Mengenal Legenda Rakyat
Monday, October 26, 2020
Edit
Legenda yaitu dongeng rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya dihubungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Legenda sering kali dianggap sebagai sejarah. Namun sebab tidak tertulis, maka kisah tersebut sanggup mengalami pemutarbalikan fakta sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Yang membedakan antara legenda dan mitos yaitu biasanya legenda mempunyai bukti otentik pada legenda, sedangkan mitos tidak ada.
Sebagai teladan dongeng Nyai Roro Kidul merupakan mitos sebab tidak ada bukti otentiknya. Contoh legenda yaitu Kamandaka dari tempat Banyumas, hingga dikala ini masih ada bukti otentiknya, yaitu nama-nama desa yang dulu menjadi persinggahan Kamandaka hingga dengan dikala ini masih ada di tempat Banyumas.
Ciri-ciri Legenda
Legenda Malin Kundang
Pada suatu waktu, ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Anak mereka yang berjulukan Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin tetapkan untuk pergi merantau biar sanggup menjadi kaya raya sehabis kembali ke kampung halaman kelak.
Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut tewas. Malin Kundang beruntung, ia sanggup menyelamatkan diri para bajak laut. Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga risikonya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Desa tempat Malin terdampar yaitu desa yang sangat subur. Malin usang kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya dan Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya hingga kepada ibu Malin Kundang. Sehingga ia sering pergi ke dermaga berharap Malin akan datang. Suatu hari Ibu Malin melihat kedatangan kapal ke dermaga ia melihat ada dua orang yang ia yakin kalau itu yaitu anaknya. Ibu Malin menuju ke arah kapal "Malin Kundang, anakku, mengapa kamu pergi begitu usang tanpa mengirimkan kabar?", sambil memeluk Malin Kundang. Melihat perempuan renta yang berpakaian lusuh memeluknya, Malin Kundang menjadi murka meskipun ia mengetahui bahwa perempuan renta itu yaitu ibunya, beliau malu bila diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Ibu Malin Kundang sangat marah. Beberapa dikala kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan tiba topan dahsyat menghantam kapal Malin Kundang. Diwaktu yang sama dan tempat berbeda ibu Malin Kundang sedang berdoa, "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, kukutuk beliau jadi batu!" Tiba-tiba tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan menjadi sebuah watu karang. Batu Malin Kundang masih sanggup dilihat di sebuah pantai berjulukan pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Cerita Timun Mas
Pada zaman dahulu, tinggallah sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak. Setiap hari keduanya berdoa memohon kehadiran seorang anak. Suatu hari, di dikala mereka sedang berdoa, lewatlah si Buto Ijo, di depan pondok mereka. Buto Ijo mendengar doa keduanya dan mengabulkan permohonannya, namun ada syaratnya bila anak itu telah berusia 17 tahun akan diambil kembali.
Kedua petani tersebut diberi biji mentimun untuk ditanam. Setelah timun berbuah ada satu mentimun berwarna emas, dikala mentimun dibelah ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi perempuan. Keduanya kemudian menamakan bayi itu Timun Mas. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik, manis, dan baik hati. Pada hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas, Buto Ijo mengunjungi pondok kedua petani untuk menagih janji. Dengan segala upaya kedua petani tersebut ingin menyelamatkan Timun Emas, mereka membekali Timun Emas dengan kantong yang berisi garam, cabai, dan terasi.
Timun Emas segera berlari lewat pintu di belakang rumahnya. Mengetahui bahwa ia telah diperbodoh, raksasa hijau itu mengamuk, ia pun segera lari mengejar Timun Mas. Ketika raksasa mendekati Timun Mas, dibukanya kantung dan diambilnya segenggam garam dan dilemparkan ke raksasa. Tiba-tiba terhampar lautan yang luas yang memisahkannya dari Buto Ijo. Timun Mas kembali berlari.
Ketika Buto Ijo berhasil mengejar Timun Mas, dan sangat erat mencapai Timun Mas untuk kedua kalinya, Timun Mas menyebarkan, segenggam cabai, dan terbentanglah hutan semak belukar dengan tumbuhan berduri di dalamnya. Ia berupaya keras untuk keluar dari hutan itu dan mengejar Timun Mas. Timun Mas terus berlari, berharap Buto Ijo tidak mengejarnya lagi.
Buto Ijo berhasil keluar dari hutan belukar itu, untuk ketiga kalinya raksasa berhasil mendekati Timun Mas. Timun Mas kembali merogoh ke kantungnya dan hanya satu benda tersisa, yakni sepotong terasi. Timun Mas mengambil potongan terasi itu, ternyata terasi itu membuat topan lumpur bergulung dan menyedot tubuh raksasa tanpa ampun dan lenyaplah tubuh Buto Ijo.
Timun Mas menoleh ke belakang. Buto Ijo telah hilang dan tanah itupun telah kembali tenang. Betapa jauh ia telah berlari selama berhari-hari itu, hingga tanpa disadari telah kembali Timun Mas ke desanya. Ia berlari senang pulang ke rumahnya di mana ia disambut dengan suka cita oleh kedua orangtuanya.
Sebagai teladan dongeng Nyai Roro Kidul merupakan mitos sebab tidak ada bukti otentiknya. Contoh legenda yaitu Kamandaka dari tempat Banyumas, hingga dikala ini masih ada bukti otentiknya, yaitu nama-nama desa yang dulu menjadi persinggahan Kamandaka hingga dengan dikala ini masih ada di tempat Banyumas.
Ciri-ciri Legenda
- Bertempat di dunia ibarat yang kita kenal kini dan terjadi pada masa yang belum terlampau lama.
- Tokohnya yaitu manusia, yang biasanya mempunyai sifat dan kekuatan yang luar biasa, serta seringkali dibantu oleh mahluk-mahluk gaib.
- Legenda merupakan milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir.
- Legenda sering mengalami penyimpangan dari crita sebelumnya, sebab lantaran tidak tertulis..
- Legenda biasanya diwariskan secara turun temurun, dari generasi renta ke yang lebih muda.
- Legenda banyak mengandung pedoman perihal kebaikan sehingga sanggup dijadikan pedoman hidup.
Legenda Malin Kundang
Pada suatu waktu, ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Anak mereka yang berjulukan Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin tetapkan untuk pergi merantau biar sanggup menjadi kaya raya sehabis kembali ke kampung halaman kelak.
Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut tewas. Malin Kundang beruntung, ia sanggup menyelamatkan diri para bajak laut. Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga risikonya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Desa tempat Malin terdampar yaitu desa yang sangat subur. Malin usang kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya dan Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya hingga kepada ibu Malin Kundang. Sehingga ia sering pergi ke dermaga berharap Malin akan datang. Suatu hari Ibu Malin melihat kedatangan kapal ke dermaga ia melihat ada dua orang yang ia yakin kalau itu yaitu anaknya. Ibu Malin menuju ke arah kapal "Malin Kundang, anakku, mengapa kamu pergi begitu usang tanpa mengirimkan kabar?", sambil memeluk Malin Kundang. Melihat perempuan renta yang berpakaian lusuh memeluknya, Malin Kundang menjadi murka meskipun ia mengetahui bahwa perempuan renta itu yaitu ibunya, beliau malu bila diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Ibu Malin Kundang sangat marah. Beberapa dikala kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan tiba topan dahsyat menghantam kapal Malin Kundang. Diwaktu yang sama dan tempat berbeda ibu Malin Kundang sedang berdoa, "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, kukutuk beliau jadi batu!" Tiba-tiba tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan menjadi sebuah watu karang. Batu Malin Kundang masih sanggup dilihat di sebuah pantai berjulukan pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Cerita Timun Mas
Pada zaman dahulu, tinggallah sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak. Setiap hari keduanya berdoa memohon kehadiran seorang anak. Suatu hari, di dikala mereka sedang berdoa, lewatlah si Buto Ijo, di depan pondok mereka. Buto Ijo mendengar doa keduanya dan mengabulkan permohonannya, namun ada syaratnya bila anak itu telah berusia 17 tahun akan diambil kembali.
Kedua petani tersebut diberi biji mentimun untuk ditanam. Setelah timun berbuah ada satu mentimun berwarna emas, dikala mentimun dibelah ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi perempuan. Keduanya kemudian menamakan bayi itu Timun Mas. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik, manis, dan baik hati. Pada hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas, Buto Ijo mengunjungi pondok kedua petani untuk menagih janji. Dengan segala upaya kedua petani tersebut ingin menyelamatkan Timun Emas, mereka membekali Timun Emas dengan kantong yang berisi garam, cabai, dan terasi.
Timun Emas segera berlari lewat pintu di belakang rumahnya. Mengetahui bahwa ia telah diperbodoh, raksasa hijau itu mengamuk, ia pun segera lari mengejar Timun Mas. Ketika raksasa mendekati Timun Mas, dibukanya kantung dan diambilnya segenggam garam dan dilemparkan ke raksasa. Tiba-tiba terhampar lautan yang luas yang memisahkannya dari Buto Ijo. Timun Mas kembali berlari.
Ketika Buto Ijo berhasil mengejar Timun Mas, dan sangat erat mencapai Timun Mas untuk kedua kalinya, Timun Mas menyebarkan, segenggam cabai, dan terbentanglah hutan semak belukar dengan tumbuhan berduri di dalamnya. Ia berupaya keras untuk keluar dari hutan itu dan mengejar Timun Mas. Timun Mas terus berlari, berharap Buto Ijo tidak mengejarnya lagi.
Buto Ijo berhasil keluar dari hutan belukar itu, untuk ketiga kalinya raksasa berhasil mendekati Timun Mas. Timun Mas kembali merogoh ke kantungnya dan hanya satu benda tersisa, yakni sepotong terasi. Timun Mas mengambil potongan terasi itu, ternyata terasi itu membuat topan lumpur bergulung dan menyedot tubuh raksasa tanpa ampun dan lenyaplah tubuh Buto Ijo.
Timun Mas menoleh ke belakang. Buto Ijo telah hilang dan tanah itupun telah kembali tenang. Betapa jauh ia telah berlari selama berhari-hari itu, hingga tanpa disadari telah kembali Timun Mas ke desanya. Ia berlari senang pulang ke rumahnya di mana ia disambut dengan suka cita oleh kedua orangtuanya.