Unsur Kebahasaan Teks Boneka Sigale Gale

Unsur kebahasaan merupakan unsur-unsur yang membentuk sebuah teks. Unsur kebahasaan pada teks Boneka Sigale-Gale antara lain kata berimbuhan, acuan kata, dan konjungsi. Rujukan kata yaitu suatu kata yang merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterikatannya. Rujukan kata sanggup juga disebut sebagai padanan kata. Kata penghubung disebuat kata konjungsi, kata penghubung yaitu kata kiprah yang menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan antar paragraf. Kata Berimbuhan yaitu kata dasar yang mendapat imbuhan (awalan, akhiran, awalan dan akhiran).

Boneka Sigale-Gale
Sebuah boneka bermetamorfosis dongeng yang sangat mistis. Dia hidup dalam benak masyarakat di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Boneka itu sanggup menari-nari sendiri dan juga menangis. Sigale-gale, begitu nama boneka itu disebut. Masyarakat tak ada yang tak mengenal boneka ini. Ceritanya penuh teka-teki. Kisahnya berlangsung lama, semenjak sekitar 350 tahun yang silam.

Dahulu kala, hiduplah seorang raja berjulukan Raja Rahat. Dia yaitu seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara kini. Raja Rahat mempunyai seorang putra berjulukan Raja Manggale. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan. Raja Rahat murung kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun alhasil jatuh sakit alasannya yaitu selalu menangisi kepergian Raja Manggale.

Melihat rajanya sakit, para tetua susila pun berusaha mengobati Raja Rahat semoga sembuh kembali. Namun, tak satu pun dukun yang sanggup menyembuhkannya sampai kemudian terbetiklah wangsit untuk menghidupkan kembali Raja Manggale. Dipanggillah seorang dukun besar. Akan tetapi, perjuangan tersebut tak juga berhasil. Raja Manggale tetap tidak sanggup hidup kembali. Akhirnya, untuk mengobati kesedihan Raja Rahat, dibuatkanlah boneka dari kayu yang ibarat Raja Manggale. Kemudian digelar pesta untuk merayakannya. Oleh sang dukun, roh Raja Manggale pun dipanggil untuk masuk ke dalam raga boneka. Dengan dogma sipele begu, boneka pun sanggup menari sendiri tanpa pertolongan alat apa pun. Selama tujuh hari tujuh malam, boneka tersebut sanggup menari sendiri. Raja Rahat pun bahagia mendapat pengganti Raja Manggale. Perlahan beliau sembuh kembali. Sejak dikala itulah, orang Batak menyebut boneka tersebut dengan nama Sigale-gale.

Kata berimbuhan
Kata BerimbuhanKata DasarImbuhanKata BerimbuhanKata DasarImbuhan
berubahubahberditemukantemudi-kan
menaritarimekehilanganhilangke-an
menangistangismemenangisitangisme-i
mengenalkenalmekepergianpergike-an
berlangsunglangsungbermenghidupkanhidupme-kan
ceritanyaceritanyamengobatiobatme-i
hiduplahhiduplahkesedihansedihke-an
kerajaanrajake-anmenaritarime
dikelilingikelilingdi-ikepercayaanpercayake-an
memilikimilikme-imendapatkandapatme-kan
berperangperangberpenggantigantipe
disangkasangkadimenyebutsebutme

Rujukan Kata
Kata-kata yang saling merujuk pada bacaan teks deskripsi antara lain sebagai berikut
  1. Sebuah boneka bermetamorfosis dongeng yang sangat mistis. Dia hidup dalam benak masyarakat di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
  2. Raja Rahat mempunyai seorang putra berjulukan Raja Manggale. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang.
  3. Boneka itu sanggup menari-nari sendiri dan juga menangis. Sigale-gale, begitu nama boneka itu disebut.
  4. Dahulu kala, hiduplah seorang raja berjulukan Raja Rahat. Dia yaitu seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara.
  5. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan.
  6. Raja Rahat murung kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun alhasil jatuh sakit alasannya yaitu selalu menangisi kepergian Raja Manggale.
Konjungsi
Konjungsi yang dipakai dalam teks deskripsi Boneka Sigale-gale antara lain adalah.
  1. Boneka itu sanggup menari-nari sendiri dan juga menangis.
  2. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang.
  3. Raja Rahat murung kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun akhirnya jatuh sakit alasannya yaitu selalu menangisi kepergian Raja Manggale.
  4. Melihat rajanya sakit, para tetua susila pun berusaha mengobati Raja Rahat semoga sembuh kembali. Namun, tak satu pun dukun yang sanggup menyembuhkannya sampai kemudian terbetiklah wangsit untuk menghidupkan kembali Raja Manggale.
  5. Dipanggillah seorang dukun besar. Akan tetapi, perjuangan tersebut tak juga berhasil.
  6. Raja Manggale tetap tidak sanggup hidup kembali. Akhirnya, untuk mengobati kesedihan Raja Rahat, dibuatkanlah boneka dari kayu yang ibarat Raja Manggale. Kemudian digelar pesta untuk merayakannya.
  7. Oleh sang dukun, roh Raja Manggale pun dipanggil untuk masuk ke dalam raga boneka. Dengan dogma sipele begu, boneka pun sanggup menari sendiri tanpa pertolongan alat apa pun.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel