Sarana Produksi Dan Teknik Budidaya Flora Obat
Saturday, August 29, 2020
Edit
Sarana produksi pertanian salah satunya yakni lahan, supaya hasil budidaya optimal maka pengolahan lahan harus dilakukan dengan baik dan benar. Teknik budidaya tumbuhan obat hampir sama dengan teknik budidaya tumbuhan sayuran. Beberapa teknik budidaya tumbuhan obat antara lain pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Teknik budidaya yang baik memilih kualitas tumbuhan obat. Hal yang perlu diperhatikan yakni dikala pembibitan. Jenis tumbuhan obat yang ada di Indonesia sangat beragam. Maka, cara perbanyakan pun berbeda-beda.
Budidaya tumbuhan obat banyak dilakukan oleh warga masyarakat yang sering dikenal dengan nama Tanaman Obat Keluarga atau disingkat TOGA. Taman obat keluarga merupakan sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang dipakai untuk membudidayakan tumbuhan yang berguna sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan Tanaman obat merupakan jenis tumbuhan yang sebagian atau seluruh tanamannya dipakai sebagai obat, materi atau ramuan obat-obatan. Budidaya tumbuhan obat merupakan suatu cara pengelolaan tumbuhan sehingga tumbuhan obat yang dihasilkan bermutu baik.
Sarana Produksi Budidaya Tanaman Obat
Setiap jenis tumbuhan membutuhkan kondisi tanah tertentu untuk sanggup tumbuh dengan baik. Tanaman obat tidak harus ditanam di kebun atau pekarangan, tetapi sanggup juga ditanam di polybag atau pot. Polybag yakni plastik yang pada sisi agak bawah terdapat lubang-lubang kecil, gunanya untuk pembuangan air supaya kondisi media tanam tidak lembab yang sanggup mengakibatkan tumbuhan menjadi mati/ membusuk.
Berikut materi dan alat untuk budidaya tumbuhan obat sesuai dengan daerah membudidayakan.
Berikut materi dan alat untuk budidaya tumbuhan obat sesuai dengan daerah membudidayakan.
a. Bahan
- Benih atau bibit tumbuhan obat
- Pupuk
- Media tanam
- Pestisida
b. Alat
1) Kebun/Pekarangan
- Cangkul untuk mengolah tanah dan menciptakan bedengan
- Garpu untuk menggemburkan tanah
- Kored untuk membersihkan gulma dan tumbuhan pengganggu lainnya.
- Gembor untuk menyiram tanaman
2) Pot
- Polybag pot atau wadah dari limbah botol mineral
- Sekop untuk memasukkan media tanam ke dalam wadah
- Cangkul dipakai untuk mengaduk media tanam ketika dicampur dengan pupuk.
Teknik Budidaya Tanaman Obat
Teknik budidaya tumbuhan obat tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya tumbuhan sayuran. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tumbuhan obat supaya memperoleh hasil yang maksimal.
a. Pembibitan
Cara perbanyakan bibit merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan budidaya tumbuhan obat. Perbanyakan bibit sanggup dilakukan dengan cara vegetatif atau generatif.
1) Perbanyakan generatif
Perbanyakan generatif tumbuhan dilakukan dengan biji. Tanaman sebaiknya diperoleh dari tumbuhan induk yang sehat dan mempunyai hasil baik. Biji sanggup disemai di polybag ataubak persemaian. Bedengan semai sebaiknya ditutup untuk melindungi bibit dari dampak lingkungan yang kurang baik. Bedengan persemaian harus mempunyai drainase yang baik supaya tidak tergenang air dan mempunyai permukaan yang gembur supaya sanggup menampung air sisa resapan dari media pembibitan. Sebelum dipindahkan ke lahan, epilog sanggup dibuka secara sedikit demi sedikit supaya bibit sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tanaman obat yang sanggup diperbanyak dengan biji yakni kayu manis, belimbing wuluh, dan cengkih.
2) Perbanyakan vegetatif
Keuntungan memperbanyak tumbuhan dengan cara vegetatif yakni sanggup memperoleh hasil yang sama dengan tumbuhan induk dan membutuhkan waktu produksi yang lebih singkat/ pendek. Tanaman hasil perbanyakan vegetatif mempunyai perakaran yang kurang kuat.
Perbanyakan secara vegetatif sanggup dilakukan secara alami dan buatan. Vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, tunas, umbi batang, dan umbi lapis. Vegetatif buatan dilakukan dengan cara stek, runduk, okulasi, menyambung, dan cangkok. Berikut pola pembibitan tumbuhan obat secara vegetatif buatan.
- Stek. Stek dilakukan dengan menanam potongan penggalan tumbuhan. Bagian yang sanggup dipotong contohnya batang dan daun. Tanaman obat yang sanggup diperbanyak dengan stek batang yakni sirih, brotowali, dan lada. Batang dipotong sepanjang 10-30 cm dan ditanam pada polybag yang telah berisi media tanam.
- Cangkok. Tanaman obat, terutama jenis tumbuhan tahunan, sanggup diperbanyak dengan cangkok, seperti: mahkota dewa, jeruk nipis, melati, dan kenanga. Bagian batang tumbuhan yang dicangkok akan tumbuh akar sehabis 1-3 bulan
- Okulasi. Okulasi yakni menggabungkan mata tunas suatu flora pada batang flora lain. Teknik ini biasanya dipakai untuk perbanyakan tumbuhan obat tahunan seperti: kayu manis, pala, dan belimbing wuluh.
- Merunduk. Tumbuhan yang dikembangbiakan secara merunduk harus mempunyai cabang atau ranting yang panjang contohnya tumbuhan melati. Merunduk dilakukan dengan cara membengkokan cabang atau ranting kedalam tanah dan ditanam dengan tanah. Setelah cabang mempunyai akar sendiri gres dipisahkan dari tumbuhan induknya.
- Menyambung. Menyambung atau mengenten yakni menggabungkan batang bawah dan batang atas dua tumbuhan yang sejenis. Tujuan menyambung yakni menggabungkan sifat-sifat unggul dari dua tumbuhan sehingga diperoleh satu tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat unggul.
b. Pengolahan tanah
Setiap jenis tumbuhan obat membutuhkan kondisi tanah tertentu supaya sanggup tumbuh dan berkembang optimal. Kondisi tanah yang gembur penting untuk pertumbuhan tumbuhan obat, khususnya untuk perkembangan rimpang pada tumbuhan temutemuan. Jenis tumbuhan obat semusim atau tumbuhan berbentuk perdu membutuhkan bedengan untuk daerah tumbuhnya, tetapi tumbuhan obat tahunan tidak membutuhkan bedengan.
c. Penanaman
Lubang dan alur tanam dibentuk pada bedengan. Jarak lubang tanam diadaptasi dengan kondisi tanah dan jenis tanaman. Saat penggalian lubang tanam, sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan pupuk sangkar atau kompos.
Tanaman obat yang tumbuhnya merambat, menyerupai sirih dan lada, membutuhkan tegakan. Tegakan sanggup berupa panjatan hidup atau mati. Tegakan sanggup dipasang kira-kira 10 cm dari tanaman. Tanaman panjatan hidup harus dipilih yang tumbuh cepat, kuat, dan berbatang lurus.
d. Pemeliharaan
- Penyiraman.Frekuensi penyiraman sanggup diatur sesuai dengan kondisi kelembapan tanah. Sebaiknya penyiraman dilakukan setiap hari, dikala pagi dan sore. Sistem pembuangan air juga perlu diperhatikan alasannya yakni beberapa jenis tumbuhan obat tidak tahan genangan air.
- Penyulaman.Penyulaman yakni penanaman kembali tumbuhan yang rusak, mati atau tumbuh tidak normal.
- Pemupukan. Pupuk yang dipakai sebaiknya pupuk organik (bukan anorganik) alasannya yakni pupuk anorganik dikhawatirkan sanggup menjadikan dampak kurang baik bagi senyawa/kandungan berguna obat pada tumbuhan obat.
- Penyiangan.Penyiangan gulma harus dilakukan supaya tidak ada kompetisi antara tumbuhan budidaya dan gulma dalam mendapat hara dan cahaya matahari.
- Pembumbunan.Pembumbunan dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup penggalan tumbuhan di dalam tanah menyerupai rimpang, umbi atau akar, serta memperbaiki aerasi tanah.
- Pengendalian OPT.Pengendalian OPT dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan cara menangkap OPT dan membuang penggalan tumbuhan yang terjangkit penyakit. Pengendalian kimia sanggup dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan memakai pestisida alami.
e. Panen dan Pascapanen
Cara penanganan setiap jenis tumbuhan obat berbeda-beda. Ada tumbuhan yang sanggup dimanfaatkan seluruh penggalan tanamannya dan ada pula yang dipanen hanya penggalan tertentu saja. Umur panen dan penggalan yang akan dipanen juga memengaruhi cara panen dan pengelolaan pascapanen.
- Daun.Pemanenan daun tumbuhan obat harus dilakukan dengan hati-hati alasannya yakni daun bertekstur lunak sehingga gampang rusak. Umur petik daun tiap tumbuhan juga berbeda, ada yang dipanen dikala daun masih muda, seperti: kumis kucing dan teh, ada pula tumbuhan yang dipanen dikala daun sudah tua, seperti: sirih dan mint. Daun yang dipanen untuk diambil minyak atsirinya juga harus dilakukan dengan hati-hati dan harus eksklusif diolah dikala masih segar supaya tidak menghilangkan kandungan minyaknya.
- Rimpang.Rimpang sanggup dipanen pada umur 8-12 bulan. Pada dikala daun tumbuhan sudah mulai menguning dan mengering, rimpang tumbuhan siap dipanen. Setelah dipanen, rimpang dibersihkan dari kotoran, benda asing, serta rimpang busuk. Selanjutnya, rimpang disortir menurut umur dan ukuran rimpang. Setelah disortir, rimpang dicuci dengan air. Sebelum dikeringkan, rimpang harus dipotong-potong. Pengeringan sanggup dilakukan dengan sinar matahari, oven, atau blower. Selama pengeringan, seringkali terjadi kerusakan kimia.
- Biji.Biji banyak mengandung tepung, protein, dan minyak. Kadar air biji dikala dipanen berbeda-beda, bergantung pada umur panen tumbuhan obat tersebut. Makin bau tanah umur biji, makin rendah kadar airnya, sebaiknya hindari daerah basah untuk penyimpanan.
- Akar.Akar yang mengandung banyak air pengeringannya dilakukan secara perlahan-lahan untuk menghindari pembusukan dan fermentasi.