Kebiasaan, Adat, Dan Sopan Santun Novel Angkatan 20-30 An
Saturday, August 15, 2020
Edit
Novel ialah karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian dongeng kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan tabiat dan sifat setiap pelaku. Dibandingkan dengan roman, model penceritaan novel tidak begitu terperinci. Ciri khas novel yaitu adanya perubahan nasib tokoh yang diceritakan. Sejarah novel Indonesia diawali sekitar tahun 1920-an, dengan pengarang ibarat Marah Rusli, Merari Siregar, Sultan Takdir Alisjahbana, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Jamaluddin (Adinegoro), Hamka (Abdul Malik Karim Amrullah), Sariamin (Selasih/Seleguri), Suman Hs. (Hasibuan), Tulis Sutan Sati, Mohammad Kasim, dan Aman Datuk Madjoindo. Novel Indonesia tahun 1920 hingga 1930-an termasuk dalam angkatan Balai Pustaka.
Balai Pustaka merupakan sebuah komisi (Commissie voorchet volkslectuur) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka ialah (1) memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta (2) memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan.
Untuk meningkatkan pemahaman perihal novel Indonesia tahun 1920 hingga 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka.
a. Adat
Adat ialah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai aturan tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan memilih aksara tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi sopan santun yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, kalau ada tokoh yang menentang atau tidak taat sopan santun biasanya akan dijauhi atau dieksekusi sesuai sopan santun yang berlaku.
b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang bebuyutan dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita.
c. Etika
Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau sikap yang terpengaruh oleh sopan santun dan kebiasaan.
d. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an.
1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara ialah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
2. Novel Sengsara Membawa Nikmat
Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Dengan latar belakang sopan santun budaya Minangkabau, novel ini berkisah perihal pengembaraan seorang tokoh utamanya yang berjulukan Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga hingga ke pulau Jawa.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
3. Novel Salah Asuhan
Salah Asuhan ialah sebuah novel Indonesia karya Abdoel Moeis yang diterbitkan tahun 1928 oleh Balai Pustaka. Novel yang kala itu terbit di Hindia Belanda ini kini telah dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern awal terbaik sepanjang masa.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
4. Novel Siti Nurbaya
Sitti Nurbaya ialah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
5. Novel Salah Pilih
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
Balai Pustaka merupakan sebuah komisi (Commissie voorchet volkslectuur) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka ialah (1) memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta (2) memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan.
Untuk meningkatkan pemahaman perihal novel Indonesia tahun 1920 hingga 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka.
a. Adat
Adat ialah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai aturan tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan memilih aksara tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi sopan santun yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, kalau ada tokoh yang menentang atau tidak taat sopan santun biasanya akan dijauhi atau dieksekusi sesuai sopan santun yang berlaku.
b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang bebuyutan dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita.
c. Etika
Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau sikap yang terpengaruh oleh sopan santun dan kebiasaan.
d. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an.
1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara ialah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
- Menikahkan anak secara paksa (jodoh dipilihkan orang tua) Aminudin dijodohkan dengan perempuan bukan pilihannya
- Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang bisa maka ditolak oleh keluarga Aminudin.
- Poligami (laki-laki dengan istri lebih dari satu) Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin dijadikan isteri kedua.
- Budaya makan keluarga selalu dilakukan bersama-sama (lengkap; ayah, ibu, dan anak). Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya.
- Anak harus berdasarkan perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
- Anak sangat berbakti kepada orang tuanya. Aminudin tak mengasihi perempuan pilihan orang tuanya namun tak berani menolak lantaran baktinya kepada orang tuanya.
- Isteri sangat taat kepada suaminya. Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti kepada suaminya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
- Telekomunkasi jarak jauh asih menggunakan surat atau telegram
- Pernikahan dipandang dari bibit, bebet, dan bobot
- Anak pria biasanya pergi merantau untuk mencari pekerjaan
2. Novel Sengsara Membawa Nikmat
Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Dengan latar belakang sopan santun budaya Minangkabau, novel ini berkisah perihal pengembaraan seorang tokoh utamanya yang berjulukan Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga hingga ke pulau Jawa.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
- Agama dijunjung tinggi(terutama Islam).
- Kehidupan masyarakatnya bergotong royong
- Penguasa sering semena-mena, bahkan berbuat kejam.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
- Mengenai warisan, harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh keluarga asal bukan keluarga sesudah menikah (Sumatra)
- Aturan sopan santun sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat
- Penyerahan kekuasaan terhadap penerusnya dalam suatu tempat diserahkan oleh pemegang jabatan/kekuasaan sebelumnya
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
- Para perjaka memainkan permainan sepak raga (prmainan bola kaki)
- Masih jaman penjajahan Belanda
- Hampir semua perjaka di tempat tersebut mengenal ilmu bela diri
- Banyak penduduk yang tidak bisa membaca
3. Novel Salah Asuhan
Salah Asuhan ialah sebuah novel Indonesia karya Abdoel Moeis yang diterbitkan tahun 1928 oleh Balai Pustaka. Novel yang kala itu terbit di Hindia Belanda ini kini telah dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern awal terbaik sepanjang masa.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
- Penolakan secara halus dan tidak menyakiti hati ketika ada yang menyatakan perasaan. Bukti: Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya.
- Belenggu Kebiasaan: Bukti: Sementara itu. walaupun mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Corrie menolak secara halus.
- Meminta maaf apabila berbuat salah. Bukti: Maka ia meminta kepada istrinya supaya disediakan kain kafan pembungkus mayatnya.
Related:
- Dilarang menikah beda suku. Bukti: Corrie merasa mustahil menjalin korelasi dengan Hanafi lantaran perbedaan budaya di antara mereka.
- Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya menunggu suami di rumah.
- Seorang istri bagaimanapun juga harus bersikap hangat pada suami. Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
- Hanafi: Bergaul dengan orang Eropa.Bukti: Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda,sehingga ia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa.
- Corrie: Mengobrol bersama Hanafi.Bukti: Mereka suka mengobrol berdua.
- Rapiah: Menerima perlakuan suaminya dengan pasrah. Bukti: Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah.
- Ibu Hanafi: Memperhatikan Hanafi. Bukti: Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, ia menginginkananaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Selama sakit, Hanafi banyak mendapat nasihat dari ibunya.
4. Novel Siti Nurbaya
Sitti Nurbaya ialah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
- Ia terbiasa menggunakan topi putih yang seringkali digunakan bangsa Belanda. Bukti kutipan: "Topinya topi rumput putih yang biasa digunakan bangsa belanda"
- Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan: "Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu"
- Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan: "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun nipah."
- Orang padang ketika berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti. Bukti kutipan: "Akan tetapi alasannya ialah ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah rupanya ibarat orang yang tak pernah kekuranagan.
- Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari pria dan pria itu ialah tuannya perempuan. Bukti kutipan: "Bukankah pria itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga yang baik."
- Jika akan melakukan proses perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan: "Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air higienis secambung dan sirih kuning tujuh lembar."
- Di Padang, ijab kabul dipandang sebagai perniagaan, pria dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang kepada laki-laki. Bukti kutipan: "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini pria dibeli oleh perempuan"
- Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti kutipan: " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya ialah sebuah makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..."
- Orang besar, penghulu/orang berpangkat tinggi yang mempunyai istri lebih dari 1 sudah banyak, alasannya ialah itulah sopan santun di Padang, alasannya ialah dengan mempunyai banyak istri, itu berarti ia meiliki banyak keturunan. Bukti kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, hingga 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?"
- Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap ibarat ada yang sudah ada. Bukti kutipan: ".... menyediakan masakan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa usang kemudian, duduklah Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...."
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
- Janganlah kau bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, akal-akalan kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang bahu-membahu hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, lantaran hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi."
- Apabila ada tamu yang tiba hendaknya kita menyediakan minuman dan masakan kecil. Bukti kutipan: "Sementara itu segala kue-kue yang enak rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..."
- Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Bukti kutipan: "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang renta itu! Karena ia bukan gres sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa."
- Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti kutipan: "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang tiada senonoh!"
- Jika orang renta kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti kutipan: "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."
5. Novel Salah Pilih
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
- Jika sedarah dihentikan menikah, lantaran Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka ialah sedarah bahu-membahu tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka jadinya menikah dan mereka harus keluar dari Minangkabau.
- Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui ijab kabul anaknya lantaran mengira Kaharuddin menikah dengan perempuan yang tak tentu asal usulnya bahu-membahu perempuan tersebut ialah anak saudagar batik.
Etika moral yang sanggup kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
- Anak yang berbakti terhadap orang tuanya, meskipun Asri ingin melanjutkan sekolah hingga menjadi dokter namun, lantaran ibunya memintanya untuk pulang ke kampung halamannya dan bekerja di kampung. Akhirnya Asri menuruti impian ibunya.
- Kita harus tegar menghadapi cobaan, sikap Asnah yang sabar dan nrimo mengasihi Asri membuahkan hasil yang manis walaupun ia harus menghadapi banyak sekali cacian dari Saniah. Berkat keteguhan dan kesabaran hati Asnah dalam mengasihi Asri membawa kebahagiaan di final cerita.
- Kita harus bekerja keras, awal kepindahannya di Jawa, Asri dan Asnah dijauhi oleh orang-orang yang sama-sama berniaga di Jawa. Karena kerja keras mereka, jadinya mereka sanggup memajukan usahanya.
- Bertanggung jawab, Asri tidak berniat sedikit pun untuk menceraikan Saniah meskipun Saniah bukanlah jodoh yang terbaik.