Teori Penyimpangan Sosial
Tuesday, March 17, 2020
Edit
Perilaku menyimpang ternyata sangat bermacam-macam dan sanggup dijumpai di seluruh lapisan masyarakat. Tidak terkecuali di sekolah, walaupun pihak sekolah telah mengambil komitmen mengenai tata tertib sekolah. Perilaku menyimpang menerima perhatian dari banyak andal ilmu sosial. Mereka berhasil merumuskan hasil kajiannya menjadi teori-teori penyimpangan sosial sebagai berikut. Beberapa teori perihal penyimpangan sosial itu ialah teori biologis, teori santunan cap, teori sosialisasi, teori transmisi budaya, teori anomi, teori konflik budaya, dan teori konflik kelas sosial.
1. Teori Biologis
Teori ini menjelaskan bagaimana korelasi antara sikap menyimpang dengan keadaan biologis, contohnya tipe badan tertentu seperi endomorph, ectomorph, dan mesomorph. Menurut teori secara umum, badan insan dibedakan menjadi tiga tipe: endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), dan ectomorph (tipis, kurus). Setiap tipe mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian dan sikap tertentu.
Penemuan andal dari teori ini menyebutkan bahwa para pecandu minuman keras dan penjahat umumnya mempunyai tipe badan mesomorph. Bahkan hasil terbaru para andal teori ini menemukan adanya kecenderungan sikap menyimpang berkaitan dengan struktur kromosom- Y ganda yang dimiliki seseorang. Pria yang mempunyai kromosom-Y ganda cenderung melaksanakan tindak kejahatan dan menyimpang dari norma masyarakat. Namun, dalam perkembangan terakhir teori ini banyak ditentang oleh andal lain.
Ada beberapa ilmuwan yang melaksanakan aneka macam study mengenai tipe badan orang tertentu yang cenderung melaksanakan tindakan menyimpang.
2. Teori Pemberian Cap (Labeling)
Labeling yakni sebuah definisi yang dikala diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan menawarkan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat beliau secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu. Labelling sanggup juga disebut sebagai penjulukan/ santunan cap.
Teori ini dipelopori oleh Edwin M. Lemert. Teori ini beropini bahwa penyimpangan lahir lantaran adanya batasan (definisi) atas suatu perbuatan yang disebut perbuatan menyimpang. Artinya suatu perbuatan disebut menyimpang lantaran dinilai sebagai menyimpang. Jadi, ada proses santunan cap terhadap suatu perbuatan apakah menyimpang atau tidak.
Umumnya orang yang dicap sebagai penyimpang akan diberhentikan dari pekerjaannya, dikucilkan dari kelompok, diasingkan oleh orang-orang lain, bahkan dipenjara dalam waktu yang lama. Sehingga imbas yang ditimbulkan dari santunan cap menyimpang pada perbuatan seseorang, cenderung mendorong orang tersebut untuk melaksanakan penyimpangan yang lebih besar.
Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih menyerupai berikut “anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan menyerupai anak bandel, akan menjadi bandel”. Atau “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan menyerupai anak bodoh, akan menjadi bodoh”. Bisa juga menyerupai ini “Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan menyerupai anak pintar, akan menjadi pintar”.
3. Teori Sosialisasi
Inti dari teori ini yakni bahwa sikap menyimapng timbul tanggapan adanya gangguan terhadap proses penghayatan atau sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Teori ini dibagi menjadi 3 cabang pemikiran :
4. Teori Transmisi Budaya
Teori transmisi budaya merupakan perkembangan lebih jauh dari teori sosialisasi. Misalnya yang dikemukakan Shaw dan Mc Kay (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996) bahwa di kampung-kampung yang awut-awutan dan tidak terorganisasi secara baik, sikap jahat merupakan hal yang normal.
Kebudayaan menyimpang masyarakat secara perlahan ditransmisikan kepada warganya menjadi potongan dari kepribadian warga tersebut. Wilayah yang mayoritas warganya berperilaku menyimpang atau jahat oleh Shaw dan Mc Kay disebut wilayah kejahatan (delinguency area).
Sedangkan berdasarkan teori asosiasi diferensial (Edwin H. Sutherland.), sikap kriminal sanggup ditemukan pada semua tempat dan pada semua tingkat kelas sosial, bukan hanya di tempat perkampungan kumuh.
Menurut Sutherland (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996), seseorang melaksanakan tindak kriminal jikalau kadar kebaikan tindakan itu melebihi kadar keburukannya. Seseorang menjadi penyimpang bilamana pola-pola sikap menyimpang lebih lazim atau lebih masuk akal dihargai dalam lingkungan sosial tempat di mana orang tersebut tinggal.
5. Teori Anomi
Emile Durkheim,sosiolog dari prancis, memperkenalkan pada anomi (anomie) dalam karyanya yang populer The tahun 1893. Anomi yakni suatu keadaan masyarakat di mana tidak ada norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Masyarakat anomis yakni masyarakat yang tidak mempunyai norma anutan mantap yang sanggup dianut dan dipedomani oleh warganya. Individu anomis yakni individu yang tidak mempunyai anutan nilai yang terang dalam bertindak.
Menurut Robert K. Merton (dalam Kamanto Sunarto, 2000), anomi lebih disebabkan oleh adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara formal untuk mencapai tujuan tersebut. Robert K. Merton menjelaskan bahwa sikap menyimpang merupakan bentuk pembiasaan terhadap situasi tertentu. Robert K. Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi, yang empat di antaranya termasuk sikap menyimpang, sebagai berikut.
6. Teori Konflik
Teori konflik, mencakup dua hal, yaitu konlik budaya dan konflik sosial. Konflik budaya terjadi pada masyarakat dengan ciri pluralitas (kemajemukan).
a. Teori Konflik Budaya
Teori konflik budaya terjadi apabila jikalau dalam suatu masyarakat terdapat kebudayaan yang berbeda, maka akan memungkinkan timbulnya kontradiksi budaya, dimana norma budaya yang lebih banyak didominasi dijadikan aturan yang tidak tertulis, sedangkan minoritas dianggap menyimpang
Kaum migran yang mempunyai teladan kebudayaan berbeda dengan kebudayaan lebih banyak didominasi masyarakat asli
dianggap sebagai penyimpang. Begitu pula kaum minoritas yang hidup dalam dominasi masyarakat mayoritas, akan mempunyai teladan kebudayaan yang berbeda. Bila terjadi konflik antarkebudayaan khusus atau antara kebudayaan marginal dengan kebudayaan dominan, biasanya kebudayaan yang paling berpengaruh atau banyak pendukung yakni yang menjadi ukuran atau pedoman. Sehingga kebudayaan lain yang menyimpang dari kebudayaan lebih banyak didominasi dianggap menyimpang.
b. Teori Konflik Kelas Sosial
Teori konfliks kelas sosial para penganut teori konflik kelas sosial menganggap bahwa sikap menyimpang timbul tanggapan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat.
Penganut teori ini tidak mengaitkan penyimpangan dengan perbedaan norma di antara kelas sosial yang berlainan, tetapi mengaitkannya dengan perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya yang dikemukakan Karl Marx (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996) bahwa masyarakat kapitalis membuat peraturan aturan dan lembaga-lembaga yang melindungi kepentingan kelas sosial yang berharta dan mengecap mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas sosial itu sebagai penjahat (kriminal).
Perilaku menyimpang yakni tindakan yang menyimpang dari norma-norma dan aturan dalam masyarakat Untuk itu kita harus berpikir sebelum bertindak biar tindakan yang kita lakukan tidak merugikan diri kita sendiri dan orang lain serta kita harus menghindari sikap menyimpang tersebut.
1. Teori Biologis
Teori ini menjelaskan bagaimana korelasi antara sikap menyimpang dengan keadaan biologis, contohnya tipe badan tertentu seperi endomorph, ectomorph, dan mesomorph. Menurut teori secara umum, badan insan dibedakan menjadi tiga tipe: endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), dan ectomorph (tipis, kurus). Setiap tipe mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian dan sikap tertentu.
Penemuan andal dari teori ini menyebutkan bahwa para pecandu minuman keras dan penjahat umumnya mempunyai tipe badan mesomorph. Bahkan hasil terbaru para andal teori ini menemukan adanya kecenderungan sikap menyimpang berkaitan dengan struktur kromosom- Y ganda yang dimiliki seseorang. Pria yang mempunyai kromosom-Y ganda cenderung melaksanakan tindak kejahatan dan menyimpang dari norma masyarakat. Namun, dalam perkembangan terakhir teori ini banyak ditentang oleh andal lain.
Ada beberapa ilmuwan yang melaksanakan aneka macam study mengenai tipe badan orang tertentu yang cenderung melaksanakan tindakan menyimpang.
- Shelgon mengidentifikasikan tipe badan menjadi tiga tipe dasar : endomorph (bundar, halus, gemuk), mesomorph (berotot, atletis), ectonorph (tipis, kurus). Misalnya muka pecandu alcohol dan penjahat umumnya mempunyai tipe badan mesomorph.
- Cesare Lombroso beropini bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kalinan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relative besar dan susunan gigi yang abnormal.
2. Teori Pemberian Cap (Labeling)
Labeling yakni sebuah definisi yang dikala diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan menawarkan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat beliau secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu. Labelling sanggup juga disebut sebagai penjulukan/ santunan cap.
Teori ini dipelopori oleh Edwin M. Lemert. Teori ini beropini bahwa penyimpangan lahir lantaran adanya batasan (definisi) atas suatu perbuatan yang disebut perbuatan menyimpang. Artinya suatu perbuatan disebut menyimpang lantaran dinilai sebagai menyimpang. Jadi, ada proses santunan cap terhadap suatu perbuatan apakah menyimpang atau tidak.
Umumnya orang yang dicap sebagai penyimpang akan diberhentikan dari pekerjaannya, dikucilkan dari kelompok, diasingkan oleh orang-orang lain, bahkan dipenjara dalam waktu yang lama. Sehingga imbas yang ditimbulkan dari santunan cap menyimpang pada perbuatan seseorang, cenderung mendorong orang tersebut untuk melaksanakan penyimpangan yang lebih besar.
Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih menyerupai berikut “anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan menyerupai anak bandel, akan menjadi bandel”. Atau “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan menyerupai anak bodoh, akan menjadi bodoh”. Bisa juga menyerupai ini “Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan menyerupai anak pintar, akan menjadi pintar”.
3. Teori Sosialisasi
Inti dari teori ini yakni bahwa sikap menyimapng timbul tanggapan adanya gangguan terhadap proses penghayatan atau sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Teori ini dibagi menjadi 3 cabang pemikiran :
- Teori transmisi budaya yaitu sikap menyimpang akan muncul jikalau seseorang melaksanakan penghayatan akan nilai-nilai atau sikap menyimpang dan orang yang dianggap cocok.
- Kebudayaan khusus yang menyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan berulang-ulang, kesannya akan menjadi kebiasaan dan menjadi hal yang masuk akal dan akan menjadi suatu kebudayaan bagi masyarakat yang bersangkutan.
- Asosiasi diferensial : sikap menyimpang sanggup ditemukan dimana saja,, seseorang berperilaku menyimpang bilamana pola-pola perbuatan menyimpang lebih masuk akal lebih dihargai dalam lingkungan sosialnya.
4. Teori Transmisi Budaya
Teori transmisi budaya merupakan perkembangan lebih jauh dari teori sosialisasi. Misalnya yang dikemukakan Shaw dan Mc Kay (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996) bahwa di kampung-kampung yang awut-awutan dan tidak terorganisasi secara baik, sikap jahat merupakan hal yang normal.
Kebudayaan menyimpang masyarakat secara perlahan ditransmisikan kepada warganya menjadi potongan dari kepribadian warga tersebut. Wilayah yang mayoritas warganya berperilaku menyimpang atau jahat oleh Shaw dan Mc Kay disebut wilayah kejahatan (delinguency area).
Sedangkan berdasarkan teori asosiasi diferensial (Edwin H. Sutherland.), sikap kriminal sanggup ditemukan pada semua tempat dan pada semua tingkat kelas sosial, bukan hanya di tempat perkampungan kumuh.
Menurut Sutherland (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996), seseorang melaksanakan tindak kriminal jikalau kadar kebaikan tindakan itu melebihi kadar keburukannya. Seseorang menjadi penyimpang bilamana pola-pola sikap menyimpang lebih lazim atau lebih masuk akal dihargai dalam lingkungan sosial tempat di mana orang tersebut tinggal.
5. Teori Anomi
Emile Durkheim,sosiolog dari prancis, memperkenalkan pada anomi (anomie) dalam karyanya yang populer The tahun 1893. Anomi yakni suatu keadaan masyarakat di mana tidak ada norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Masyarakat anomis yakni masyarakat yang tidak mempunyai norma anutan mantap yang sanggup dianut dan dipedomani oleh warganya. Individu anomis yakni individu yang tidak mempunyai anutan nilai yang terang dalam bertindak.
Menurut Robert K. Merton (dalam Kamanto Sunarto, 2000), anomi lebih disebabkan oleh adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara formal untuk mencapai tujuan tersebut. Robert K. Merton menjelaskan bahwa sikap menyimpang merupakan bentuk pembiasaan terhadap situasi tertentu. Robert K. Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi, yang empat di antaranya termasuk sikap menyimpang, sebagai berikut.
- Conformity atau konformitas, yaitu sikap mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
- Innovation atau inovasi, yaitu sikap mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi menolak norma atau kaidah yang berlaku.
- Ritualism atau ritualisme, yaitu sikap seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya, namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang digariskan masyarakat.
- Retreatism atau pengasingan diri, yaitu menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara pencapaian tujuan itu.
- Rebellion atau pemberontakan, yaitu penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara yang baru.
6. Teori Konflik
Teori konflik, mencakup dua hal, yaitu konlik budaya dan konflik sosial. Konflik budaya terjadi pada masyarakat dengan ciri pluralitas (kemajemukan).
a. Teori Konflik Budaya
Teori konflik budaya terjadi apabila jikalau dalam suatu masyarakat terdapat kebudayaan yang berbeda, maka akan memungkinkan timbulnya kontradiksi budaya, dimana norma budaya yang lebih banyak didominasi dijadikan aturan yang tidak tertulis, sedangkan minoritas dianggap menyimpang
Kaum migran yang mempunyai teladan kebudayaan berbeda dengan kebudayaan lebih banyak didominasi masyarakat asli
dianggap sebagai penyimpang. Begitu pula kaum minoritas yang hidup dalam dominasi masyarakat mayoritas, akan mempunyai teladan kebudayaan yang berbeda. Bila terjadi konflik antarkebudayaan khusus atau antara kebudayaan marginal dengan kebudayaan dominan, biasanya kebudayaan yang paling berpengaruh atau banyak pendukung yakni yang menjadi ukuran atau pedoman. Sehingga kebudayaan lain yang menyimpang dari kebudayaan lebih banyak didominasi dianggap menyimpang.
b. Teori Konflik Kelas Sosial
Teori konfliks kelas sosial para penganut teori konflik kelas sosial menganggap bahwa sikap menyimpang timbul tanggapan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat.
Penganut teori ini tidak mengaitkan penyimpangan dengan perbedaan norma di antara kelas sosial yang berlainan, tetapi mengaitkannya dengan perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya yang dikemukakan Karl Marx (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996) bahwa masyarakat kapitalis membuat peraturan aturan dan lembaga-lembaga yang melindungi kepentingan kelas sosial yang berharta dan mengecap mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas sosial itu sebagai penjahat (kriminal).
Perilaku menyimpang yakni tindakan yang menyimpang dari norma-norma dan aturan dalam masyarakat Untuk itu kita harus berpikir sebelum bertindak biar tindakan yang kita lakukan tidak merugikan diri kita sendiri dan orang lain serta kita harus menghindari sikap menyimpang tersebut.