pandangan hidup berupa kebijaksanaan.
  • Kitab Nitisruti, berisi fatwa perihal filsafat dan moral. Tidak diketahui penulisnya.
  • Kitab Sastra Gending, karya Sultan Agung yang memuat fatwa filsafat dan kebajikan.

5. Babad
Babad yakni kisah sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain:
  • Babad Tanah Jawi, ditulis oleh Carik Braja pada 1788 atas perintah Sunan Paku Buwono III. Babad ini berisi silsilah raja-raja dari zaman Mataram Hindu sampai Mataram Islam.
  • Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin).
  • Babad Raja-Raja Riau, yang berisi perihal silsilah raja-raja Riau yang bercorak Islam.
  • Babad Demak, berisi kisah Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak.
  • Babad Cirebon, berisi kisah Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan membangun perkampungan Muslim.
  • Babad Gianti, diperkirakan ditulis pada 1803, membahas fenomena-fenomena politik Pulau Jawa sekitar 1741 - 1757.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel