Macam Macam Genre Musik
Friday, October 9, 2020
Edit
Musik, berbeda dari cabang seni lain, mempunyai elemen dasar berupa bunyi. Musik, sebagai salah satu cabang seni, tidak sanggup dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai bab dari kehidupan manusia, musik terdapat dalam setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia, Barat, dan Timur. Musik sanggup dipandang sebagai kebutuhan ekspresif manusia, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kemampuan insan untuk mengekspresikan perasaan, emosi, atau gagasannya wacana kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar musik, menyerupai di rumah, sekolah, mall, tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain. Sampai dikala ini terdapat beberapa definisi yang diketahui masyarakat umum, di antaranya adalah:Musik ialah bunyi yang disukai oleh insan Musik ialah bunyi yang terdiri dari ritmik dan melodi yang teratur Musik ialah bunyi yang yummy untuk didengar (Schafer, 1995).
Sekarang, coba kau dengarkan beberapa genre musik, menyerupai dangdut, tradisional, pop (Indonesia atau Barat), jazz, keroncong, atau musik campur sari. Misalnya, salah satu di antara kau ada yang menyukai genre musik pop (Indonesia atau Barat), tetapi tidak menyukai dangdut. Berdasarkan definisi “musik ialah bunyi yang disukai manusia” maka kau memandang bahwa jazz merupakan musik, sedangkan dangdut mungkin tidak disukai akan kau anggap sebagai ‘bukan musik’.
Coba kau cari dokumentasi audio dari internet atau sumber lain wacana musik yang banyak dimainkan oleh kelompok-kelompok masyarakat di Afrika atau Irian, misalnya. Mereka seringkali memainkan instrumen-instrumen perkusif atau instrumen tidak bernada, menyerupai gendang atau drum, tepukan tangan, atau hentakan kaki, yang menghasilkan bunyi ritmis tanpa melodi.
Coba kau bandingkan musik yang terdengar di indera pendengaran dengan rasa pedas pada suatu jenis masakan yang dirasakan oleh pengecap kita, misalnya. Bagi sekelompok orang yang terbiasa dengan rasa pedas, masakan itu dikatakan ‘enak’ alasannya mereka terbiasa dengan rasa pedas itu. Namun, rasa pedas sanggup dirasakan ‘tidak enak’ oleh kelompok orang lain alasannya mereka tidak biasa dengan rasa pedas itu. Apabila kita memandang musik pop sebagai musik yang ‘enak’ dan keroncong dipandang sebagai musik yang ‘tidak enak’, apakah kau akan menganggap keroncong bukan musik?
Ada pula sekelompok orang yang memandang musik sebagai bahasa yang universal. Sekarang coba bayangkan. Misalkan kau berkunjung ke salah satu kelompok masyarakat di kawasan yang berbeda dari kawasan asal kamu. Sekarang, kita ganti kata ‘bahasa’ menjadi ‘musik’. Apakah musik terdapat dalam setiap kelompok masyarakat? Apakah musik yang mereka mainkan sanggup kau pahami dengan baik? Apabila kau tidak memahami musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi dari budaya yang berbeda, apakah musik merupakan bahasa yang universal?
Musik ialah bunyi yang diatur menjadi pola yang sanggup menyenangkan indera pendengaran kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memperlihatkan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005)
Pengertian musik yang telah kau diskusikan tersebut diperlukan sanggup dipakai untuk memahami seluruh jenis/genre musik dalam seluruh kelompok masyarakat di dunia.
Genre Musik | Kesesuaian Definisi | |
Ya | Tidak | |
Musik Klasik (Barat) | √ | - |
Musik Pop | √ | - |
Musik Jazz | √ | - |
Musik Keroncong | √ | - |
Musik Tradisional | √ | - |
Musik Perkusif | √ | - |
Musik Kreatif (Kontemporer) | √ | - |
Musik Dangdut | √ | - |
Musik Tanjidor | √ | - |
Musik Gamelan | √ | - |
Musik Melayu | √ | - |
Musik Sebagai Simbol
Salah satu hasil kebudayaan dari setiap kelompok masyarakat ialah seni, termasuk musik. Musik, menyerupai halnya cabang seni lain, sangat sarat dengan simbol-simbol tertentu yang berafiliasi erat dengan makna tertentu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Simbol-simbol tersebut tampak pada huruf bunyi yang dihasilkan oleh instrumen-instrumen tersebut (musikal), termasuk vokal/suara manusia. Secara musikal, simbol-simbol musik sanggup tampak pada elemen-elemen di dalamnya, menyerupai tinggi-rendahnya nada, ritme, dinamika, atau tempo.
- Nada (pitch) Tinggi-rendahnya bunyi
- Ritme Durasi setiap bunyi
- Dinamika. Perubahan bunyi yang terdengar keras menjadi semakin lembut atau bunyi yang terdengar lembut menjadi semakin keras. Ada beberapa tanda dinamika yang umum dipakai dalam karya musik, yaitu: Pianissimo (pp): Suara yang dihasilkan sangat lembut. Piano (p): Suara yang dihasilkan lembut. Mezzo-piano (mp): Suara yang dihasilkan agak lembut. Mezzo-forte (mf): Suara yang dihasilkan agak nyaring. Forte (f): Suara yang dihasilkan nyaring. Fortissimo (ff): Suara yang dihasilkan sangat nyaring. Tanda crescendo digambarkan dengan (<) panjang dan descrescendo digambarkan dengan (>) panjang, biasa disebut juga dengan "penjepit rambut" (hairpin)
- Tempo Kecepatan musik/lagu: sangat cepat, cepat, sedang, lambat, atau sangat lambat
Simbol musik juga sanggup dilihat dari aspek nonmusikalnya. Salah satu pola simbol nonmusikal ialah instrumen musik menurut pada bentuk, materi pembuat instrumen, warna, atau ornamen-ornamen yang tampak pada instrumen tersebut. Salah satu pola bentuk simbol ditinjau dari materi dasar instrumennya ialah instrumen tradisional masyarakat Sunda, menyerupai suling Sunda, baik suling Sunda lubang enam maupun lubang empat.
Selain suling, instrumen tradisional Sunda yang terbuat dari bambu ialah angklung. Dalam masyarakat Sunda, angklung terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya ialah jenis Angklung Sunda/Indonesia, yaitu jenis angklung yang seringkali kita lihat dalam pertunjukan-pertunjukan musik. Dalam proses permainan musik angklung, pemain ada yang memegang satu buah angklung, tetapi sanggup pula satu orang pemain sanggup memegang banyak nada dalam pemainnya
Tiga jenis angklung atau tiga jenis instrumen yang kau sebutkan yang berasal dari tiga kelompok masyarakat yang berbeda mempunyai huruf musikal dan non-musikal yang berbeda pula. Perbedaan itu memperlihatkan bahwa musik, sebagai alat untuk mengekspresikan gagasan atau wangsit pelaku musik, berafiliasi erat dengan cara-cara pelaku musik mengekspresikan gagasan-gagasan mereka. Cara-cara pelaku mengekspresikan gagasan dalam musik tidak sanggup terlepas dari bermacam-macam pengalaman yang diperoleh dalam lingkungan masyarakat.
Karakter musikal maupun non-musikal dari musik yang dihasilkan oleh pelaku musik tidak sanggup dilepaskan dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang ia pelajari dalam masyarakatnya. Sebagai anggota masyarakat, seorang pelaku musik memperoleh bermacam-macam pengalaman untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, termasuk sikap musikalnya.
Estetika Musik
Instrumen yang terbuat dari bambu, misalnya, tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi dipakai pula di banyak negara lain, menyerupai Filipina (marimba, angklung, tumpong), Thailand (khene), Vietnam (Dan Bau), Arab (nay atau serunai Arab), Jepang (shakuhachi), dan Cina (dizi).
Bunyi instrumen yang terbuat dari bambu seringkali dipandang menghasilkan bunyi yang ‘indah’ oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat Sunda, misalnya. Penilaian ‘indah’ terhadap bunyi yang dihasilkan oleh angklung tersebut tidak sanggup dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang bersahabat atau dekat dengan lingkungan alam. Mereka memandang lingkungan hidupnya sebagai sesuatu yang ‘indah’, yang harus dihormati, diakrabi, dipelihara, dan dirawat. Kedekatan masyarakat Sunda dengan lingkungan alam tampak pada tindakan mereka untuk mengakibatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar, contohnya bambu, sebagai bab dari kebutuhan untuk mengekspresikan keindahan.
Simbol tidak hanya tampak pada instrumen, tetapi juga pada bunyi manusia. Lagu keroncong itu umumnya akan dinyanyikan secara berbeda oleh penyanyinya. Ditinjau dari aspek nonmusikalnya, penampilan visual para penyanyi, khususnya wanita, dalam pertunjukan musik keroncong pun berbeda dari penyanyi dalam jenis/genre musik lainnya.(Sumber : Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.)