Seni Rupa Pramodern

Seni rupa pramodern merupakan babakan sejarah dalam seni rupa sebelum zaman industri. Dilihat dari arti kata pramodern yang berarti sebelum maju atau modern maka seni rupa pramodern berarti seni rupa sebelum jaman modern. Seni rupa terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia, dan sanggup kita lihat baik dari aspek kesejarahan , aspek konseptual , maupun aspek kebentukan. Seni rupa pramodern sanggup dikelompokkan menjadi primitivisme, naturalisme, realisme, dan dekorativisme.

Primitivisme yakni corak karya seni rupa yang mempunyai sifat bersahaja, naif, sederhana, spontan, jujur, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaan. Senimannya bebas dari belenggu profesionalisme, tradisi, teknik, dan latihan formal proses kreasi seni. Aliran primitivisme cenderung berlandaskan pada sebuah objektivitas yang diinginkan. Ciri-ciri fatwa primitivisme antara lain :menggambarkan sebuah subjek dengan potongan yang sangat datar dan cenderung sangat sederhana, selain itu juga terikat dengan kehidupan insan zaman dahulu yang cenderung primitiv.

2. Naturalisme
Naturalisme yakni corak karya seni rupa yang teknik pelukisannya berpedoman pada peniruan alam untuk menghasilkan karya seni. Aliran naturalisme mencoba memvisualisasikan sebuah keadaan alam ke atas sebuah kanvas. Sehingga seniman terikat sekali pada aturan proporsi, anatomi, perspektif, dan teknik pewarnaan untuk mencapai kemiripan sesuai dengan perwujudan objek yang dicerap mata. Tokoh-tokohnya antara lain Abdullah SR, Wakidi, Pirngadi, Basoeki Abdullah, Trubus, Dullah, Rustamadji, Wahdi, dan lain-lain.

Ciri-ciri fatwa naturalisme antara lain : tema alam lingkungan yang mempunyai potensi tinggi, mengutamakan unsur-unsur keindahan sehingga hanya keadaan alam tertentu yang menjadi objek lukisan, tidak banyak melibatkan mulut melainkan sebuah objektif yang nyata, dan cenderung selalu menampilkan unsur alam yang objektif.

3. Realisme
Aliran realisme cenderung menghasilkan karya yang mengungkapkan fenomena positif yang terjadi di alam dan kehidupan yang dialami secara objektif. Aliran seni rupa ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari naturalisme. Intisari filosofinya mengatakan keyakinan seniman terhadap realitas duniawi yang kasat mata sebagai objek penciptaan karya seni.

Pada umumnya realisme dibedakan menjadi beberapa katagori. Misalnya realisme sosialis (yang cenderung mengungkapkan adegan-adegan kehidupan insan yang serba sengsara, getir, dan pahit). Dalam pengertian murni fatwa realis berusaha melukiskan keadaan secara nyata, seniman realis memandang dunia ini tanpa ilusi, mereka membuat karya seni rupa yang positif menggambarkan apa-apa yang positif dan benar-benar ada di dunia ini.

Seniman realis mendasarkan seninya pada pencerapan panca inderanya tanpa mengikut-sertakan fantasi dan imajinasinya. Tokoh-tokoh realisme di Indonesia antara lain Raden Saleh (realisme romantis), S. Soedjojono, Dullah, Rustamadji (realisme fotografis) Dede Eri Supria, Ronald Manullang (Realisme Baru).

Ciri-ciri fatwa realisme antara lain cenderung sesuai dengan fakta-fakat dan sesuai dengan perbuatan alam, tidak berlebihan dalam hal warna dan keindahan seni, dan cenderung menggandakan bentuk-bentuk di alam secara akurat ibarat bentuk aslinya.

4. Dekorativisme
Karya seni rupa dekoratif senantiasa bekerjasama dengan hasrat menyederhanakan bentuk dengan jalan mengadakan distorsi, ciri-cirinya bersifat kegarisan, berpola, ritmis, pewarnaan yang rata, dan secara umum mempunyai kecenderungan berpengaruh untuk menghias. Tujuan dan sifat hias ini menjadikan keindahan rupa dekoratif termasuk kategori seni yang gampang dicerna oleh masyarakat.
Seni rupa pramodern merupakan babakan sejarah dalam seni rupa sebelum zaman industri Seni Rupa Pramodern
Karya seni rupa dekoratif sanggup diklasifikasi menjadi dua potongan utama, yakni dekoratif figuratif, dan dekoratif geometris. Dekoratif figuratif biasanya ditandai dengan penggambaran wujud figur atau bentuk-bentuk di alam yang kita kenali. Seperti contohnya pemandangan, pasar, kota, hewan-hewan di tengah rimba, lukisan kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya. Namun teknik pelukisannya tidak berupaya untuk menggandakan rupa secara realistis, melainkan dikerjakan dengan bentuk yang datar tanpa memperhitungkan aspek volume dalam penggarapan bentuk visual.

Dekoratif geometris yakni karya-karya seni rupa yang bebas dari peniruan alam, perwujudannya merupakan susunan motif, bentuk, atau contoh tertentu di tata sedemikian rupa sehingga mempunyai kapasitas untuk membangkitkan perasaan keindahan dalam diri pengamatnya. Lukisan-lukisan geometris cenderung rasional alasannya yakni terikat pada pola, motif, atau bentuk-bentuk dan teknik pelukisan yang menuntut ketrampilan dan kesabaran dalam proses kreasinya.

Contoh seni rupa dekoratif geometris sanggup dilihat pada ragam hias di daerah-daerah seluruh kepulauan Indonesia. Misalnya motif pilin berganda, lingkaran, elips, setengah lingkaran, segi tiga, prisma, empat persegi, dan lain-lain. Motif tersebut biasanya tersusun rapi denganteknik pengulangan, sehingga tercipta suatu harmoni. Karena penempatannya mementingkan keteraturan dan kerapian, maka dalam bentuk tradisional komposisinya simetris. Namun kerap pula kita jumpai dalam masa modern komposisi yang bebas, mirip pada karya Sapto Hudoyo dan Hatta Hambali.

Tokoh-tokoh pelukis dekoratif di Indonesia yakni Kartono Yudokusumo, Widayat, Suparto, Ratmoyo, Batara Lubis, AmrusNatalsya, Irsam, Sarnadi Adam, Ahmad Sopandi, Boyke Aditya, A.Y. Kuncana, I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Ketut Kobot, I Gusti Made Deblog, dan banyak lagi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel