Penyebab Perubahan Ekosistem
Tuesday, November 17, 2020
Edit
Ekosistem mengalami perubahan sepanjang waktu. Komponen-komponen di dalam ekosistem sanggup mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah populasi. Misalnya, pada ketika ekspresi dominan hujan, sebuah kebun akan mendapat lebih banyak air daripada biasanya. Tanaman tumbuh dengan baik. Tikus-tikus tanah juga akan mendapat lebih banyak kuliner daripada biasanya. Hal ini akan menimbulkan peningkatan populasi tikus tanah pada kebun tersebut. Peningkatan jumlah tikus tanah akan menimbulkan meningkatnya populasi ular tanah. Hal ini disebabkan ular tanah mendapat banyak kuliner berupa tikus tanah pada ekspresi dominan itu.
Pada ekspresi dominan kemarau, air yang turun di kebun tersebut tentu berkurang. Tanaman tumbuh lebih lambat. Makanan yang dihasilkannya juga lebih sedikit. Keadaan ini akan menimbulkan menurunnya populasi tikus tanah yang memakan tumbuhan di kebun itu. Akibatnya, populasi ular tanah pun akan berkurang, lantaran berkurangnya sumber kuliner pada ekspresi dominan itu. Ekosistem mengalami perubahan baik secara alami maupun lantaran aktivitas manusia. Perubahan musim, menyerupai dijelaskan di atas, merupakan salah satu referensi perubahan alami.
Selain musim, yang termasuk faktor perubahan alami yaitu petaka berupa gunung meletus, gempa, tanah longsor, kebakaran hutan, tsunami, angin ribut, dan banjir. Secara umum, penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem atau lingkungan dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu lantaran faktor alam dan faktor manusia.
A. Faktor Alam
Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni lantaran musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan jawaban cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem contohnya saja ketika Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu binatang dan flora bahkan insan bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan insiden semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka bila dalam sebuah ekosistem terdapat satu organisme yang mati maka akan besar lengan berkuasa pada keadaan organisme lainnya.
B. Faktor Manusia
Manusia sanggup menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan ekosistem. Manusia melaksanakan banyak sekali aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka insan melaksanakan sejumlah aktivitas yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan di sekitarnya. Ada beberapa aktivitas insan yang menimbulkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Antara lain:
Dalam suatu ekosistem yang masih alami dan belum terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen penyusun ekosistem tersebut keadaan ini disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk sanggup menahan banyak sekali perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh. Ekosistem yang dikatakan seimbang yaitu apabila semua komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terjadi insiden makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai makanan. Idealnya dalam sebuah rantai kuliner jumlah masing-masing anggotanya harus sesuai dengan hukum ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem terjadi apabila semua komponen biotik maupun abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun perananya dalam lingkungan. Sehingga sanggup dikatakan tidak seimbang bila salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak. Misalnya populasi tikus di sawah sedikit lantaran terus diburu oleh para petani akan menimbulkan populasi ular menurun lantaran kehabisan kuliner berupa tikus.
Pada ekspresi dominan kemarau, air yang turun di kebun tersebut tentu berkurang. Tanaman tumbuh lebih lambat. Makanan yang dihasilkannya juga lebih sedikit. Keadaan ini akan menimbulkan menurunnya populasi tikus tanah yang memakan tumbuhan di kebun itu. Akibatnya, populasi ular tanah pun akan berkurang, lantaran berkurangnya sumber kuliner pada ekspresi dominan itu. Ekosistem mengalami perubahan baik secara alami maupun lantaran aktivitas manusia. Perubahan musim, menyerupai dijelaskan di atas, merupakan salah satu referensi perubahan alami.
Selain musim, yang termasuk faktor perubahan alami yaitu petaka berupa gunung meletus, gempa, tanah longsor, kebakaran hutan, tsunami, angin ribut, dan banjir. Secara umum, penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem atau lingkungan dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu lantaran faktor alam dan faktor manusia.
A. Faktor Alam
Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni lantaran musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan jawaban cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem contohnya saja ketika Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu binatang dan flora bahkan insan bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan insiden semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka bila dalam sebuah ekosistem terdapat satu organisme yang mati maka akan besar lengan berkuasa pada keadaan organisme lainnya.
B. Faktor Manusia
Manusia sanggup menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan ekosistem. Manusia melaksanakan banyak sekali aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka insan melaksanakan sejumlah aktivitas yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan di sekitarnya. Ada beberapa aktivitas insan yang menimbulkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Antara lain:
- Kegiatan penebangan dan pembakaran hutan. Dua aktivitas ini bisa menimbulkan kerusakan yang sangat serius bagi ekosistem. Tak hanya menimbulkan banjir juga longsor, berkurangnya pohon yang merupakan paru-paru dunia ini akan membuat iklim di bumi terganggu. Penebangan pepohonan akan membuat tanah tidak lagi terkunci secara benar sehingga gampang longsor dan udara tidak lagi bisa didaur ulang sehingga kadar oksigen semakin berkurang. Pembakaran hutan jauh lebih berbahaya lagi lantaran bisa membunuh semua makhluk hidup yang ada di dalam hutan tersebut dan menimbulkan kelangkaan beberapa tumbuhan tertentu.
- Perburuan binatang yang tak terkendali. Manusia membutuhkan binatang baik itu sebagai salah satu materi kuliner maupun sebagai rekreasi. Manusia mengkonsumsi hewan, contohnya ikan, bukan hal yang merusak bila dilakukan dengan cara yang wajar. Namun, manakala insan menangkap ikan dengan bom peledak, racun atau kejut listrik, maka bisa dipastikan akan berakibat jelek pada keseimbangan lingkungan. Hewan sebagai rekreasi. Terkadang banyak insan yang menangkap binatang hanya untuk dipelihara dan dijual demi tujuan komersil mislanya materi garmen dan semcamnya. Hal ini sangat jelek dan berdampak pada kelangkaan binatang tertentu.
- Kegiatan pemakaian pupuk yang berlebihan. Aktivitas pertanian insan juga terkadang bisa mengganggu keseimbangan alam. Pupuk dipakai untuk memaksimalkan hasil pertanian. Ada dua jenis pupuk yang dipakai yakni pupuk alami dan pupuk buatan. Penggunaan pupuk alami tidak membahayakan organisme lainnya sementara itu penggunaan pupuk buatan, bila dipakai secara berlebihan akan berbahaya bagi organisme lainnya.
- Kegiatan pembuangan sampah dan limbah. Ratusan milyar insan di dunia ini, setiap melaksanakan aktivitas niscaya menghasilkan sampah juga limbah. Sebut saja limbah dari rumah tangga, transportasi, pertanian, sampai limbah industri. Apabila tidak diurai secara cermat makan limbah dan sampah ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam nyawa organisme lainnya.
- Kegiatan yang mencemari lingkungan. Pencemaran terhadap tanah, pencemaran terhadap udara, pencemaran terhadap suara, dan juga pencemaran terhadap air. Pencemaran tanah terjadi dengan cara membuat limbah yang tak bisa diurai sampai ribuan tahun lamanya, contohnya saja plastik. Pencemaran bunyi contohnya oleh bunyi bising yang merusak telinga organisme. Pemcemaran air contohnya dengan masuknya materi padat maupun cair di dalam air yang membahayakan organisme di dalam air. Sedangkan pencemaran udara yaitu masuknya banyak sekali polutan ke udara baik itu dari asap kendaraan, abu juga jelaga.
Dalam suatu ekosistem yang masih alami dan belum terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara komponen-komponen penyusun ekosistem tersebut keadaan ini disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk sanggup menahan banyak sekali perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh. Ekosistem yang dikatakan seimbang yaitu apabila semua komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terjadi insiden makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai makanan. Idealnya dalam sebuah rantai kuliner jumlah masing-masing anggotanya harus sesuai dengan hukum ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem terjadi apabila semua komponen biotik maupun abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun perananya dalam lingkungan. Sehingga sanggup dikatakan tidak seimbang bila salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak. Misalnya populasi tikus di sawah sedikit lantaran terus diburu oleh para petani akan menimbulkan populasi ular menurun lantaran kehabisan kuliner berupa tikus.