Menyusun Naskah Drama

Naskah atau lakon dibentuk oleh seorang penulis naskah (sastrawan). Dia ialah seniman utama, lantaran dengan karya sastranya sanggup mengilhami para insan teater untuk mewujudkan sebuah karya pertunjukan. Para sastrawan membuat naskah atau lakon drama dengan maksud untuk dipentaskan. Oleh lantaran itu, ada penulis naskah yang merangkap sebagai sutradara, alasannya penulis tersebut lebih tahu wacana maksud isi naskah atau lakon yang ditulisnya. Ada pula penulis naskah yang hanya bisa dan anggun dalam membuat naskah, tetapi kurang anggun menyutradarainya dalam bentuk pertunjukan.

Sebaliknya, banyak dramawan yang andal sebagai sutradara, tetapi tidak sanggup membuat naskah. Antara penulis naskah dengan sutradara teater mempunyai korelasi timbal-balik. Kedua insan tersebut sanggup saling menguntungkan. Penulis naskah populer lantaran karyanya dipentaskan dan ditonton oleh masyarakat. Sebaliknya sutradara juga otomatis populer dengan karya pertunjukannya.

Salah satu komponen yang diharapkan untuk mementaskan sebuah drama ialah naskah drama. Naskah drama berisi dongeng yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, menyerupai seting, pelaku (tokoh), obrolan (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris), serta petunjuk laku.
  1. Seting dalam sebuah drama meliputi semua unsur nan mendukung alur cerita, menyerupai lokasi kejadian, waktu kejadian, serta suasana atau kondisi kejadian. Semua unsur pendukung ini berperan sebagai penguat dongeng atau insiden sehingga penonton bisa dengan gampang memahami apa nan sedang berlangsung.
  2. Dialog sanggup dikatakan menjadi karakteristik khas dari drama. Tanpa dialog, sebuah karya sastra tak bisa disebut sebagai drama. Dialog ialah percakapan pribadi yang terjadi di antara tokoh dalam cerita. Dalam obrolan inilah sanggup diketahui jalan dongeng atau problem apa nan terjadi dan diangkat dalam drama tersebut.
  3. Petunjuk laris atau catatan pinggir berisi klarifikasi kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur dongeng lainnya. Petunjuk laris sangat diharapkan dalam naskah drama. Petunjuk laris berisi petunjuk teknis wacana tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya pemain film atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laris ini biasanya ditulis dengan memakai abjad yang dicetak miring atau abjad besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laris ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.
  4. Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau kiprah utama disebut primadona sedangkan kiprah pembantu disebut figuran. Tokoh mempunyai posisi yang sangat penting lantaran bertugas mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas. Dalam dongeng drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi pencetus cerita.oleh lantaran itu seorang tokoh haruslah mempunyai karakter, semoga sanggup berfungsi sebagai pencetus dongeng yang baik.
  5. Narator bisa juga disebut dalang. Tugasnya memaparkan isi dongeng drama kepada penonton. Meskipun berakting di atas panggung, narator berada di luar alur cerita. Pemunculannya hanya untuk membuka dan menutup suatu cerita. Akan tetapi, di tengah-tengah alur cerita, ia bisa juga muncul untuk memperlihatkan komentar terhadap dongeng yang sedang dimainkan. 
 Naskah atau lakon dibentuk oleh seorang penulis naskah  Menyusun Naskah Drama
Jalan dongeng drama diwujudkan melalui obrolan (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan sanggup memperlihatkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton sanggup mengikuti dongeng drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui obrolan itu penonton sanggup menangkap hal-hal yang tersirat di balik obrolan para pemain. Oleh lantaran itu, obrolan harus benar-benar dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama. Karena itulah, naskah drama menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah pertunjukan drama. Berikut ini teladan naskah drama berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih.

Babak 1
Seting:Rumah Bawang putih yang menggambarkan rumah desa, berdinding bambu dan berlantai tanah.
Narator:Di sebuah desa tinggal seorang janda (muncul Ibu bawang putih dan Bawang merah dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali) dengan dua orang anak perempuannya. Anak tirinya berjulukan bawang putih (muncul bawang putih dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali) dan anaknya sendiri berjulukan Bawang merah (muncul bawang merah dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali).
(Muncul Bawang merah dari balik panggung dengan membawa bakul berisi pakaian kotor)
Bawang Merah:“Bawang putih! (berteriak nyaring). Bawang putih! (berteriak lebih nyaring).
(Muncul Bawang putih dengan tergopoh-gopoh)
Bawang Putih:“Ada apa bawang merah?”
Bawang Merah:“Kemana saja sih? Tidur ya? (setengah membentak). Ini kau basuh baju-bajuku yang kotor (melempar bakul kelantai) mumpung masih pagi jadi nanti sore sudah kering! basuh yang bersih! Awas jika masih kotor! Aku adukan ke Ibu! Dasar pemalas! (Berlalu, masuk kedalam).
(Bawang putih memunguti baju-baju yang berserakan)
(Muncul Ibu dari balik panggung dengan membawa periuk kotor)
Ibu:“Kamu sedang apa Bawang putih? Kurang pekerjaan ya? (galak) pekerjaanmu di dapur banyak! Jangan enak-enakan disini! (mengamati)
Bawang Putih:“Saya mau mencuci baju Bawang merah bu”
Ibu:"Oh, bagus! Sekalian basuh periuk ini! ingat, harus hingga bersih! Sampai mengkilap menyerupai baru!
Bawang Putih:“Iya bu”
(Geber panggung ditutup)

Babak 2
Seting:Pinggir sungai dengan bunyi gemericik air dan kicauan burung. Tampak Bawang putih yang sibuk mencuci.
Narator:Bawang putih sangat sibuk, baju-baju Bawang merah sangat banyak selain itu ia juga harus berhati-hati dengan arus air yang berkali-kali menghanyutkan baju-bajunya, namun masih bisa diraih.
Bawang Putih:”Ahk…..akhirnya selesai juga (berdiri merenggangkan otot-otot) pegal-pegal rasanya. (masih merenggangkan otot) Eh, tapi sebelum pulang tidak ada salahnya saya hitung dulu baju Bawang Merah. Ada yang kurang apa tidak ( duduk dan mulai menghitung). Hah! Bajunya yang warna hijau kemana? Aduuuh! (panik).
Narator:“Bawang Putih sangat panik, lantaran baju yang dicucinya kurang satu. Dia berjalan menyusuri sungai untuk mencari baju yang hilang, namun tidak ketemu.
Narator:(Tiba-tiba muncul Ibunya dengan membawa perkakas dapur yang kotor)
Ibu:“Sedang apa kau Bawang putih?! Apa sudah selesai pekerjaanmu?(dengan anda keras)
Bawang Putih:“Sudah bu. Tapi…..tapi…..”
Ibu:"Tapi kenapa?” (marah)
Bawang Putih:“Tapi bajunya kurang satu” (ketakutan)
Ibu:“Kamu mencuci baju niscaya sambil melamun! Ayo cepat cari sana! Jangan pulang jika belum hingga ketemu!”
(Geber panggung ditutup)
Seting:Pinggir sungai, tampak seorang bapak sedang memandikan kuda.
(Muncul Bawang Putih, mendekati bapak yang sedang memandikan kuda)
Bawang Putih:“Permisi paman, apakah paman melihat ada baju yang hanyut?”
Paman:(Mengerutkan dahi) "Wah, saya tidak melihat ada baju yang hanyut. Coba saja terus berjalan kehilir. Barang kali ada yang melihat”
(Geber panggung ditutup)
Seting:Di pinggir sebuah sungai, tampak seorang lelaki sedang memancing.
Narator:Bawang putih terus berjalan menyusuri sungai, hingga akibatnya ia melihat seseorang sedang memancing.
Bawang Putih:“Permisi pak, ,apakah bapak melihat ada baju yang hanyut?”
Paman Pengail:“Tidak, tampaknya tidak kelihatan ada baju yang hanyut (memandang Bawang Putih).
Bawang Putih:“Terima kasih pak”
(Geber panggung ditutup)
Seting:Pinggir sungai ditengah hutan lebat, tampak seorang nenek berbadan besar sekali sedang mencuci beras dipinggir sungai.
Narator:Bawang putih kembali berjalan mencari bajunya yang hanyut. Ia berjalan cepat sampai-sampai tanpa sadar ia telah memasuki hutan. 
Bawang Putih:“Permisi nek, nenek yang sedang mencuci beras. Apakah nenek melihat ada baju hanyut?”
Nenek:(Berdiri, menengok kepada Bawang Putih) "Iya, ada sudah saya ambil dan saya jemur. Ikut saya kerumah. Nanti saya ambilkan (suara nenek besar dan menyerupai gemuruh).
Bawang Putih:"Terima kasih nek” (berjalan mengikuti dari belakang), nenek sini saya bawakan bakul berasnya”
Nenek:“Kamu anak yang baik” (menyerahkan bakul)
(Geber panggung ditutup)

Babak 3
Seting:Rumah nenek yang tinggi besar dan berantakan. Banyak tulang berserakan dimana-mana.
Narator:Bawang putih hingga dirumah si nenek. Rumah si nenek sudah tua, tapi besar dan tinggi. Keadaannya berantakan. Dimana-mana tampak tulang berserakan. Bawang putih sangat terkejut. Tapi tak berani berlari. Bawang putih ingat, masih harus mengambil baju yang dicarinya dengan susah payah.
(Bawang putih melirik ngeri melihat sekeliling rumah nenek). Ternyata si nenek ialah seorang raksasa perempuan.
Nenek:"Tolong Bantu saya dulu, badanku capek sekali. Rasanya sakit. Sesudah selesai nanti kau boleh pulang. Bajumu nanti saya berikan".
Pawang Putih:“Iya nek”
(Geber panggung ditutup)
Seting:Dapur nenek raksasa yang besar dan berantakan. Tampak Bawang putih yang sedang memasak.
Narator:Meskipun takut bawang putih merasa kasihan terhadap si nenek raksasa. Bawang putih membantu nenek raksasa menanak nasi, merebus air untuk minum dan membuat sayur. Bawang putih juga membantu membersihkan rumah.
(Lampu tiba-tiba padam disusul lampu panggung yang remang-remang. Terdengar bunyi jangkrik dan hewan malam lainnya)
(muncul nenek raksasa)
Bawang Putih:“Akirnya, pekerjaanku selesai juga”
Nenek:“Apakah sudah selesai pekerjaanmu?”
Bawang Putih:“Sudah nek, kini bolehkah saya pulang?”
Nenek:"Ini sudah malam, kakek sebentar lagi pulang. Dia suka sekali dengan daging anak-anak. Nanti jika berjumpa denganmu dijalan, kau bisa dimakan".
Bawang Putih:(Menggigil ketakutan dan panik. Menenggok kanan dan kiri)
Nenek:“Ha..ha..ha…jangan takut. Kakek masih jauh. Kalau berjalan langkahnya terdengar dari jauh. Nanti kau saya sembunyikan dibawah kekep”
Narator:Bawang putih hanya berdasarkan disembunyikan dibawah kekep. Tak beberapa usang terdengar bunyi langkah kaki berat.
(efek bunyi langkah yang berat menjejak tanah)
Kakek:“Ha..ha…ha..nenek saya menyerupai mencium bacin manusia?“ (mendengus, mendekati kekep)
Nenek:“Itu bacin tulang insan yang kemarin. Sekarang kakek beristirahatlah (menjauhi periuk).
(didalam kekep Bawang putih menggigil ketakutan)
(Geber panggung ditutup)
Seting:"Rumah nenek raksasa. Lampu panggung sedikit terang. Menunjukkan suasana pagi yang mulai riuh dengan kicau burung-burung. Tampak Bawang putih dan nenek raksasa.
Bawang Putih:“Nenek saya permisi pulang”.
Nenek:“Iya, ini bajumu dan sebagai tanda terima kasih lantaran sudah membantu nenek, ambillah buah waluh ini. jangan kau buka jika belum hingga rumah”
Bawang Putih:Terima kasih nek”
(Geber panggung ditutup)

Babak 4
Seting:Rumah Bawang Putih
Narator:Sesampainya dirumah Bawang putih bergegas mengambil pisau untuk membelah buah waluh.
Bawang Putih:(Membelah buah waluh) Oh…Ibu! Bawang merah! (terbelalak histeris).
Bawang Merah:“Ada apa triak-triak?” (melirik isi buah waluh) Hahhhhh! Ibu (berteriak kaget)
Ibu:(Tergopoh-gopoh) “Ada apa?”
Bawang Merah:Lihat bu!” (mengangkat isi buah waluh).
Ibu:“Hah????? (terbelalak kaget, semua tak percaya dengan buah waluh yang berisi berhiasan itu)
Bawang Putih:“Pilihlah Ibu, Bawang merah, silahkan pilih mana yang kalian suka. Ambillah”
Bawang Merah:(Bawang merah dan Ibu sibuk memilih)”
Narator:Sejak ketika itu bawang merah dan Ibu memperlakukan Bawang putih dengan baik. Mereka hidup rukun dan bahagia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel