Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Tuesday, August 4, 2020
Edit
Kepulauan Indonesia sudah ramai semenjak permulaan Tarikh Masehi. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang bermetamorfosis sentra kerajaan. Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra cuilan timur sekitar kala ke- 7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang lalu berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya yakni Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya populer dengan kekuatan maritimnya sehingga berhasil menguasi pulau Sumatra, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya.
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan perluasan ke daerah sekitar Melayu. Melayu sanggup ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak sentra Kerajaan Sriwijaya ada banyak sekali pendapat. Ada yang beropini bahwa sentra Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang beropini di Jambi, bahkan ada yang beropini di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, sentra Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di bersahabat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika sentra Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting yakni prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan abjad pallawa. Bahasa yang digunakan Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut.
Nama Prasasti | Keterangan | |
Prasasti Kedukan Bukit | Tempat | Tepi Sungai Tatang, bersahabat Palembang. |
Isi | Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara lain menunjukan bahwa seorang berjulukan Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan memakai perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel. | |
Prasasti Talang Tuo | Tempat | Sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. |
Isi | Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya menyebutkan ihwal pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibentuk oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga. | |
Prasasti Telaga Batu | Tempat | Palembang |
Isi | Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama ihwal kutukan-kutukan yang seram bagi mereka yang berbuat kejahatan. | |
Prasasti Kota Kapur | Tempat | Pulau Bangka |
Isi | Prasasti berangka tahun 608 Saka (656 M). Isinya terutama seruan kepada para yang kuasa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat. | |
Prasasti Karang Berahi | Tempat | Jambi |
Inskripsi | Prasasti berangka tahun 608 saka (686 M). Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur. Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda di India Timur. Di samping prasasti-prasasti tersebut, isu Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya isu dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya. |
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya antara lain:
- Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai sentra pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan menyerupai ini sangat sempurna untuk aktivitas pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menimbulkan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya.
- Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam tanggapan serangan Kamboja. Hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. Sriwijaya disebut sebagai negara maritim lantaran mempunyai angkatan bahari yang sangat tangguh.
Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang. Pada kala ke-7, Dapunta Hyang banyak melaksanakan perjuangan perluasan daerah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut.
- Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
- Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Sriwijaya menakhlukan Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.
- Pulau Bangka sanggup dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M menurut Prasasti Kota Kapur.
- Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
- Tanah Genting Kra merupakan tanah genting cuilan utara Semenanjung Melayu. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra sanggup diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.
- Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut isu Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melaksanakan serangan yakni Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai Jawa cuilan tengah lantaran pantai utara Jawa cuilan tengah juga merupakan jalur perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melaksanakan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah pangkalan di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja yakni Darmasetra.
Raja yang populer dari Sriwijaya yakni Balaputradewa yang memerintah sekitar kala ke-9 M. Balaputradewa yakni keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda, Raja Balaputradewa menjalin relasi erat dengan Kerajaan Benggala yang ketika itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya yakni Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa cuilan Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa lalu digantikan oleh putranya yang berjulukan Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina relasi dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.
Raja yang populer dari Sriwijaya yakni Balaputradewa yang memerintah sekitar kala ke-9 M. Balaputradewa yakni keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda, Raja Balaputradewa menjalin relasi erat dengan Kerajaan Benggala yang ketika itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya yakni Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa cuilan Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa lalu digantikan oleh putranya yang berjulukan Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina relasi dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.
Perkembangan Ekonomi
Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani, perdagangan lalu menjadi mata pencaharian pokok. Perkembangan perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina.
Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di daerah perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Dalam aktivitas perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis hewan liar, sedangkan barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Selat Malaka yakni daerah perairan yang strategis dan sebagai jalur perdagangan pada masa itu. Yang disebabkan oleh letaknya diantara Benua Asia dan Benua Australia. Para pedagang China yang akan ke India Singgah terlebih dulu di Sriwijaya.
Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di daerah perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Dalam aktivitas perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis hewan liar, sedangkan barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Selat Malaka yakni daerah perairan yang strategis dan sebagai jalur perdagangan pada masa itu. Yang disebabkan oleh letaknya diantara Benua Asia dan Benua Australia. Para pedagang China yang akan ke India Singgah terlebih dulu di Sriwijaya.
Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Kerajaan maritim yakni kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari aktivitas perdagangan dan hasil-hasil laut. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan bahari yang besar lengan berkuasa untuk mengawasi daerah perairannya dengan baik.
Related:
Di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan yang berafiliasi dengan perkembangan keagamaan. Misalnya, Candi Muara Takus, yang ditemukan bersahabat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat. Bangunan lain yang sangat penting yakni Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.
Kemunduran Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya kesannya mengalami kemunduran lantaran beberapa hal antara lain :
- Keadaan sekitar Sriwijaya tidak lagi bersahabat dengan pantai disebabkan ajaran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan.
- Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama lantaran melemahnya angkatan bahari Sriwijaya.
- Tahun 1017 M Sriwijaya menerima serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih sanggup bertahan. Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melaksanakan Ekspedisi Pamalayu sehingga Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan bahari Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Mohammad Yamin menyebutkan bahwa Sriwijaya sebagai kerajaan nasional yang pertama dan pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya Mencakup Sumatra dan pulau-pulau sekitar jawa cuilan barat, sebagian jawa cuilan tengah, sebagian Kalimantan, semenanjung melayu dan hampir seluruh perairan nusantara.
Walaupun pada jamannya Sriwijaya mempunyai angkatan bahari yang kuat, namun berbeda degan keadaan ketika ini. Persenjataan angkatan bahari kita masih kurang maju dibanding Negara lain sehingga angkatan bahari kita masih sering kecolongan dengan nelayan Negara lain yang masuk wilayah Republik Indonesia dan mengambil sumber daya bahari Indonesia.