Budidaya Tanaman Jahe
Monday, December 28, 2020
Edit
Jahe ketika ini banyak ditanam di lahan pertanian ibarat tegalan maupun lahan pertanian lainnya. Seperti yang saya lihat di tempat saya ketika ini banyak para petani yang beralih menanam jahe daripada tumbuhan yang lainnya. Salah satu penyebab beralihnya para perani beralih menanam jahe berdasarkan saya yakni lantaran harganya yang cukup tinggi. Selain itu faktor lain yang menjadikan mereka beralih ke tumbuhan jahe yakni jumlah seruan jahe yang cukup banyak. Tidak ada salahnya bagi anda untuk mencoba membudidayakan tumbuhan ini.
Jahe merupakan tumbuhan obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), masih sefamili dengan temu-temuan lainnya ibarat temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama tempat jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate),
Jenis-jenis Jahe
Tanaman jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
Budidaya Jahe
Media Tanam
Tanaman jahe sangat cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik yakni lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe sanggup tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah yakni 6,8-7,0.
Tanaman jahe cocok diusahakan di lahan tegalan kering. lantaran bebas dari genangan air. Keberhasilan budi daya jahe sangat ditentukan oleh persiapan lahan sebelum bibit ditanam dan perlakuan Bibit selama disemai. Selanjutnya diperlukan perlakuan pemcliharaan berupa penyiangan. penyulaman, pembubunan, pemulsaan, pemupukan. dan pengendalian gangguan hama penyakit.
Pembuatan bedengan tumbuhan jahe sanggup dilakukan dengan cara menggemburkan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul dan diratakan. Berdasarkan pengalaman saya, pada ketika pembuatan bedengan ini sebaiknya dimasukan sisa-sisa masakan ternak atau pun sisa hasil panen ibarat jerami sebagai dsar dari bedengan tersebut. Tujuannya yakni sebagai pupuk alam bagi tumbuhan jahe yang kita tanam. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya tidak anggun sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya diadaptasi dengan kondisi lahan.
Bibit Jahe
Untuk menghasilkan jahe yang baik, pemilihan bibit sangat penting lantaran sangat memilih hasil panen nantinya. Bibit baik memilki beberapa kriteria, kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari bahaya penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam. Penanaman jahe ada yang dilakukan secara tumpangari maupun secara monokultur. Pada goresan pena ini saya memakai contoh monokultur biar hasil lebih maksimal.
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, ibarat ketimun, bawang merah, cabai rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, ibarat jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, lantaran kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm memakai tugal untuk menanam bibit. Jahe atau benih jahe ditanam dengan tunas menghadap keatas dan jangan hingga terbalik, lantaran sanggup menghambat pertumbuhan tumbuhan jahe. Jarak antar tumbuhan untuk jahe putih besar yakni 80cm x 40cm yang dipanen bau tanah atau sanggup juga 60cm x 40cm, Jahe merah dan jahe putih kecil ukurannya 60cm x 40cm.
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal animo hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan lantaran tumbuhan muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
Jahe merupakan tumbuhan obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), masih sefamili dengan temu-temuan lainnya ibarat temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama tempat jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate),
Jenis-jenis Jahe
Tanaman jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
- Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe rino Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik ketika berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Di Jawa Barat dikenal dengan sebutan jahe rino dan jahe gajah sedangkan di Bengkulu dikenal dengan nama jahe kombongan.
- Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit ruasnya kecil, agak rata hingga agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen sesudah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini mengandung atsiri 1,5%-3,3% dari berat ringannya. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
- Jahe merah. Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama ibarat jahe kecil, jahe merah selalu dipanen sesudah tua, dan juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan. Harga jahe merah paling mahal bila dibandingkan jahe lainnya. Karena jahe jenis ini mempunyai kandungan minyak atsiri sekira 2,58-2,72% dihitung atas dasar berat kering. Jahe ini lebih banyak dipakai untuk obat-obatan
Budidaya Jahe
Media Tanam
Tanaman jahe sangat cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik yakni lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe sanggup tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah yakni 6,8-7,0.
Tanaman jahe cocok diusahakan di lahan tegalan kering. lantaran bebas dari genangan air. Keberhasilan budi daya jahe sangat ditentukan oleh persiapan lahan sebelum bibit ditanam dan perlakuan Bibit selama disemai. Selanjutnya diperlukan perlakuan pemcliharaan berupa penyiangan. penyulaman, pembubunan, pemulsaan, pemupukan. dan pengendalian gangguan hama penyakit.
Pembuatan bedengan tumbuhan jahe sanggup dilakukan dengan cara menggemburkan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul dan diratakan. Berdasarkan pengalaman saya, pada ketika pembuatan bedengan ini sebaiknya dimasukan sisa-sisa masakan ternak atau pun sisa hasil panen ibarat jerami sebagai dsar dari bedengan tersebut. Tujuannya yakni sebagai pupuk alam bagi tumbuhan jahe yang kita tanam. Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya tidak anggun sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya diadaptasi dengan kondisi lahan.
Bibit Jahe
Untuk menghasilkan jahe yang baik, pemilihan bibit sangat penting lantaran sangat memilih hasil panen nantinya. Bibit baik memilki beberapa kriteria, kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
- Bahan bibit diambil pribadi dari kebun (bukan dari pasar). Biasanya bibit yang berasal dari
Bibit Jahe Yang Baik - Dipilih materi bibit dari tumbuhan yang sudah bau tanah (berumur 9-10 bulan). Bibit yang bau tanah akan lebih baik tumbuh daripada bibit yang masih muda. Biasanya bibit muda akan cepat membusuk daripada bibit yang tua.
- Dipilih pula dari tumbuhan yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet. Penampilan bibit jahe yang baik sanggup terlihat pada rimpangnya yang kelihatan sehat dan tidak ada cacat, baik lecet maupun busuk.
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari bahaya penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam. Penanaman jahe ada yang dilakukan secara tumpangari maupun secara monokultur. Pada goresan pena ini saya memakai contoh monokultur biar hasil lebih maksimal.
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, ibarat ketimun, bawang merah, cabai rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, ibarat jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, lantaran kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm memakai tugal untuk menanam bibit. Jahe atau benih jahe ditanam dengan tunas menghadap keatas dan jangan hingga terbalik, lantaran sanggup menghambat pertumbuhan tumbuhan jahe. Jarak antar tumbuhan untuk jahe putih besar yakni 80cm x 40cm yang dipanen bau tanah atau sanggup juga 60cm x 40cm, Jahe merah dan jahe putih kecil ukurannya 60cm x 40cm.
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal animo hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan lantaran tumbuhan muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
- Penyulaman. Sekitar 2-3 ahad sesudah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tumbuhan lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
- Penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan ketika tumbuhan jahe berumur 2-4 ahad kemudian dilanjutkan 3-6 ahad sekali. Tergantung pada kondisi tumbuhan pengganggu yang tumbuh. Namun sesudah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, alasannya yakni pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
- Pembubunan. Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air sanggup berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang adakala muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tumbuhan jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tumbuhan jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tumbuhan jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
- Pemupukan. Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tumbuhan jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada ketika tumbuhan berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang dipakai yakni pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua dipakai pupuk sangkar dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tumbuhan yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada ketika tumbuhan berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tumbuhan atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
- Waktu Penyemprotan Pestisida. Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari ketika penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada ketika pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.