Kualitas Penduduk Dan Munculnya Nasionalisme Indonesia
Sunday, August 30, 2020
Edit
Kualitas penduduk ialah kunci keberhasilan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar belum tentu berhasil membawa kemajuan.Kualitas penduduk sangat terkait dengan kemampuan penduduk untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Indikator kualitas atau mutu sumber daya insan sanggup dilihat dari beberapa aspek seperti; pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan. Indikator dari tingkat kesehatan penduduk sanggup dilihat dari angka janjkematian dan angka impian hidup.
Tingkat kesehatan penduduk juga tidak sanggup dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk, maka pengeluaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi sanggup menikmati makanan yang berkualitas yang memenuhi standar kesehatan.
Tingkat pendidikan yang merupakan potensi sumber daya insan yang unggul. Sementara tingkat kesehatan suatu masyarakat suatu mencerminkan kesejahteraan suatu negara. Sedangkan pendapatan yang tinggi sangat mempengaruhi upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat di suatu negara.
Kualitas penduduk bukan hanya kuat pada pembangunan nasional ketika ini. Perkembangan pergerakan nasional bangsa Indonesia juga dipengaruhi oleh kualitas penduduk. Pentingnya kualitas penduduk dalam usaha bangsa Indonesia juga sanggup dilihat pada masa pergerakan nasional.
Pada awal era XX, terjadi perubahan penting pada kualitas penduduk Indonesia. Perubahan tersebut terutama dalam bidang pendidikan. Semakin membaiknya kualitas pendidikan di Indonesia, semakin meningkat pula kualitas penduduk Indonesia. Meningkatnya kualitas penduduk di Indonesia kuat eksklusif pada pergerakan kebangsaan Indonesia.
Munculnya Nasionalisme Indonesia
Munculnya nasionalisme atau paham kebangsaan Indonesia dilatarbelakangi oleh aneka macam faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain sebahai berikut.
1) Perluasan Pendidikan
Pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis tahun 1901 yaitu; irigasi/pengairan, emigrasi/transmigrasi, dan edukasi/pendidikan. Dalam pelaksanaannya banyak penyelewengan dalam politik Etis, seperti:
- Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
- Emigrasi/transmigrasi hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah murah.
- Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.
Segi faktual yang paling dirasakan bangsa Indonesia ialah pendidikan. Semakin banyak orang Indonesia berpendidikan modern, yang lalu memelopori gerakan pendidikan, sosial, dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
2) Kegagalan usaha di aneka macam daerah
Salah satu penyebab kegagalan usaha tersebut ialah perlawanan yang bersifat kedaerahan. Memasuki era XX, corak usaha bangsa Indonesia berubah dari yang bersifat kedaerahan, menuju usaha yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat usaha bersama. Corak usaha nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum penting yaitu diikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.
Paham-paham gres menyerupai pan-Islamisme, liberalisme, sosialisme, komunisme menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut mempengaruhi aneka macam organisasi pergerakan nasional Indonesia.
Organisasi etnik banyak didirikan oleh pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa pola organisasi kedarahan antara lain sebagai berikut
Nama Organisasi | Sejarah kelahiran | Tujuan | Bentuk perjuangan |
Jong Java | Suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret, 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo | Mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya | Diplomasi, kesenian dan pengetahuan |
Tri Koro Dharmo | Tri Koro Dharmo berdiri 7 Maret 1915 di Jakarta berdiri Tri Koro Dharmo, oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. | Mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok | Diplomasi dan organisasi. |
Jong Islaminten Bond | Jong Islamieten Bond ialah perkumpulan cowok Islam yang didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1925 oleh cowok pelajar | Untuk mengadakan kursus-kursus agama Islam bagi para pelajar Islam dan untuk mengikat rasa persaudaraan antara para cowok terpelajar Islam yang berasal dari aneka macam kawasan di Nusantara | Pendidikan dan keagamaan |
Perkumpulan Pemuda Nasrani (PPK) | Muda Nasrani Jawi 1920 (bahasa jawa) diubah menjadi Perkumpulan Pemuda Nasrani (PPK) bahasa indonesia. | Mempersiapkan anggotanya dalam aneka macam bidang pelayanan pendidikan, sosial, politik, kemasyarakatan | Keagamaan dan pendidikan |
Muhammadiyah | Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. | Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya | Pendidikan dan keagamaan. |
Nahdlatul Ulama | Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) | Menegakkan pemikiran Islam berdasarkan paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. | Pendidikan dan keagamaan |
Taman Siswa | Didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta | Pendidikan cowok Indonesia dan juga sebagai alat usaha bagi rakyat Indonesia | Pendidikan untuk kaum pribumi |
Jong Sumatranen Bond | Didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta | Mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik cowok Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan berbagi budaya Sumatra | Pendidikan dan Budaya |
Sekar Rukun | Didirikan oleh para siswa Sekolah Guru (Kweekschool) di Jalan Gunungsari, Batavia, pada tanggal 26 Oktober, 1919 | (1) menumbuhkan kecintaan cowok Sunda terhadap tanah air serta meningkatkan pengetahuan orang Sunda, (2) menyatukan para cowok yang bisa berbahasa Sunda, dan (3) mengupayakan kerukunan para cowok Indonesia | Pendidikan dan Pengetahuan |
Kaum perempuan juga aktif berperan dalam aneka macam organisasi baik organisasi sosial maupun politik. Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan, telah ada semenjak dahulu. Beberapa tokoh pejuang perempuan zaman dulu antara lain sebagai berikut.
Biodata | ||
Nama | : Raden Ajeng Kartini | |
Asal Daerah | : Jawa Tengah | |
Penganugrahan | : 2 Mei 1964 | |
Lahir | : Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 | |
Wafat | : Rembang, 17 September 1904 | |
Perjuangan | Pelopor kebangkitan perempuan sebab pikiran dan pandangannya mengenai emansipasi wanita. | |
Biodata | ||
Nama | : Raden Dewi Sartika | |
Asal Daerah | : Jawa Barat | |
Penganugrahan | : 1 Desember 1966 | |
Lahir | : Bandung, 4 Desember 1884 | |
Wafat | : Tasikmalaya, 11 September 1947 | |
Perjuangan | Tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan dengan mendirikan Saloka Istri pada tahun 1904. | |
Biodata | ||
Nama | : Maria Walanda Maramis | |
Asal Daerah | : Sulawesi Utara | |
Penganugrahan | : 20 Mei 1969 | |
Lahir | : Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872 | |
Wafat | : Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924 | |
Perjuangan | Memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum ibu-ibu dengan mendirikat organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Pada tahun 1919, dia memperjuangkan semoga perempuan mempunyai hak bunyi di forum perwakilan Minahasa Raad. |