Membandingkan Karakteristik Novel 20 - 30 An

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Novel merupakan ”karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian dongeng kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan tabiat dan sifat setiap pelaku”. Menurut para jago sastra novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial budaya, moral, dan pendidikan. Sedangkan berdasarkan Jakob Sumarjo, novel ialah bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, karena daya komunitasnya yang kuat pada masyarakat. Dan berdasarkan Drs. Agus Priantoro,S.Pd mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur,yaitu : unsur Ekstrinsik dan unsur Intrinsik yan keduanya saling bekerjasama alasannya ialah sangat kuat dalam kehadiran sebuah karya sastra.

Dalam sejarah sastra Indonesia kurun waktu 1920-1930 telah dihasilkan novel-novel yang menjadi tonggak sejarah sastra Indonesia. Para pakar sastra menggolongkan novel angkatan 20-30an sebagai novel tradisi Balai Pustaka. Disebut novel tradisi Balai Pustaka alasannya ialah novel-novel itu merupakan kelanjutan dari karya-karya sastra terbitan Balai Pustaka. Sedang angkatan tahun 1920 sendiri lebih dikenal sebagai Angkatan Siti Nurbaya, alasannya ialah ditandai dengan novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang sangat terkenal. 

Karakteristik atau ciri khas dari sebuah karya sastra sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupan masyarakat pada waktu itu. Tahun 20-30an Indonesia masih dalam cengkeraman pemerintah kolonial Belanda. Kondisi masyarakat memunculkan dua kelompok masyarakat yaitu kelompok orang kaya/saudagar kaya dengan kelompok rakyat miskin. Perbedaan menyerupai memicu munculnya banyak kisah sebagai ciri karya prosa tahun 20-30 an.

Novel zaman kini ini sangat jauh berbeda dengan novel-novel pada angkatan 20-an hingga 30-an. Salah satu perbedaannya ialah “novel-novel pada zaman kini ini banyak memakai bahasa-bahasa modern yang sangat gampang untuk dipahami oleh pembaca. Berbeda dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana novel-novel tersebut sangat banyak memakai bahasa-bahasa daerah. Khususnya untuk novel ini yang sangat banyak memakai istiah bahasa Melayu khususnya bahasa Minangkabau. sehingga sulit untuk dipahami.

Novel-novel zaman dahulu juga memberikan kepada kita mengenai cara-cara bekerjasama dan bersosialisasi satu sama lain terutama antara pria dan wanita yang sesuai dengan aliran agama,tata karma, norma, dan budpekerti istiadat yang berlaku di tempat setempat. Sedangkan novel zaman kini tidak mencantumkan hal-hal menyerupai itu. Bahkan dengan membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh untuk melaksanakan hal-hal yang bertentangan dengan aliran agama, budpekerti istiadat, norma dalam bergaul dengan sesama khususnya dengan teman lawan jenis.

Novel Angkatan 20 - 30 an
Sastra Indonesia secara umum terbagi oleh beberapa periode, yaitu angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950, angkatan 1966, dan angkatan 1970 hingga dengan sekarang. Berikut ini beberapa karya sastra angkatan 20 - 30 an.
No.Nama PengarangHasil Karya
1.Merari SiregarAzab dan Sengsara (1920), Binasa kerna Gadis Priangan (1931), Cinta dan Hawa N*fsu
2.Marah RoesliSiti Nurbaya (1922), La Hami (1924), Anak dan Kemenakan (1956)
3.Muhammad YaminTanah Air (1922), Indonesia, Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
4.Nur Sutan IskandarApa Dayaku alasannya ialah Aku Seorang Perempuan (1923), Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), Karena Mentua (1932), Tuba Dibalas dengan Susu (1933), Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
5.Tulis Sutan SatiTak Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), Tak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932)
6.Djamaludin AdinegoroDarah Muda (1927), Asmara Jaya (1928)
7.Abas Sutan Pamuntjak Nan SatiPertemuan (1927)
8.Abdul MuisSalah Asuhan (1928), Pertemuan Djodoh (1933)
9.Aman Datuk MadjoindoMenebus Dosa (1932). Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Related:

    Perbandingan Karakteristik
    Karya-karya yang ada pada angkatan balai pustaka memang dibentuk sedemikian rupa supaya tidak menyinggung perpolitikan kaum kolonial. Karya-karya dari balai pustaka disortir secara ketat untuk mengurangi kemungkinan ada karya-karya yang berbau menentang pemerintahan kolonial. Berikut pola perbandingan dua buah novel angkatan 20-30an
    No.Unsur yang DibandingkanNovel Azab dan SengsaraNovel Siti Nurbaya
    1.TemaAnak cowok dijodohkan paksa oleh orangtuanya alasannya ialah orang tuanya tidak menyetujui gadis pilihan anaknya yang berasal dari keluarga miskin.Anak gadis yang harus menikah dengan lelaki renta untuk menutup hutang orangtuanya kepada lelaki itu.
    2.LatarTerjadi pada masyarakat Minangkabau, tempat Siporok, Padang, dan Medan Sumatera Utara.Terjadi pada masyarakat Minangkabau, Padang, dan sebagian dongeng di Jakarta.
    3.Alur CeritaDiakhiri dengan kesengsaraan tokoh utama Mariamin.Diakhiri dengan janjkematian tokoh utama Siti Nurbaya dan Syamsulbahri.
    4.Keterkaitan dengan kehidupan masa sekarangSebagian masyarakat memang masih ada yang memilihkan jodoh untuk anaknya.Sudah tak ditemukan orang renta yang mengorbankan anaknya untuk mengembalikan utang.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel