Kaligrafi Peninggalan Islam
Saturday, November 28, 2020
Edit
Kaligrafi ialah seni menulis indah. Seni kaligrafi berkembang pada zaman kebudayaan madya. Kaligrafi berwujud goresan pena indah yang merupakan komposisi huruf-huruf Arab yang biasanya merupakan rangkaian ayat-ayat suci dalam Al-quran. Rangkaian tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu gambar atau gesekan yang indah. Kaligrafi biasanya dipahatkan pada dinding masjid, kerikil nisan, gapura, keraton, menyerupai pada di Keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon.
Kaligrafi biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, kerikil nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia ialah kerikil nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa. Beberapa peninggalan berupa kaligrafi lainnya antara lain sebagai berikut.
1. Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon.
Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon bebentuk lukisan pada kaca. Sebelum lukisan beling dikenal di Cirebon, masyarakat Cirebon menggunakan media kayu, kulit, maupun kain. Ketika beling mulai dipakai, tema yang banyak muncul ialah tema-tema wayang dengan kaligrafi Islam dengan keinginan bisa memberikan nilai-nilai Islami kepada masyarakat melalui simbol-simbol pewayangan.
Lukisan beling sendiri mengandung banyak sekali filosofis-filosofis yang menyangkut religi dankepercayaan, fungsi sebagai azimat pun masih dipercaya di beberapa kalangan masyarakat Cirebon. Sebagai teladan ialah lukisan beling dengan obyek Ganesha, dipercaya sebagai penolak bala dan biasanya dipasang di bab depan rumah. Gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada.
2. Kaligrafi pada Makam Sunan Malik Al Saleh.
Malik al-Salih merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudera Pasai pada tahun 1267. Nama aslinya ialah Meurah Silu. Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada masa ke-13 M. Karena efek kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di daerah Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mempunyai bantuan yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk membuatkan agama Islam ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya ialah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.
Kaligrafi yang ditemui pada makam-makam Aceh Darussalam masa ke-14 hingga masa ke-18 dituliskan dalam 5 jenis kaligrafi; Naskhi, Tsuluts, Thuluts, Kufi, Figural. dan Samar. Perkembangan kaligrafi di Nusantara, khususnya di Aceh telah mendapat efek yang besar dari luar. Banyaknya ditemukan kaligrafi Tsulust pada makam-makam didiga besar lengan berkuasa dipengaruhi oleh kalegrafi Islam dari Turki, India, dan Persia
3. Kaligrafi pada makam Maulanan Malik Ibrahim.
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim ialah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali membuatkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota Gresik, Jawa Timur. Ada sejumlah versi wacana asal undangan Syeikh Maghribi, sebutan lain bagi Sunan Gresik itu. Ada yang menyampaikan ia berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat (India). Sumber lain menyebutkan ia lahir di Campa (Kamboja).
Maulana Malik Ibrahim diminta ayahnya, Barebat Zainul Alam, semoga merantau, berdakwah ke negeri selatan. Maka, bersama 40 anggota rombongan yang menyertainya, Malik mengarungi samudera berhari-hari. Mereka kemudian berlabuh di Sedayu, Gresik. Rombongan Malik kemudian menetap di Desa Leran, Ketika itu, Gresik berada di bawah Kerajaan Majapahit.
Tiba di Gresik Syeikh Malik kemudian juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan keyakinan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan usaha menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Setelah simpulan membangun dan menata pondokan tempat berguru agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya sekarang terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya ialah sebagai berikut:
“Ini ialah makam almarhum seorang yang sanggup dibutuhkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang populer dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah".
Kaligrafi biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, kerikil nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia ialah kerikil nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa. Beberapa peninggalan berupa kaligrafi lainnya antara lain sebagai berikut.
1. Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon.
Kaligrafi Dewa Ganesha di Cirebon bebentuk lukisan pada kaca. Sebelum lukisan beling dikenal di Cirebon, masyarakat Cirebon menggunakan media kayu, kulit, maupun kain. Ketika beling mulai dipakai, tema yang banyak muncul ialah tema-tema wayang dengan kaligrafi Islam dengan keinginan bisa memberikan nilai-nilai Islami kepada masyarakat melalui simbol-simbol pewayangan.
Lukisan beling sendiri mengandung banyak sekali filosofis-filosofis yang menyangkut religi dankepercayaan, fungsi sebagai azimat pun masih dipercaya di beberapa kalangan masyarakat Cirebon. Sebagai teladan ialah lukisan beling dengan obyek Ganesha, dipercaya sebagai penolak bala dan biasanya dipasang di bab depan rumah. Gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada.
2. Kaligrafi pada Makam Sunan Malik Al Saleh.
Malik al-Salih merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudera Pasai pada tahun 1267. Nama aslinya ialah Meurah Silu. Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada masa ke-13 M. Karena efek kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di daerah Asia Tenggara.
Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mempunyai bantuan yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk membuatkan agama Islam ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya ialah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.
Kaligrafi yang ditemui pada makam-makam Aceh Darussalam masa ke-14 hingga masa ke-18 dituliskan dalam 5 jenis kaligrafi; Naskhi, Tsuluts, Thuluts, Kufi, Figural. dan Samar. Perkembangan kaligrafi di Nusantara, khususnya di Aceh telah mendapat efek yang besar dari luar. Banyaknya ditemukan kaligrafi Tsulust pada makam-makam didiga besar lengan berkuasa dipengaruhi oleh kalegrafi Islam dari Turki, India, dan Persia
3. Kaligrafi pada makam Maulanan Malik Ibrahim.
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim ialah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali membuatkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota Gresik, Jawa Timur. Ada sejumlah versi wacana asal undangan Syeikh Maghribi, sebutan lain bagi Sunan Gresik itu. Ada yang menyampaikan ia berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat (India). Sumber lain menyebutkan ia lahir di Campa (Kamboja).
Maulana Malik Ibrahim diminta ayahnya, Barebat Zainul Alam, semoga merantau, berdakwah ke negeri selatan. Maka, bersama 40 anggota rombongan yang menyertainya, Malik mengarungi samudera berhari-hari. Mereka kemudian berlabuh di Sedayu, Gresik. Rombongan Malik kemudian menetap di Desa Leran, Ketika itu, Gresik berada di bawah Kerajaan Majapahit.
Tiba di Gresik Syeikh Malik kemudian juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan keyakinan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan usaha menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Setelah simpulan membangun dan menata pondokan tempat berguru agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya sekarang terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya ialah sebagai berikut:
“Ini ialah makam almarhum seorang yang sanggup dibutuhkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang populer dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah".