Menemukan Tema Dan Pesan Syair

Karya sastra yang sanggup kita temui dalam kehidupan sehari-hari terdiri atas puisi, prosa, dan drama. Karya sastra sanggup dinikmati secara verbal maupun tulisan. Karya sastra sanggup dibaca, didengarkan, atau ditonton. Membaca, mendengarkan dan mengiperpretasi karya sastra sanggup mempertajam kepekaan perasaan terhadap situasi yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Nilai hikmah dan pesan yang terkandung di dalamnya sanggup menjadi sarana bagi pembaca untuk membentuk pribadi yang bijaksana, halus akal pekerti santun dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Banyak sekali manfaat yang sanggup diperoleh dengan menginterprestasi karya sastra baik karya sastra yang sanggup kita nikmati secara verbal maupun tertulis.

Syair merupakan puisi Melayu lama. Istilah syair berasal dari kata Arab Syi'ir, yang berarti “perasaan yang menyadari”. Isi syair umumnya sebuah cerita. Namun, ada pula yang memuat buah pikiran, filsafat, puji-pujian, dan sebagainya. Seperti karya sastra yang lain, syair juga padat dengan pesan-pesan terselubung untuk para penikmatnya. Setiap kata yang ditulis oleh para penyair mengandung makna tersirat maupun tersurat wacana hal yang bermanfaat bagi kehidupan.

Salah satu ciri syair yaitu terdiri atas empat baris dalam satu bait dan bersajak a a a a. Pantun dan syair mempunyai kemiripan dalam bentuk dan ikatan-ikatan. Perbedaan keduanya terletak pada rima dan isi. Selain itu, pantun sanggup selesai dalam satu bait, sedangkan syair tidak selesai dalam satu bait, alasannya yaitu biasanya syair untuk bercerita.

Dalam syair terdapat unsur-unsur yang yang membangun struktur syair itu sendiri. Unsur-unsur itu mencakup tema, nada, suasana, dan pesan.

1. Memahami Makna Kata-kata yang Digunakan dalam Syair
Kata-kata yang dipakai dalam syair ada yang bermakna secara simbolik. Namun, juga ada yang mengandung makna denotatif. Agar makna syair secara keseluruhan sanggup ditemukan, maka kata-kata dalam syair itu harus dipahami.

Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang bahwasanya atau sesuai dengan makna kamus. Makna denotasi lazim disebut :
  • Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) berdasarkan penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang bekerjasama dengan informasi (data) faktual dan objektif.
  • Makna sebenarnya, umpamanya, kata bangku yaitu daerah duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
  • Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.

Makna simbolik yaitu adalah makna yang terkandung dalam kata-kata lain sebagai simbol atau lambang.

2. Menangkap Pesan Syair
Setelah kata-kata yang dipakai dalam syair sanggup dipahami semua artinya, maka selanjutnya perlu merenungkan untuk menangkap pesan penyair yang tersembunyi di balik kata demi kata di dalamnya. Hubungan nilai dan pesan moral syair dengan kehidupan masa kini. Nilai dalam syair merupakan hasil perenungan, pemikiran yang tercermin dalam syair. Nilai tersebut sanggup bekerjasama dengan situasi yang dirasakan, dihayati atau dialami penyair pada masanya.

Syair PerahuSyair Bidasari
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan daerah berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah

Dengarkan tuan suatu riwayat
Raja di desa Negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Sehingga menjadi tamsil ibarat

Wahai muda, kenali dirimu
Ialah bahtera tamsil hidupmu
Tiadalah berapa usang hidupmu
Ke alam abadi jua kekal hidupmu

Ada raja suatu negeri,
Sultan Halifah sebaliknya bestari,
Awalnya dia raja yang bahari,
Melimpah ngadil dagang senteri.

Hai muda pandai budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan

Heran orang empunya acara,
Baginda itulah raja perkasa,
Sangat tidak mencicipi susah,
Entah pada esok dan lusa.

Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu

Seri sultan raja bestari,
Setelah ia sudah beristri,
Beberapa bulan beberapa hari,
Hamillah putri permaisuri. 
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya tepat jalan yang kabir

Beberapa lamanya dalam pemerintah,
Baginda duduk bersuka-sukaan,
Datanglah beroleh kedukaan,
Beliau meninggalkan tahta kerajaan. 
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu kemudian dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,

Related:

    di sanalah bahtera tenggelam dan rusak,
    karangnya tajam mirip tombak
    ke atas pasir kau tersesak.

    Ketahui olehmu hai anak dagang
    riaknya rencam ombaknya karang
    ikanpun banyak tiba menyarang
    hendak membawa ke tengah sawang.
    Karya : Hamzah Fansuri
    Datanglah ke suatu waktu,
    Melayanglah unggas dari angkasa,
    Unggas Gurda sangat perkasa,
    Menjadi negeri rusak binasa.

    Datanglah menyambar suaranya bahana,
    Gemparlah sekalian mulia dan hina,
    Seisi negeri gundah-gelana,
    Membawa diri ke mana-mana.

    Baginda pun sedang dihadap orang,
    Mendengarkan gempar mirip perang,
    Bertitah baginda raja yang garang,
    "Gempar ini apakah kurang.
    Karya sastra yang sanggup kita temui dalam kehidupan sehari Menemukan Tema dan Pesan Syair
    1. Syair Perahu
    Syair bahtera melambangkan badan insan sebagai bahtera yang berlayar di laut. Pelayaran itu penuh marabahaya. Jika insan berpengaruh memegang keyakinan la ilaha illa Allah, maka sanggup dicapai tahap yang melebur perbedaan antara Tuhan dan hamba-Nya. Syair di atas merupakan simbolisasi insan dalam menuju Tuhan. Penyair mengibaratkan dengan perjalanan di tengah lautan yang bekal utamanya tidak lain hanya keyakinan kepada Tuhan. Disini terang digambarkan bahwa pertemuan hamba dan Tuhan itu sangat susah. Syair Perahu menekankan usaha yang sungguh-sungguh untuk hingga kepada tuhan.
    • Bait 1. Penulis ingin memberitahukan kepada para pembacanya bahwa ia akan menuliskan syair yang memakai bahasa-bahasa yang indah dan penuh dengan nilai-nilai estetika yang tinggi. Maksud dan tujuan menulis syair yaitu untuk memperbaiki i’tikat ummat muslim. 
    • Bait 2. Kehidupan ini hanya bersifat sementara saja dan semua insan suatu dikala akan menuju ke alam yang bersifat kekal. Seorang insan yang hidup di dunia ini bagaikan sebuah bahtera yang sedang berlayar di tengah lautan yang maha luas. Pelayaran ini tentunya akan menuju ke sebuah daerah yaitu alam akhirat.
    • Bait 3. Hidup harus berlandaskan fatwa yang sudah ada. Pedoman-pedoman itu dijadikan panduan dalam kehidupan sehingga masyarakat hidup bersatu dan hidup dalam kelompok masyarakat yang damai.
    • Bait 4 dan 5. Betapa pentingnya perbekalan selama dalam pelayaran di lautan yang luas. Ini bermakna bahwa insan wajib membekali dirinya dengan banyak sekali keperluan atau kebutuhan nantinya di daerah yang akan dituju. Adapun perbekalan yang dimaksudkan di sini yaitu seluruh amal perbuatan yang baik yang pada hasilnya menciptakan insan menjadi taqwa. 
    • Bait 6. Hidup ini penuh dengan banyak sekali tantangan yang hanya menunggu kesempatan untuk menantang hidup manusia.
    • Bait 7. Tantangan-tantangan yang andal sanggup melemahkan akidah dan pegangan manusia.
    • Bait 8. Ombak dan ikan yang dimaksudkan oleh penulis yaitu tantangan. Jika seseorang itu tidak teguh pendirian atau tidak tahan dengan tantangan, ia sanggup mengalahkan manusia.

    Tema dan Amanat
    • Tema : Keagamaan
    • Pesan supaya dalam hidup harus mempunyai fatwa hidup supaya sanggup memperbaiki diri.

    2. Syair Bidasari
    Syair Bidasari yaitu syair yang berkisah wacana Bidasari, seorang puteri raja yang sangat cantik. Dia tidak tahu asal-usulnya, dan kemudian diangkat anak oleh sepasang pedagang kaya. Ratu negeri yang cemburu akan kecantikannya kemudian bersekongkol untuk kemudian membuang Bidasari ke hutan. Di sana dia ditemukan oleh raja yang kemudian menikahinya.
    • Bait 1. Pengenalan kisah seorang raja yang memerintah Negeri Kembayat. Pengarangnya hanya ingin dikenal sebagai fakir sebagai tanda kerendahan hati. Tujuan hikayat sehingga menjadi pola dan perbandingan kepada pembaca. 
    • Bait 2 . Di sebuah negeri ada seorang pemerintah, yaitu sultan yang gagah perkasa lagi bijaksana. Baginda raja dahulu yang cemerlang. Keadilan dia telah mengundang kedatangan para pedagang dan orang saleh (pelajar ilmu agama yang merantau). 
    • Bait 3 . Kegagahan dan kelangsungan pemerintahan dia memang mengagumkan. Sesaat pun dia tidak mengalami kesusahan. Namun, tidak ada yang tahu apakah kondisi itu akan infinit atau sebaliknya. 
    • Bait 4. Sultan yang bijaksana bertambah senang ketika menikah. Selang beberapa bulan, permaisuri pun hamil. 
    • Bait 5. Setelah beberapa tahun memerintah negara dengan senang dan kondusif sentosa, dugaan mala peristiwa alam tiba melanda. Beliau terpaksa mundur dari istana. 
    • Bait 6. Tiba-tiba pada suatu hari muncul seekor burung raksasa melayang di ruang angkasa negeri Kembayat. Garuda, yaitu elang besar mengacaukan Kembayat sehingga menjadikan kekacauan dan kehancuran. 
    • Bait 7. Garuda melaksanakan serangan dengan bunyi yang bergema luar biasa. Semua rakyat negeri Kembayat berada dalam kekacauan dan kekalutan. Seluruh negeri dilanda murung lara dan lesu, serta rakyat berhamburan tanpa arah tujuan. 
    • Bait 8. Ketika itu dia sedang duduk di singgasana sambil mendapatkan pembesar dan rakyat jelata. Kekacauan bagaikan di medan perang terang terdengar. Baginda bertitah dengan nada yang tegas wacana kekacauan apa pula yang terjadi

    Tema dan Amanat
    • Tema Syair Bidasari yaitu kasih sayang.
    • Amanat Syair Bidasari yaitu bersikaplah murah hati kepada siapa saja, saling mengasihi dan menyayangi, serta gampang memaafkan.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel