Menyunting Teks Pantun

Ketika menciptakan pantun, pertama kali yang harus dilakukan ialah memilih isinya, yang nantinya akan menjadi baris ketiga dan keempat dalam bait pantun. Isi merupakan maksud yang hendak kalian sampaikan. Setelah itu, sampiran yang akan kalian buat diadaptasi dengan isi tersebut. Pilihlah kata yang mempunyai suku kata berpola a-b-a-b untuk tiap barisnya, sehingga terbentuk rima dan ritme yang indah. Kaitan rima sangat penting dalam sebuah pantun. Agar pantun menjadi lebih indah dan bermakna, ada baiknya kalimat pada tiap barisnya mempunyai hubungan satu sama lainnya, sehingga terlihat keterkaitan antara sampiran dan isi.

Kata menyunting sanggup diartikan mengubah atau memperbaiki. Menyunting teks pantun yang dimaksud pada goresan pena ini ialah menciptakan pantun dari teks puisi, syair, dan gurindam. Membuat pantun sanggup dilakukan dengan cara memakai dua baris teks pada puisi, syair, dan gurindam sebagai sampiran pantun dan isi sanggup dibentuk mengikuti sampiran tersebut. Ternyata dari ketiga teks tersebut sanggup dibentuk pantun menyerupai pada referensi pantun di bawah ini.

Pantun dari Puisi Hujan di Bulan Juni
Pada puisi “Hujan Bulan Juni”, Sapardi Djoko Damono ingin memberikan pesan rindu yang tertahan dengan bahasanya yang sederhana, tetapi sarat akan makna. Pantun beriba hati sanggup kalian buat dengan wangsit puisi ini. Hal ini disebabkan dalam puisi itu terlihat sebuah kemustahilan untuk memberikan rindu yang terpendam, sama mustahilnya dengan adanya hujan di bulan Juni.

No.BaitPantun Beriba Hati
1.Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakan rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Kian hari hatiku gundah
Cari gacoan pengisi hati

Dirahasiakan rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Sudah miskin bangkrut pula
Betapa malang nasib diriku
2.Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Alangkah iba hati awak
Telah bersua menyakiti hati

Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Jika dikenang sajak adinda,
Hati rasa tersayat sembilu.
3.Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, 1994:90)
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Bukan hamba terlalu naif
Cari sir-siran tambatan hati

Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Hati sembiluan tak dihiraukan
Demi pacar yang kurindu

Pada “Gurindam Dua Belas”, kalian sanggup menciptakan sebuah pantun agama, lantaran gurindam ini berisi wejangan atau nasihat agama yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat.

Pantun dari Gurindam Pasal XII
No.BaitPantun Agama
1.Raja muafakat dengan menteri,
menyerupai kebun berpagarkan duri.
Raja muafakat dengan menteri,
menyerupai kebun berpagarkan duri.
Kalau hati cinta Ilahi
Tentu hati damai sekali
2.Betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja
Betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja
Kita hidup takkan lama
Jangan lupa siapkan derma
3.Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Ingatlah selalu alam akhirat
Hidup di dunia hanya sesaat
4.Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Kalau bederma tidak berilmu
Pikiran tumpat selalu ragu
5.Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai
Hidup jangan terlalu santai
Raga hingga lepas tergadai
6.Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti
Ilmu dicari tak akan rugi
Buat bekalan sesudah mati

Pantun dari Sayir Burung Nuri

Related:

    Dari “Syair Burung Nuri”, sanggup dibentuk pantun berkasih-kasihan atau pantun perpisahan, lantaran syair ini berisi dongeng kasih yang disamarkan. Akan tetapi, syair tersebut ditutup dengan /lupakan nuri dengan warnanya/. Hal ini bermakna bahwa dongeng kasih tersebut kandas di tengah jalan.

    No.BaitPantun Perpisahan
    1.Unggas nuri asal cahaya,
    diamnya da’im di Kursi cahaya.
    Daripada nurnya faqir dan kaya,
    menjadi manusia tuan dan sahaya.
    Unggas nuri asal cahaya,
    diamnya da’im di Kursi cahaya.
    Aku hamba yang berdosa
    Ampuni saya Sang Pencipta

    Daripada nurnya faqir dan kaya,
    menjadi manusia tuan dan sahaya.
    Bercerai kasih dengan adinda.
    Seribu tahun kembali juga.
    2.Kuntu kanzan asal sarangnya,
    alam lahut nama kandangnya.
    Terlalu luas dengan lapannya,
    ituah Kanzan dengan larangannya.
    Kuntu kanzan asal sarangnya,
    alam lahut nama kandangnya.
    Sebab adinda yang saya cinta,
    Susah murung tak kurasa.

    Terlalu luas dengan lapannya,
    ituah Kanzan dengan larangannya
    Dinda seorang jadi penggoda,
    sampailah tubuh kurus merana.
    3.Aql alkuli nama bulunya,
    qalam al a’la nama kukunya.
    Allah ta’ala nama gurunya,
    oleh itulah tiada judunya.
    Aql alkuli nama bulunya,
    qalam al a’la nama kukunya.
    Jika sungguh dinda berkata.
    Kuserahkan tubuh dan nyawa .

    Allah ta’ala nama gurunya,
    oleh itulah tiada judunya.
    Dari mana datangnya cinta                    
    Dari mata menjadi kata.
    4.Jalal dan jamal nama kakinya,
    nur al-awwal nama jarinya.
    Lawh al mahfudz nama hatinya,
    menjadi jawhar dengan safinya.
    Jalal dan jamal nama kakinya,
    nur al-awwal nama jarinya.
    Hanya ingat adinda saja.
    rasa terbayang di ruang mata.

    Lawh al mahfudz nama hatinya,
    menjadi jawhar dengan safinya.
    Wajahmu bening menyerupai kaca,
    Semoga hidupmu bahagia. 
    5.Itulah Anwar awwal nabinya,
    dari nur Anwar dengan sucinya.
    Sekalian alam pancar nurinya,
    menjadi langit serta buminya.
    Itulah Anwar awwal nabinya,
    dari nur Anwar dengan sucinya.
    Coba-coba bertanam cinta,
    moga-moga menjadi nirwana.

    Sekalian alam pancar nurinya,
    menjadi langit serta buminya.
    Siang dan malam jadi selaksa,
    Adinda seorang hanya tercinta.
    6.Alam ini asal warnanya,
    di sama sini daim sertannya.
    Sidang ghafi (un) dengan karanya,
    lupakan nuri dengan warnanya.
    Alam ini asal warnanya,
    di sama sini daim sertannya.
    Kalau hati sudah serasa.
    Dunia serasa milik berdua

    Sidang ghafi (un) dengan karanya,
    lupakan nuri dengan warnanya.
    Aku takut dengan cinta.
    Karena saya masih belia.
    7.Setelah zahir sekalian alam
    Ia pun tiba serupa Adam
    Menjadi rasul nabi yang khatam
    Supaya ummatnya jangan karam
    Setelah zahir sekalian alam
    Ia pun tiba serupa Adam
    Buat adinda kutitip salam.
    Sebagai bekal mimpi malam

    Menjadi rasul nabi yang khatam
    Supaya ummatnya jangan karam
    Adinda sayang juwita malam
    Smoga asaku tak lekas karam.

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel