Akulturasi Masjid Kudus
Monday, November 30, 2020
Edit
Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamata Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M atau 956 H. pendirinya yaitu Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus. Dia yaitu salah satu dari Walisanga, penyebar agama Islam di Jawa. Masjid Kudus mempunyai luas ± 2.400 m2. Keadaan tanah berupa sebidang tanah pekarangan yang datar yang diatasnya didirikan masjid dan menara. Batas yang memisahkan masjid dengan lingkungan sekitarnya yaitu di sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan pemukiman penduduk,sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan jalan raya.
Sejarah berdirinya masjid menara kudus terbukti sangat terperinci dengan prasasti berbahasa arab yang menerangka empat hal yaitu masjid berdiri pada tahun 956 H, pendirinya Ja’far Sodiq. Bentuk orisinil bangunan masjid sukar untuk diketahui dikarenakan telah beberapa kali mengalami perbaikan dan perluasan. Secara keseluruhan Masjid Kudus berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 58 m dan lebar 21 m. Bangunan masjid terdiri dari: menara, serambi, ruang utama, pawestren, dan bangunan lainnya.
Salah satu keistimewaan dari Masjid Kudus yaitu Menara Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan pada bentuk candi corak Jawa Timur. Regol-regol serta gapura bentar yang terdapat di halaman depan, serambi, dan dalam masjid bercorak kesenian klasik Jawa Timur. Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam.
Akulturasi agama sangat kental terlihat. Akulturasi yaitu suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok insan dengan kebudayaan tertentu. Sunan Kudus, melaksanakan dakwah Islam secara bijaksana (hikmah). Hasil dakwahnya sangat luar biasa. Penduduk setempat yang dahulunya pemeluk taat pedoman Hindu-Buddha, beralih memeluk pedoman tauhid (Islam). Kunci sukses Sunan Kudus terletak pada kemampuannya melaksanakan pribumisasi pedoman Islam di tengah masyarakat yang sudah punya budaya mapan.
Islamisasi masyarakat Kudus diwarnai dengan pencampuran warisan budaya Hindu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Di samping melestarikan tradisi-tradisi, Sunan Kudus juga memelihara simbol-simbol budaya lama. Tujuannya supaya nilai-nilai Islam sanggup diterima masyarakat tanpa menjadikan gejolak sosial.
1. Kapankah Masjid Kudus didirikan?
Masjid Kudus didirikan pada tahun 1549 M atau 956 H
2. Siapakah pendiri Masjid Kudus?
Pendiri Masjid Kudus yaitu Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus
3. Apakah fungsi utama dari Masjid Kudus?
Masjid menara Kudus pada awalnya didirikan sebagai daerah membuatkan agama islam di wilayah Kudus dan sekitarnya oleh Sunan Kudus. Disamping itu juga sebagai daerah para santri dalam mendalami pedoman Islam.
4. Mengapa menara Masjid Kudus terlihat ibarat bentuk candi?
Masjid kudus hasil dari akulturasi budaya (Islam, Hindu dan Budha) mempunyai tugas sangat penting dalam perjuangan Sunan Kudus mengembangkan Islam. Sebagai alasan bahwa waktu Islam masuk, masyarakat masih berpengaruh dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Budha. Dengan dilakukannya akulturasi tersebut mendorong masyarakat untuk mendapatkan Agama Islam sebagai Agama Baru yang sangat menghargai Budaya. hal ini merupakan salah satu langkah yang diambil Sunan Kudus dalam membuatkan pedoman Agama Islam di Kudus.
5. Kesimpulan
Masjid Kudus merupakan daerah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Kudus. Pendekatan Sunan Kudus dalam penyebaran Agama Islam dengan memakai akulturasi antara budaya Islam dengan budaya setempat (Hindu/Budha). Dengan dilakukannya akulturasi tersebut mendorong masyarakat untuk mendapatkan Agama Islam sebagai Agama Baru yang sangat menghargai Budaya.
6. Nilai Persatuan Akulturasi Masjid Kudus
Masjid kudus merupakan bentuk penyatuan budaya Islam, Hindu, dan Budha. Dengan adanya penyatuan budaya tersebut masyarakat muslim dan nonmuslim ketika itu sanggup disatukan.
Sejarah berdirinya masjid menara kudus terbukti sangat terperinci dengan prasasti berbahasa arab yang menerangka empat hal yaitu masjid berdiri pada tahun 956 H, pendirinya Ja’far Sodiq. Bentuk orisinil bangunan masjid sukar untuk diketahui dikarenakan telah beberapa kali mengalami perbaikan dan perluasan. Secara keseluruhan Masjid Kudus berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 58 m dan lebar 21 m. Bangunan masjid terdiri dari: menara, serambi, ruang utama, pawestren, dan bangunan lainnya.
Salah satu keistimewaan dari Masjid Kudus yaitu Menara Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan pada bentuk candi corak Jawa Timur. Regol-regol serta gapura bentar yang terdapat di halaman depan, serambi, dan dalam masjid bercorak kesenian klasik Jawa Timur. Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam.
Akulturasi agama sangat kental terlihat. Akulturasi yaitu suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok insan dengan kebudayaan tertentu. Sunan Kudus, melaksanakan dakwah Islam secara bijaksana (hikmah). Hasil dakwahnya sangat luar biasa. Penduduk setempat yang dahulunya pemeluk taat pedoman Hindu-Buddha, beralih memeluk pedoman tauhid (Islam). Kunci sukses Sunan Kudus terletak pada kemampuannya melaksanakan pribumisasi pedoman Islam di tengah masyarakat yang sudah punya budaya mapan.
Islamisasi masyarakat Kudus diwarnai dengan pencampuran warisan budaya Hindu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Di samping melestarikan tradisi-tradisi, Sunan Kudus juga memelihara simbol-simbol budaya lama. Tujuannya supaya nilai-nilai Islam sanggup diterima masyarakat tanpa menjadikan gejolak sosial.
1. Kapankah Masjid Kudus didirikan?
Masjid Kudus didirikan pada tahun 1549 M atau 956 H
2. Siapakah pendiri Masjid Kudus?
Pendiri Masjid Kudus yaitu Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus
3. Apakah fungsi utama dari Masjid Kudus?
Masjid menara Kudus pada awalnya didirikan sebagai daerah membuatkan agama islam di wilayah Kudus dan sekitarnya oleh Sunan Kudus. Disamping itu juga sebagai daerah para santri dalam mendalami pedoman Islam.
4. Mengapa menara Masjid Kudus terlihat ibarat bentuk candi?
Masjid kudus hasil dari akulturasi budaya (Islam, Hindu dan Budha) mempunyai tugas sangat penting dalam perjuangan Sunan Kudus mengembangkan Islam. Sebagai alasan bahwa waktu Islam masuk, masyarakat masih berpengaruh dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Budha. Dengan dilakukannya akulturasi tersebut mendorong masyarakat untuk mendapatkan Agama Islam sebagai Agama Baru yang sangat menghargai Budaya. hal ini merupakan salah satu langkah yang diambil Sunan Kudus dalam membuatkan pedoman Agama Islam di Kudus.
5. Kesimpulan
Masjid Kudus merupakan daerah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Kudus. Pendekatan Sunan Kudus dalam penyebaran Agama Islam dengan memakai akulturasi antara budaya Islam dengan budaya setempat (Hindu/Budha). Dengan dilakukannya akulturasi tersebut mendorong masyarakat untuk mendapatkan Agama Islam sebagai Agama Baru yang sangat menghargai Budaya.
6. Nilai Persatuan Akulturasi Masjid Kudus
Masjid kudus merupakan bentuk penyatuan budaya Islam, Hindu, dan Budha. Dengan adanya penyatuan budaya tersebut masyarakat muslim dan nonmuslim ketika itu sanggup disatukan.