Menyusun Naskah Drama Menurut Cerpen

Karya sastra prosa sanggup diubah dalam bentuk drama, sebaliknya naskah drama sanggup juga diubah menjadi bentuk prosa. Hal ini sanggup dilakukan alasannya yakni keduanya mempunyai unsur-unsur yang hampir sama, meski ada perbedaan yang mendasar. Unsur-unsur yang sama di antara keduanya contohnya tema, penokohan, latar, alur, dan pesan. Pengubahan bentuk prosa ke dalam bentuk drama sanggup dilihat dalam tayangan film atau sinetron yang banyak diangkat dari novel. Proses pembuatan film dari novel melalui pengubahan prosa berbentuk novel ke dalam naskah drama.

Dunia seni drama, film, atau sinetron merupakan dunia yang membutuhkan kerja sama beberapa bidang dalam seni. Sebuah produk seni tugas menyerupai drama dihasilkan melalui kerjasama banyak sekali bidang seni dan disiplin ilmu lain. Ada pemeran atau pemain film yang dididik melalui pendidikan seni peran, ada penata rias, ada penata busana, ada tim kretaif, ada juru kamera dan satu hal yang tak boleh dilupakan yakni tugas besar penulis skenario atau penulis naskah. Jasa penulis naskah ini juga diharapkan pada setiap pementasan drama. Penulis yang menuliskan naskah drama biasanya disebut dramawan.

Saat ini, banyak karya drama yang diciptakan atau dibentuk menurut karya-karya lain menyerupai prosa (cerpen atau novel) dan puisi. Proses perubahan karya semacam ini dikenal dengan istilah ekranisasi. Kita pun sanggup berlatih menciptakan naskah drama menurut bentuk karya sastra yang lain.

A. Unsur Drama
Unsur sebuah drama yakni unsur-unsur yang turut serta membangun sebuah drama. Sebagaimana jenis dongeng yang lain, drama juga mempunyai unsur-unsur pembangun yang harus dipelajari sebelum menulis naskah drama. Unsur-unsur itu sebagai berikut.
  1. Tema. Tema merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui obrolan tokoh-tokohnya.
  2. Latar/seting. Latar yakni daerah terjadinya insiden yang diceritakan dalam sebuah drama. Tempat/waktu insiden cerita, dalam menulis naskah drama harus dijelaskan tata panggung untuk menyatakan latar/setting.
  3. Alur. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan. Babak yakni belahan dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan. Perjalanan cerita, dari satu babak ke babak yang lain harus mengatakan jalinan dongeng yang mengikuti tahapan alur cerita.
  4. Tokoh/pelaku. Perwatakan atau huruf tokoh yakni keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Perwatakan, melalui obrolan pelaku harus sanggup mengatakan perwatakan para tokohnya.
  5. Dialog. Ciri khas naskah drama yakni wujudnya berupa obrolan atau percakapan satu tokoh dengan tokoh yang lain pada setiap babak. Ragam bahasa dalam obrolan antartokoh merupakan ragam mulut yang komunikatif.
  6. Gesture. Ekspresi tokoh dalam bermain peran, gerakan, blocking dan laris yang lain yang harus dilakukan oleh pelaku harus tertulis pada naskah.
  7. Properti/kelengkapan. Pada setiap babak harus dijelaskan peralatan panggung dan juga peralatan pendukung menyerupai lampu, pengeras bunyi dan sebagainya.

B. Cerpen Sebagai Sumber Ide
Ide dongeng sanggup wacana permasalahan apa saja. Namun demikian ide dongeng tidak tiba setiap saat. Bahkan sering terjadi seorang pengarang dongeng kering ide. Untuk mengantisipasi minimnya ide dongeng atau ide cerita, sanggup memanfaatkan materi dongeng bentuk lain untuk digubah menjadi naskah drama. Hal tersebut juga terjadi pada sinetron maupun film. Banyak sekali dongeng film yang digubah dari dongeng novel. Bahkan, kini ini banyak sinetron yang mengangkat dongeng rakyat maupun dongeng roman ke dalam sinetron.

C. Dari Narasi Menjadi Dialog
Naskah atau skenario drama berbentuk dialog-dialog antartokoh yang disertai dengan petunjuk-petunjuk teknis pengucapan, ekspresi maupun gerak. Drama merupakan ragam sastra dalam bentuk obrolan yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu komponen yang diharapkan untuk mementaskan sebuah drama yakni  naskah drama. Naskah drama berisi dongeng yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, menyerupai pelaku (tokoh), obrolan (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris), serta keterangan lakuan (akting).

D. Mengubah Cerpen menjadi Naskah Drama
Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas. Hal ini berbeda dengan bahasa novel yang cenderung panjang dan bertele-tele. Bahasa mempunyai kaitan eksklusif dengan dialog. Dialog inilah yang akan diperankan dan diperagakan oleh pemain drama. Langkah-langkah Mengubah Cerpen Menjadi Teks Drama
  1. Menghayati tema cerpen. Tema merupakan ide pokok yang mendasari penarasian sebuah cerita. Berangkat dari tema sanggup diketahui ide pokok sebuah cerita.
  2. Cerpen dibagi menjadi beberapa belahan penting untuk kemudian diubah menjadi babak. Cerpen biasanya terdiri atas beberapa bagian. Bagian-bagian itu memuat beberapa insiden penting yang melandasi cerita. Bab-bab yang tergolong penting itu selanjutnya diubah menjadi beberapa babak untuk memaparkan peristiwa-peristiwa tertentu.
  3. Menyusun obrolan menurut konflik yang terjadi antartokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen biasanya dirangkai oleh suatu insiden yang didalamnya mempunyai konflik-konflik. Konflik-konflik yang terjadi antartokoh tersebut diubah menjadi dialog.
  4. Membuat deskripsi-deskripsi untuk menjelaskan latar, akting atau lighting.

Contoh Mengubah Cerpen menjadi Naskah Drama
1. Teks Cerpen
Dengan tidak bersemangat, Nia mengunyah sarapannya. Semalam ia sudah tetapkan untuk membaca karangannya di muka kelas. Memang berat tapi bagaimana lagi? Ia tidak ingin ada nilai merah di rapornya. Nia benarbenar tidak sanggup menyembunyikan kecemasannya.

"Kenapa nasinya tidak dihabiskan, biasanya jika ibu buatkan nasi goreng, kau niscaya minta tambah. Sudah bosan ya..." tegur ibu melihat Nia tidak menghabiskan nasinya.

Nia menggeleng. "Nia sedang nggak nafsu," jawabnya asala-salan.

Related:

    "Kamu sakit?" tanya ibu sambil menepuk-nepuk bahu Nia.

    Nia menggeleng lagi.

    "Kalau begitu habiskan nasinya, kan sayang jika dibuang," kata ibu sambil menepuk-nepuk bahu Nia.

    Terpaksa Nia menghabiskan nasinya. Matanya sekali-kali melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk menyiapkan dagangannya.

    2. Naskah Drama
    Dengan tidak bersemangat, Nia mengunyah sarapannya. Semalam ia sudah tetapkan untuk membaca karangannya di muka kelas. Memang berat tapi bagaimana lagi? Ia tidak ingin ada nilai merah di rapornya. Nia benarbenar tidak sanggup menyembunyikan kecemasannya.
    Ibu:(Melihat kerarah Nia) Kenapa nasinya tidak dihabiskan, biasanya jika ibu buatkan nasi goreng, kau niscaya minta tambah. Sudah bosan ya...?
    Nia:(Menggelengkan kepalanya)  Nia sedang nggak nafsu.
    Ibu:(Menepuk bahu Nia) Kamu sakit?(Nia menggeleng lagi). (kembali menepuk bahu Nia) Kalau begitu habiskan nasinya, kan sayang jika dibuang.
    Terpaksa Nia menghabiskan nasinya. Matanya sekali-kali melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk menyiapkan dagangannya.

    Sumber: “Tidak Perlu Malu”, Cerpen karya Xermia Anggraini, dimuat pada harian Suara Merdeka 16 September 2007

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel