Hasil Kebudayaan Kala Hindu-Buddha
Thursday, September 26, 2019
Edit
Kerajaan Hindu-Buddha sanggup berkembang di Nusantara berkat kekerabatan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh menyerupai India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah.. Pada masa hindu-budha muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa kurun ke-7 sampai kurun ke-14. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai kawasan sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit.
Arus kemudian lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur kemudian lintas maritim yang dilewati India-Cina yakni Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di akrab Selat Malaka menjadi sering dikunjungi oleh bangsa-bangsa menyerupai dari India dan Persia. Munculnya pedagang-pedagang dari negara lain menciptakan pelabuhan yang ada di Indonesia menjadi ramai dan kegiatan ekonomi meningkat.
Pengaruh asingpun masuk ke nusantara, salah satunya yakni Hindu-Budha. Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menjadikan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang menunjukkan dampak kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya hindu-budha. Hasil kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Hindu- Buddha bermacam-macam bentuknya, ada yang berbentuk bangunan (candi), seni patung (arca-arca), seni pahat dan ukir (relief), serta sastra (kitab-kitab).
a. Candi
Candi umumnya berbentuk bangunan yang tinggi dengan tiga bagian. Bagian bawah merupakan lambang bhurloka (alam manusia), kepingan tengah menggambarkan bhuvarloka (alam kematian), dan kepingan atap melambangkan swarloka (alam para dewa).
Candi-candi yang ada di Indonesia mempunyai corak berbeda. Candi-candi yang ada di Jawa Tengah kepingan utara biasanya berbentuk melingkar, di mana candi-candi kecil melingkari candi utama yang besar. Ini menggambarkan susunan masyarakat yang menempatkan raja sebagai sentra kekuasaan. Ini sanggup dipahami, mengingat kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah kepingan utara umumnya merupakan kerajaan Hindu.
Candi-candi yang ada di Jawa Tengah kepingan selatan umumnya mempunyai ukuran yang sama besar, tidak ada candi yang besar maupun tingginya melebihi yang lain. Ini menggambarkan susunan masyarakat demokratis yang menempatkan raja dan masyarakat lainnya setara. Hal ini merupakan karakter agama Buddha yang tidak menganut sistem kasta.
Candi-candi di Jawa Timur biasanya menempatkan candi utama yang besar di belakang candi-candi yang lebih kecil. Hal ini menggambarkan kedudukan raja sebagai pemersatu masyarakat. Candi tidak hanya terdapat di pulau Jawa namun juga terdapat di pulau-pulau lain. Misalnya, candi Muara Takus yang terdapat di Sumatra.
Daftar Nama Candi
Candi Hindu | |
No | Nama Candi dan Lokasi |
1. | Candi Prambanan (Yogyakarta, Mataram Lama) Candi Dieng (Jawa Tengah, Mataram Lama). Candi Panataran (Blitar, Kediri) Candi Kidal (Malang, Singasari) Candi Cangkuang (Garut, Jabar) Candi Arjuna (Dieng-Jateng) Candi Bima (Dieng-Jateng) Candi Gatotkaca (Dieng-Jateng) Candi Gunung Wukir (Jawa Tengah) Candi Prambanan (Yogyakarta) Candi Sambisari (Yogyakarta) Candi Kedulan Kalasan-Yogyakarta) Candi Kimpulan (Sleman-Yogyakarta) Candi Barong (Prambanan-Yogyakarta) Candi Ijo (Yogyakarta) Candi Gebang (Sleman-Yogyakarta) Candi Asu (Magelang-Jateng) Candi Penataran (Blitar-Jatim) Candi Kidal (Malang-Jatim) Candi Jawi (Pasuruan-Jatim) Candi Jago (Malang-Jatim) Candi Singhasari (Malang-Jatim) Candi Surawana (Kediri-Jatim)· Trowulan (Mojokerto-Jatim) Candi Ceto (Karanganyar-Jateng) Candi Sukuh (Karanganyar-Jateng) Candi Gedong Songo (Ambarawa-Jateng) Candi Bojongmenje (Bandung-Jabar) Candi Losari (Magelang-Jateng) Candi Gunungsari (Magelang-Jateng) Candi Pringapus (Temanggung-Jateng) Candi Liyangan (Temanggung-Jateng) Candi Morangan (Sleman-Yogyakarta) Candi Abang (Sleman-Yogyakarta). |
Candi Budha | |
2. | Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah Candi Kalasan, Kalasan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta Candi Muara Takus, Kabupaten Kampar, Riau Candi Bahal (Tapanuli Selatan-Sumut), Candi Banyunibo (Yogyakarta), Candi Pawon (Magelang-Jateng) Candi Lumbung (Prambanan-Yogyakarta) Candi Mendut (Magelang-Jateng) Kompleks Candi Muaro Jambi (Muaro Jambi-Jambi) Candi Ngawen (Magelang-Jateng) Percandian Batujaya (Karawang-Jabar) Candi Plaosan (Prambanan-Yogyakarta) Candi Sari (Yogyakarta) Candi Sojiwan (Klaten-Jateng) Candi Sumberawan (Malang-Jatim) Candi Sewu (Prambanan-Yogyakarta) |
b. Yupa/Prasasti
Yupa/prasasti yakni tugu kerikil yang berfungsi sebagai tugu peringatan. Yupa/Prasasti memakai abjad Pallawa atau bahasa Sanskerta dan menjadi sumber utama bagi para andal dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha.
Daftar Nama Prasasti
Kerajaan Kutai | |
No | Nama Prasasti |
1. | Tujuh buah Yupa (tugu kerikil bertulis untuk peringatan upacara korban) di temukan di sungai Mahakam sebagai bukti berdirinya Kerajaan Kutai, ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta |
Kerajaan Tarumanegara | |
2. |
|
Kerajaan Ho Ling | |
3. | Prasasti yang ditemukan yakni Prasasti Tuk Mas Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu kawasan Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan perihal mata air yang higienis dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar menyerupai trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan kekerabatan insan dengan dewa-dewa Hindu. |
Kerajaan Sriwijaya | |
4. |
|
Kerajaan Kanjuruhan | |
5. | Prasasti Dinoyo (760 M) . Prasasti ditulis dengan huruf Kawi (Jawa Kuno) dan ditemukan di Desa Dinoyo (Kejuron) di tepi Sungai Merto (Malang, Jawa Timur). Prasasti tersebut memuat keterangan-keterangan perihal Kerajaan Kanjuruhan. |
Mataram Kuno | |
6. |
|
Mataram Kuno (JawaTimur) | |
7. |
|
Jenggala dan Kediri | |
8. |
|
Singhasari | |
9. |
|
Kerajaan Majapahit | |
10. |
|
Kerajaan Pajajaran | |
11. |
|
Masa Hindu dan Buddha meninggalkan beberapa kitab yang isinya beragam. Ada yang berisi cerita, gosip sejarah, atau dongeng-dongeng. Isi kitab umumnya berbentuk syair. Kitab-kitab tersebut antara lain:
Masa Kerajaan Kediri1. Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
2. Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh
3. Kitab Smaradhana, karya Mpu Darmaja
4. Kitab Lubdaka dan Kitab Wartasancaya, karya Mpu Tanakung
5. Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna
6. Kitab Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa
Masa Kerajaan Majapahit
1. Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca
2. Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular
3. Kitab Pararaton, menceritakan raja-raja Singosari dan Majapahit
4. Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
5. Kitab Ranggalawe, menceritakan Pemberontakan Ranggalawe
6. Kitab Sorandaka, menceritakan Pemberontakan Sora
7. Kitab Usana Jawa, menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar
d. Arca
Arca merupakan kerikil yang dipahat sampai membentuk insan atau binatang. Biasanya, dibentuk untuk menggambarkan orang-orang atau dewa-dewa tertentu. Beberapa arca hasil kebudayaan Hindu-Buddha antara lain arca Syiwa, Brahma, Wisnu, Buddha, dan Dhyani Boddhisatwa.
e. Relief
Relief merupakan pahatan goresan pena atau gambar yang biasanya terdapat pada dinding candi. Beberapa relief ada yang menceritakan pengalaman hidup raja dan para tuhan Hindu atau Buddha.
f. Tradisi atau Kebiasaan
f. Tradisi atau Kebiasaan
- Ngaben, merupakan upacara pembakaran mayit pada masyarakat Hindu di Bali. Upacara Ngaben dimaksudkan untuk mengembalikan insan kepada asalnya.
- Nyepi merupakan upacara keagamaan masyarakat Hindu. Nyepi mempunyai tujuan untuk mengoreksi diri dan mawas diri terhadap sikap yang telah diperbuat setahun yang lalu. Nyepi dilakukan dengan berdiam diri di rumah tanpa melaksanakan kegiatan apapun sesuai dengan aturan dalam upacara nyepi. Nyepi dilakukan untuk memperingati tahun gres Saka.
- Galungan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan setiap 210 hari sekali, jatuh pada hari Rabu Kliwon, dua kali dalam satu tahun.
- Kuningan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan dua ahad sesudah hari Raya Galungan.
- Sadranan dilakukan oleh masyarakat Hindu dengan membawa sesajian kuburan atau tempat-tempat keramat.
- Kesodo merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan upacara mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.