Mengabstraksi Teks Sajak
Tuesday, August 4, 2020
Edit
Abstraksi teks sajak merupakan acara yang dilakukan untuk menciptakan garis besar dari suatu teks sajak. Melalui abstraksi sanggup menciptakan sebuah teks sajak menjadi bentuk yang berbeda dengan isi yang sama. Untuk sanggup mengabstraksi sebuah teks sajak dibutuhkan kemampuan dalam memilih pandangan gres pokok, kalimat utama, kata kunci, dari sebuah teks sajak. Teks sajak yang dimaksud dalam goresan pena ini yakni sajak yang ada dalam syair, gurindam, dan puisi. Ketiga teks tersebut mempunyai bentuk yang berbeda.
Langkah-langkah mengbastraksi teks sajak sanggup dilakukan dengan membaca teks tersebut dengan seksama dan bila perlu dilakukan berulang-ulang biar sanggup menemukan gagasan pokok dari teks. Setelah membaca, selanjutnya yakni menemukan kalimat utama dan kata kunci dari teks tersebut. Setelah kalmat pokok dan kata kunci ditemukan dilajutkan dengan merangkai kalimat dengan memakai kata kunci dalam teks dan yang terakhir yakni menyusun teks sajak menjadi abstraksi.
Betapa besar pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Seorang ibu Ibu hanya memikirkan bagaimana melahirkan bayinya dengan selamat di dunia ini tanpa memperdulikan keselamatan dirinya. Seorang anak yang lahir diberi kasih sayang dan pengorbanan harta benda oleh orangtuanya hingga besar. Anak tersebut diberikan ilmu pengetahuan dan ilmu agama sehingga bisa menjadi orang yang sukses. Mereka berharap sang anak akan menjadi anak yang sholeh melalui doa dan dari nama yang disematkan.
Syair burung nuri menyamarkan percintaan antara dua orang anak insan kalangan bangsawan. Nuri yakni isteri seorang pembesar kerajaan yakni Bayan Johari. Pada suatu hari seekor burung tampan lagi indah berjulukan Simbangan terbang melayang, melewati Kampung Bayan Johari. Dengan tidak terduga ia terpandang pada Nuri yang cantik. Mereka beradu pandang sejenak, tapi ternyata pandangan itu telah menciptakan hati mereka saling berdebar. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama.
3)Abstraksi “Gurindam dua belas”
No. | Bait | Nilai Moral |
Ini gurindam pasal yang pertama (nasihat perihal agama) | ||
1. | Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. | Orang yang tidak beragama akan sulit memilih arah hidupnya. |
2. | Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma’rifat. | Manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan insan mula-mula yaitu syari’at, tarikat, hakikat dan makrifat. |
3. | Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. | Orang yang bertaqwa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,. |
4. | Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. | Orang yang tidak beragama tidak akan mempunyai identitas diri dan tidak akan erat dengan Allah SWT. |
5. | Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. | Manusia yang hanya mencari kebahagiaan di dunia yakni orang yang merugi alasannya yakni hidup di dunia hanya sesaat |
6. | Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia melarat. | Setelah kita wafat akan diminta pertanggung jawabannya selama hidup di dunia. |
Ini gurindam pasal yang kedua (orang – orang yang meninggalkan Sembahyang, Puasa, Zakat, dan Haji beserta akibatnya) | ||
1. | Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut. | Semakin mengetahui perihal agama niscaya ia akan takut melanggar larangan-Nya. |
2. | Barang siapa meninggalkan sembahyang, menyerupai rumah tiada bertiang. | Orang yang tidak sembahyang akan gampang goyah imannya. |
3. | Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua temasya. | Orang yang meninggalkan puasa akan kehilangan pahala dari Allah. |
4. | Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat. | Orang yang tidak mau bersedekah hartanya tidak berkah. |
5. | Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji. | Orang yang meninggalkan rukun Haji janjinya tidak tepat sebagai orang Islam. |
Ini gurindam pasal yang ketiga (budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya ) | ||
1. | Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita | Pergunakan mata sebaik-baiknya jangan hingga kita melihat apa yang dihentikan oleh allah swt |
2. | Apabila terpelihara kuping Khabar yang jahat tiadalah damping | Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan |
3. | Apabila terpelihara lidah Niscaya sanggup daripadanya faedah | Orang yang menjaga omongannya akan mendapat manfaat. |
4. | Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan | Jangan mengambil barang yang bukan hak kita |
5. | Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh | Nafsu harus dijaga supaya tidak melaksanakan perbuatan yang dilarang |
6. | Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat | Hidup harus dijalani penuh semangat |
Ini gurindam pasal yang keempat (tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan nalar pikiran (budi) ) | ||
1. | Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh | Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama |
2. | Apabila dengki sudah bertanah Datanglah daripadanya beberapa anak panah | Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri |
3. | Mengumpat dam memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir | Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya |
4. | Pekerjaan murka jangan dibela Nanti hilang nalar di kepala | Amarah yakni perbuatan sia-sia, jagalah amarah kita. |
5. | Jika sedikitpun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung | Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain |
6. | Tanda orang yang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka | Orang yang paling celaka yakni orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri. |
7. | Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah | Sifat pelit harus dihindari alasannya yakni pelit sanggup menghancurkan diri. |
8. | Barang siapa yang sudah besar Janganlah kelakuannya menciptakan kasar | Jagalah setiap perbuatan kita |
9. | Barang siapa perkataan kotor Mulutnya itu umpama ketor | Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih. |
10. | Di manakah salah diri Jika tidak orang lain yang berperi | Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf |
11. | Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih | Jangan mengambil pekerjaan yang haram |
Ini gurindam pasal yang kelima (pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar) | ||
1. | Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa | Orang yang mulia sanggup kita lihat dari sikap dan tutur katanyat |
2. | Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia | Orang yang senang yakni orang yang berhemat dan tidak melaksanakan perbuatan yang sia-sia |
3. | Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia | Kemuliaan seseorang dilihat dari sikapnya. |
4. | Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan berguru tiadalah jemu | Jika ingin pintar banyak berguru dan bertanya. |
5. | Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal | Orang yang pintar yakni orang yang telah mempersipkan bekal waktu hidp di dunia ini |
6. | Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai | Jika ingin mengetahui sifat orisinil seseorang lihatlah ketika ia bergaul dengan masyarakat |
Ini gurindam pasal yang keenam (pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang sanggup mengajarkan mana yang baik dan buruk) | ||
1. | Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat | Sahabat yang setia dan sanggup membantu kita. |
2. | Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru | Carilah guru yang tidak menyembunyikan hal-hal buruk |
3. | Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri | Istri yang baik yakni istri yang berbakti. |
4. | Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan | Carilah sahabat yang setia disaat kita senang maupun susah. |
5. | Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi | Pengikut yang baik yakni abdi yang berbudi. |
Ini gurindam pasal yang ketujuh (membangun adat dan budi pekerti anak-anaknya semenjak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang renta yang akan repot sendiri) | ||
1. | Apabila banyak berkata-kata Di situlah akses dusta | Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta |
2. | Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka | Terlalu berharap terhadap sesuatu akan mengakibatkan kekecewaan kalau tidak menyerupai yang diharapkan |
3. | Apabila kita kurang siasat Itulah tanda pekerjaan hendak sesat | Setiap pekerjaan harus ada persiapannya |
4. | Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih | Anak yang tidak dididik akan menyusahkan ketika tumbuh dewasa. |
5. | Apabila banyak mencacat orang Itulah tanda dirinya kurang | Jangan suka menghina orang lain |
6. | Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur | Pergunakanlah waktu sebaik-baiknya |
7. | Apabila mendengar akan kabar Menerimanya itu hendaklah sabar | Kabar sedih harus dihadapi dengan sabar. |
8. | Apabila mendengar akan aduan Membicarakannya itu hendaklah cemburuan | Jangan gampang terpengaruh akan omongan orang lain periksa dahulu kebenaranyya. |
9. | Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut | Perkataan yang baik akan didengar dan diikuti. |
10. | Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar | Perkataan yang kurang baik mereahkan orang lain. |
11. | Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar | Orang yang benar jangan disalahkan. |
Ini gurindam pasal yang kedelapan (nasihat biar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang ) | ||
1. | Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada lainnya | Orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak sanggup dipercaya |
2. | Kepada dirinya ia aniaya Orang itu jangan engkau percaya | Jangan percaya terhadap orang yang suka menganiya orang lain |
3. | Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain sanggup kesalahannya | Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar |
4. | Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar | Pujian tidak usah diminta dan akan tiba dengan sendirinya. |
5. | Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa | Jangan mengharap imbalan atas jasa yang kita berikan. |
6. | Kejahatan diri disembunyikan Kebajikan diri diamkan | Kejelekan jangan disembunyikan dan kebaikan jangan dipamerkan |
7. | Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka | Kejelekan orang lain jangan dibuka, belum tentu kita lebih baik. |
Ini gurindam pasal yang kesembilan (nasihat perihal moral pergaulan laki-laki perempuan dan perihal pendidikan) | ||
1. | Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya insan yaitulah syaitan | Manusia yang selalu melaksanakan kejahatan sama dengan setan |
2. | Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa | Kejahatan yakni pimpinan setan |
3. | Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja | Jangan engkau termakan akan kekayaan alasannya yakni disitulah kawasan setan menggoda |
4. | Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan kawasan bergoda | Semasa muda jagalah kepercayaan kita jangan hingga termakan oleh rayuan setan |
5. | Perkumpulan laki-laki dengan perempuan Di situlah syaitan punya jamuan | Perempuan dan laki-laki yang berkumpul yakni santapan setan |
6. | Adapun orang renta yang hemat Syaitan tak suka menciptakan sahabat | Orang yang selalu melangkah di jalan allah swt, akan dijauhi setan |
7. | Jika orang muda berpengaruh berguru Dengan syaitan jadi berseteru | Orang muda yang gemar berguru dijauhi oleh setan. |
Ini gurindam pasal yang kesepuluh (nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya) | ||
1. | Dengan bapak jangan durhaka Supaya Allah tidak murka | Jangan durharka terhadap orang tua |
2. | Dengan ibu hendaklah hormat Supaya tubuh sanggup selamat | Haormatilah ibu supaya selamat dunia dan akhirat. |
3. | Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik ke tengah balai | Anak harus didik dengan benar biar tidak salah jalan |
4. | Dengan mitra hendaklah adil Supaya tangannya jadi kapil | Bersikap adilah sesama teman |
Ini gurindam pasal yang kesebelas (nasihat kepada para pemimpin biar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat) | ||
1. | Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa | Manusia harus bisa bermanfaat kepada sesama |
2. | Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela | Seorang pemimpin harus berakhlak yang mulia. |
3. | Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat | Seseorang harus memegang amanat dan menjauhkan khianat |
4. | Hendak marah dahulukan hajat | Marah itu yakni sesuatu yang tidak baik dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat. |
5. | Hendak dimulai jangan melalui | Segala sesuatu perlu awal untuk dimulai |
6. | Hendak ramai, muliakan perangai | Menjadi pemimpin harus memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak) |
Ini gurindam pasal yang keduabelas (nasihat keagamaan, biar insan selalu ingat hari kematian dan kehidupan di akhirat) | ||
1. | Raja muafakat dengan menteri, menyerupai kebun berpagarkan duri. | Pemimpin dan bawahan saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasama |
2. | Betul hati kepada raja tanda jadi sebarang kerja | Pemimpin yang baik yakni pemimpin yang sanggup bekerja. |
3. | Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat. | Pemimpin yang adil yakni pemimpin yang dicintai rakyat. |
4. | Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu. | Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain |
5. | Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai | Hormatilah setiap manusia |
6. | Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti | Berbuat oke menyerupai akan mati esok |
7. | Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta | Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau alam abadi itu benar-benar ada. |
Related:
Ketabahan hati menanti orang yang dicintai, tidak ada yang lebih sabar dari penantiannya. Menyembunyikan rasa rindu kepada seseorang yang ia cintai menyerupai pohon menunggu berbunga. Menghapus segala keraguannya dalam menanti dan menyayangi seseorang. Walaupun yang ia lakukan merupakan sebuah kemustahilan untuk memberikan rindu yang terpendam. Sama mustahilnya dengan adanya hujan di bulan Juni.