Proses Pembuatan Gerabah Kasongan
Sunday, October 18, 2020
Edit
Kasongan merupakan sebuah desa yang berada di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Lokasi tepatnya yaitu di kawasan pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul. Kasongan menjadi salah satu kawasan tujuan wisata alasannya yaitu populer dengan kerajinan gerabahnya. Desa Kasongan disebut-sebut sebagai pemukiman para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang menciptakan sejenis buyung, gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias).
Proses pembuatan gerabah intinya mempunyai tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan yaitu perbedaan alat yang digunakan dalam proses pengolahan materi dan proses pembentukan /perwujudan. Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas simpulan yang dicapai oleh masing- masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan tubuh gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang memakai alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada memakai alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama yaitu lebih stabil dalam pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga.
Setiap wisatawan yang berkunjung ke lokasi pembuatan gerabah/keramik diperbolehkan ikut menciptakan gerabah. Banyak pelajardari aneka macam kawasan sengaja tiba ke Kasongan untuk berguru menciptakan keramik/gerabah. Langkah kerja menciptakan gerabah sebagai berikut.
1. Menyiapkan materi dan alat
Bahan pembuatan gerabah hanya terdiri atas tanah liat atau lempung. Tanah liat/lempung harus sudah dibersihkan dari aneka macam unsur lain ibarat pasir, kerikil, dan kotoran lainnya. Pada tahapan ini materi diolah sesuai dengan alat pengolahan materi yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan materi yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah berilmu balig cukup akal ini banyak yang sudah mengalami kemajuan bila dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan aneka macam pertimbangan dianggap masih efektif.
Pengolahan materi ini sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan materi secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan materi gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di Indonesia yaitu pengolahan materi secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan materi secara basah, alasannya yaitu waktu, tenaga dan biaya yang diharapkan lebih lebih sedikit.
Sedangkan pengolahan materi dengan teknik lembap biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah mempunyai peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara lembap ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : kolam perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain. Pengolahan materi secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
2. Pembentukan
Tanah liat/lempung dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk bendabenda yang dikehendaki, contohnya cangkir, mangkuk, guci, vas, atau asbak. Beberapa teknik pembentukan yang sanggup diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga sanggup dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap dukungan dekorasi/ornamen.
Umumnya kriyawan gerabah mayoritas menerapkan teknik putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit yaitu teknik dasar menciptakan gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang untuk menciptakan mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang khas.
3. Pengeringan
gerabah yang sudah dibuat dikeringkan dengan cora diangin-anginkan selama 6-7 hari semoga benar-benar kering. Pengeringan dengan cora dikelantang tidak dianjurkan alasannya yaitu sanggup menciptakan gerabah gampang retak ketika proses pembakaran.
4. Pembakaran
Gerabah siap bakar dimasukan ke dalam tungku pembakaran. Selanjutnya, proses pembakaran sanggup dimulai. Proses pembakaran gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan tubuh keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran tubuh mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur. Kriyawan tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan terbuka ibarat di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya.
5. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini yaitu proses simpulan dari gerabah sehabis proses pembakaran. Proses ini sanggup dilakukan dengan aneka macam macam cara contohnya memulas dengan cat warna, melukis, melekat atau menganyam dengan materi lain, dan lain-lain.
Proses pembuatan gerabah intinya mempunyai tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan yaitu perbedaan alat yang digunakan dalam proses pengolahan materi dan proses pembentukan /perwujudan. Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas simpulan yang dicapai oleh masing- masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan tubuh gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang memakai alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada memakai alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama yaitu lebih stabil dalam pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga.
Setiap wisatawan yang berkunjung ke lokasi pembuatan gerabah/keramik diperbolehkan ikut menciptakan gerabah. Banyak pelajardari aneka macam kawasan sengaja tiba ke Kasongan untuk berguru menciptakan keramik/gerabah. Langkah kerja menciptakan gerabah sebagai berikut.
1. Menyiapkan materi dan alat
Bahan pembuatan gerabah hanya terdiri atas tanah liat atau lempung. Tanah liat/lempung harus sudah dibersihkan dari aneka macam unsur lain ibarat pasir, kerikil, dan kotoran lainnya. Pada tahapan ini materi diolah sesuai dengan alat pengolahan materi yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan materi yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah berilmu balig cukup akal ini banyak yang sudah mengalami kemajuan bila dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan aneka macam pertimbangan dianggap masih efektif.
Pengolahan materi ini sanggup dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan materi secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan materi gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di Indonesia yaitu pengolahan materi secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan materi secara basah, alasannya yaitu waktu, tenaga dan biaya yang diharapkan lebih lebih sedikit.
Sedangkan pengolahan materi dengan teknik lembap biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah mempunyai peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara lembap ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : kolam perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain. Pengolahan materi secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
- Penumbukan materi hingga halus.
- Pengayakan hasil tumbukan
- Pencampuran materi baku utama (tanah) dengan materi perhiasan (pasir halus atau serbuk kerikil padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kriyawan gerabah masing- masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek hingga rata dan homogen. Selanjutnya materi gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan tubuh gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada ketika pembentukan dan pembakaran.
2. Pembentukan
Tanah liat/lempung dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk bendabenda yang dikehendaki, contohnya cangkir, mangkuk, guci, vas, atau asbak. Beberapa teknik pembentukan yang sanggup diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga sanggup dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap dukungan dekorasi/ornamen.
Umumnya kriyawan gerabah mayoritas menerapkan teknik putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit yaitu teknik dasar menciptakan gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang untuk menciptakan mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang khas.
3. Pengeringan
gerabah yang sudah dibuat dikeringkan dengan cora diangin-anginkan selama 6-7 hari semoga benar-benar kering. Pengeringan dengan cora dikelantang tidak dianjurkan alasannya yaitu sanggup menciptakan gerabah gampang retak ketika proses pembakaran.
4. Pembakaran
Gerabah siap bakar dimasukan ke dalam tungku pembakaran. Selanjutnya, proses pembakaran sanggup dimulai. Proses pembakaran gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan tubuh keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran tubuh mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur. Kriyawan tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan terbuka ibarat di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya.
5. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini yaitu proses simpulan dari gerabah sehabis proses pembakaran. Proses ini sanggup dilakukan dengan aneka macam macam cara contohnya memulas dengan cat warna, melukis, melekat atau menganyam dengan materi lain, dan lain-lain.