Tarian Dari Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan beribukota di Makasar atau dahulunya berjulukan Ujungpandang. Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai kekayaan budaya yang sangat beragam. Hal ini disebabkan banyaknya suku bangsa yang berada di Sulawesi Selatan sperti suku Bugis, Makasar, Mandar, Toraja, dan Duni, sedangkan bahasa yang umum digunakan yaitu bahasa Makasar, Bugis, Luwu, Toraja, Mandar, Duni dan Konju. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri yaitu budaya dan watak Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik.

Lagu tempat propinsi Sulawesi Selatan yang sangat terkenal dan sering dinyanyikan di antaranya yaitu lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis yaitu lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja yaitu lagu Tondo.

Selain kekayaan budaya yang telah disebutkan di atas Provinsi Sulawesi Selatan juga mempunyai kekayaan tari tradisional. Jenis-jenis tarian tradisional di Sulawesi Selatan antara lain sebagai berikut :

1. Tari Mabbissu atau Maggiri
Tari mabbissu dibawakan oleh 6 Orang bissu utama. Keenam bissu tersebut berdandan mirip pria dengan pakaian berwarna keemasan dan memakai badik dipinggangnya. Setelah terdengar tabuhan gendang yang berirama khas, mereka melantunkan nada memakai bahasa To Rilangi (bahasa orang Bugis). Sambil menari memutar benda-benda yang dikeramatkan dan diyakini sebagai tempat para leluhur.

Ketika alunan gendang semakin keras, gerakan para Bissu berubah pelan dan mengalami kesurupan atau kehilangan kesadaran. Pada ketika itu mereka memperagakan gerakan Maggiri. Mereka melepaskan keris dari pinggang kemudian menusukkannya ke telapak tangan dan perut mereka. Tujuannya yaitu untuk menguji apakah roh leluhur atau yang kuasa merasuk ke dalam diri mereka.

2. Tari Pakarena
Tari Kipas Pakarena berasal dari masyarakat Gowa yang. Dalam bahasa setempat, “pakarena” berasal dari kata “karena” yang mempunyai arti “main”. Menurut mitos, tarian Pakarena berawal dari dongeng perpisahan antara penghuni boting langi (negeri khayangan) dengan penghuni lino (Bumi) pada zaman dahulu. Konon sebelum berpisah, penghuni boting langi sempat mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup, bercocok tanam, beternak, dan berburu kepada penghuni lino, melalui gerakan-gerakan tubuh dan kaki. Selanjutnya, gerakan-gerakan itu pula yang digunakan penghuni limo sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.

Tarian ini bahwasanya terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan mempunyai makna khusus. Posisi duduk, menjadi membuktikan awal dan simpulan Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia. Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Tabuhan Gandrang Pakarena yang disambut dengan suara tuip-tuip atau seruling akan mengiringi gerakan penari. Tidak hanya penari saja yang bergerak, penabuh gandrang juga ikut menggerakkan kepingan tubuhnya, terutama kepala. Ada dua jenis pukulan yang dikenal dalam menabuh gandrang, yaitu memakai stik atau bambawa yang terbuat dari tanduk kerbau, dan memakai tangan.

3. Tari Pa' Gellu'
Salah satu jenis tarian yang dipertunjukkan untuk mengekspresikan rasa suka cita yaitu Pa’Gellu’. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para remaja. Mereka menari diiringi irama tabuhan gendang yang dimainkan empat terpelajar balig cukup akal putra. Para penari yang disebut dengan ma’toding ini mengenakan busana serta embel-embel berbahan emas dan perak, mirip keris emas (sarapang bulawan), kandaure, sa’pi’ Ulu’, tali tarrung, dan lain-lain.

Tarian Pa’Gellu bahwasanya melambangkan program penyambutan terhadap para patriot atau hero yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan. Tapi sekarang, tarian ini sudah sering dipertunjukkan pada upacara kegembiraan lainnya, mirip pesta pernikahan, pesta syukuran di isu terkini panen, atau ketika menyambut tamu kehormatan.

4. Tari Bossa atau Paduppa
Tari Bossa berasal dari kata bosara, yang merupakan tempat untuk menyajikan makanan atau penganan sebagai tanda penghormatan kepada tamu jauh. Alat ini masih digunakan hingga kini oleh masyarakat Sulawesi Selatan dalam program ijab kabul atau mempertemukan pasangan pengantin. Tari Bossara yaitu tarian yang menggambarkan bahwa orang bugis jikalau kedatangan tamu akan menghidangkan bosara, sebagai tanda syukur atau hormat.

Pada zaman dahulu tarian ini sering ditarikan untuk menjamu raja, menyambut tamu agung, pesta adat, dan pesta perkawinan. Gerakan tarian ini sangat luwes sehingga yummy untuk dilihat.

5. Tari Pattenung
Tari pattenung merupakan tarian yang berasal dari tempat Wajo, Sulawesi Selatan. Tarian ini merupakan tarian yang tergolong rumit, lantaran gerakannya sangat rinci/detail. Gerakan dalam tariannya ibarat gerakan para perempuan yang sedang menenun. Para penari seperti sedang menenun kain sutra dengan memakai alat tenun tradisional. Tarian watak ini menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis. Di simpulan tari Pattenung, para penari akan membagikan kain sutra kepada beberapa penonton.

6. Tari Ganrang Bulo
Tarian Ganrang Bulo merupakan tarian yang dimainkan oleh sekelompok penari laki-laki. Nama tarian ini berasal dari “Ganrang Bulo” yang berarti
Provinsi Sulawesi Selatan beribukota di Makasar atau dahulunya berjulukan Ujungpandang Tarian dari Sulawesi Selatan
gendang bambu. Pada tarian ini, sebagian penari memukul-mukul gendang secara berirama, sedangkan pemain lainnya mendentingkan sejenis castagnet dari sendok porselen yang dipegang dengan satu tangan. Atraksi tarian Ganrang Bulo merupakan tarian yang bertempo cukup cepat, gerakannya kadang lucu, para pemainnya menirukan monyet, dan tentu saja menghibur.

Sambil membunyikan castagnet, penari yang biasanya yaitu anak laki-laki, bernyanyi lagu Marencong-rencong. Tari Ganrang Bulo merupakan kesenian yang berasal dari tempat Gowa dan merupakan kesenian suku Makassar.

7. Tari Pangadakkang
Tari Pangadakkang merupakan tarian yang diperankan oleh lelaki dan perempuan. Para penari perempuan menari dengan gemulai memakai kipas, semetara penari lelaki mengiringinya degan gerakan tarian cepat dan lambat secara bergantian. Tari pangadakkang merupakan tarian mengenai watak istiadat. Adak sendiri berarti adat, dan pangadakkang berarti watak istiadat. Tarian ini berasal dari Makassar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel