Teks Anekdot Wacana Layanan Sekolah

Layanan publik sering mendapat kritik atau menjadi materi dagelan yang menciptakan gelak tawa. Kritik atau dagelan itu sanggup disampaikan melalui anekdot. Salah satu layanan publik yaitu layanan yang diterima siswa selama berada di sekolah. Bayangkan apabila mendapati pelayanan di rumah sakit, sekolah, puskesmas, kantor pemerintah,  atau penyedia jasa yang kurang sesuai dengan harapan. Tentunya kita akan merasa keewa, jengkel ataupun marah. Kejengkelan dan kekesalan tersebut sanggup dituangkan melalui anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di salah satu daerah tersebut.

Anekdot merupakan kisah singkat yang menarik sebab lucu dan mengesankan, biasanya menurut kejadian yang sebenarnya. Partisipan atau pelaku di dalam anekdot tidak harus orang penting namun bisa siapa saja. Jika layanan publik yang dimaksud yaitu layanan bidang pendidikan di sekolah maka partisipan dalam anekdot tersebut bisa kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa Teks anekdot juga sanggup berisi insiden yang menciptakan jengkel atau konyol partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol ibarat itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari kontradiksi antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. Berikut ini beberapa teladan teks anekdot wacana layanan sekolah.

Alat Serbaguna
StrukturKalimat
AbstraksiDi suatu sekolah ternama yang terletak di suatu kota yang populer dengan murid-muridnya yang kreatif dan cerdas.
OrientasiDi salah satu ruang kelas di sekolah tersebut ada seorang guru gres yang mengajar di Sekolah Menengan Atas tersebut. Baru hari pertama mengajar jadi masih galau dan kikuk. Guru tersebut masih muda dan energik. Kemajuan teknologi memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran, mengajar tinggal ditampilkan di layar, tak perlu susah menulis di papan tulis. Sang guru mulai gerah mungkin sebab grogi menghadapi murid gres atau sebab sebelumnya terbiasa di ruangan yang memakai AC. Setelah berkenalan dengan para muridnya guru tersebut berjalan kearah meja mencari sesuatu. 
KrisisSeorang siswa di kelas tersebut bertanya dengan sopan, “Bu Guru mau mencari apa?”. Sang guru tersenyum, kemudian menjawab. “Mau cari remote kipas angin, ibu kepanasan. Dimana ya?” Lalu, salah seorang siswa di kelas tersebut menyahut, “Bu, disini tidak ada remote kipas angin. Tapi di sini kami punya alat serbaguna.” Ibu guru pun mulai ingin tau dengan perkataannya. “Maksudnya alat sebaguna apa tuh ?.”
ReaksiSiswa tersebut tak pribadi menjawab, tetapi ia justru bangun dan berbalik, berjalan mengambil sesuatu di sudut ruangan. Diambillah sebuah penggaris kayu yang besar. Lalu menunjukannya pada Ibu Guru. “Ini bu, alat serbaguna yang ada di kelas kami.” Masih dengan wajah tak mengerti, bu guru kebingungan. Si siswa berjalan menuju saklar kipas angin dan memutarnya, hiduplah kipas, namun kipas hanya mengarah ke satu arah saja. Lalu siswa tersebut berjalan, berhenti sempurna di bawah kipas angin. Dijulurkannya penggaris kayu hingga menyentuh tombol penggagas kipas, kemudian kipas sanggup berputar-putar. “Ini yang dimaksud alat serbaguna Bu. Bu Guru tadi mau mempresentasikan materi kan? Alat gila ini bisa membantu.” Sang siswa berjalan lagi dan berhenti sempurna di bawah LCD Proyektor, dengan proteksi penggaris kayu itu, sang siswa berhasil memencet tombol “power” di LCD. Siswa lain agaknya mulai mengerti apa yang dimaksud dengan “alat serbaguna” yang dikatakan temannya itu dan mulai tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Ini memang penggaris kayu biasa bu, tapi tanpa alat sebaguna ini kami niscaya sulit untuk mengarahkan kipas, menyalakan LCD, dan juga untuk menarik Layar LCD." 
KodaSemua murid terbahak dengan tingkah konyol temannya itu. Tak terkecuali sang Ibu Guru yang gres mengerti maksud dari “alat serbaguna”. Selepas tertawa, keadaan kelas kembali hening dan sang Ibu Guru gres mulai dekat dengan para muridnya yang menyenangkan.

Bukti Mengajar

Related:

    StrukturKalimat
    AbstraksiSuatu hari yang cerah ada dua orang lelaki yang masing-masing mengaku berprofesi sebagai pilot dan guru. Keduanya asyik mengobrol di sebuah kantin.
    OrientasiPilot dan guru tersebut menceritakan pengalamannya bekerja di bidang masing-masing. Guru merasa kurang percaya apa yang diceritakan oleh pilot. Lalu si pilot mengeluarkan kartu pengenal dari perusahaan penerbangannya. Tidak mau kalah, si guru juga mengeluarkan karu pengenal dari sekolahnya. Karena saya masih belum percaya juga, si pilot mengeluarkan kontrak kerjanya sebagai bukti bahwa ia bekerja sebagai pilot. Sang guru juga mengeluarkan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara ia dan sekolah. Tetapi, sang guru masih belum percaya.
    Krisis“Lalu, bukti apa lagi yang anda inginkan?” tanya sang pilot.

    “Buktikan dengan kinerja anda sebagai pilot, bukti yang bisa diukur dikala anda pertama kali menjadi pilot hingga hari ini. Tepatnya, tunjukkan bukti kinerja anda sebagai pilot.”

    Sang pilot mengeluarkan dokumen laporan penerbangan pertamanya yang berisi asal dan tujuan penerbangan, nomor pesawat, jumlah penumpang, kekuatan angin, kondisi peralatan penerbangan, dan lainnya. dikala dokumen itu di keluarkan semua, diperlukan dua meja panjang untuk menampungnya. Sang guru pribadi menjabat tangan sang pilot.

    “Sekarang, saya percaya, Anda yaitu pilot.”
    ReaksiTernyata, sang guru tidak bisa membuktikan dokumen kinerja ibarat yang diperlihatkan sang pilot tersebut. Sang guru sempat mendebat bahwa ia sudah mengajar selama 15 tahun. Namun, tetap saja, ia tidak bisa membuktikan bukti kinerja, yaitu laporan jam demi jam, hari demi hari, dan tahun demi tahun ia mengajar. Bukti apa yang bisa mengukur kualitas kerjanya selama 15 tahun mengajar? 
    KodaSebenarnya, bukti kerja seorang guru yaitu dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) atau lesson plan.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel